(Nadea pov)
.
.
.
.
.
Flashback
Suara alunan adzan subuh yang berasal dari masjid dekat rumahku membuat aku terbangun dari mimpi malam ini. Perlahan mataku terbuka dan terdiam mengumpulkan sisa kesadaran ku yang masih sedikit terbawa saat bermimpi. Sejenak aku mengingat sebuah kejadian malam kemarin yang membuatku kembali merasakan pahitnya cinta.Saat luka lama di hatiku kembali tergores dan semakin terbuka oleh lelaki yang sama. Lelaki yang menolak cintaku saat kelas 10. Lelaki yang terus aku dekati tanpa kenal lelah selama 2 tahun terakhir. Lelaki yang membuatku pertama kali merasakan sakitnya patah hati. Semua perjuangan dan pengorbananku padanya selama ini terasa sia-sia saat kulihat ia berusaha mendekati Rahayu, siswi manis yang terkenal paling alim di sekolah.
Bahkan Surya mengantarnya pulang malam itu. Ya, lelaki itu bernama Surya Prasetya, siswa paling populer di sekolah sekaligus sahabatku sendiri. Aku berusaha bangkit dari tidur dan duduk termenung di pinggir kasur menghadap cermin. Kulihat pantulan cermin yang menampakkan kondisi tubuhku yang berantakan dengan mata sedikit sembab sisa ratapan ku semalam. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya kisah asmaraku kandas. Ketika SMP aku sering menjalin kisah asmara dengan teman sekolahku. Kakak kelas, adik kelas, hingga teman sekelas pernah mengajakku berpacaran. Bahkan aku dijuluki “Nadea, playgirl sang penakluk” oleh beberapa temanku karena memiliki pacar lebih dari satu.
Aku memang dianugerahi dengan postur tubuh yang tinggi dibandingkan gadis sebayaku, tubuh yang terbilang ideal, kulit kuning langsat dan wajah chinese yang diturunkan dari kedua orang tuaku. Tidak heran aku dinobatkan sebagai siswi tercantik saat SMP. Bahkan gelar itu tetap bertahan saat aku pindah ke SMA. Meskipun sudah sering berpacaran, baru kali ini aku merasakan pahitnya sakit hati. Surya memang lelaki spesial yang bisa membuat playgirl sepertiku tidak berdaya. Sejenak aku teringat kenangan saat pertama kali aku mengenalnya.
.
.Udara pagi hari itu terasa sejuk menyapaku yang bersiap pergi menuju sekolahku yang baru. Setelah merapihkan rambut panjang ku dan menghabiskan sarapan, aku berangkat ke sekolah ditemani sopir keluargaku. Sepanjang perjalanan aku sangat menikmati pemandangan hamparan sawah di pinggir jalan yang biasanya sangat jarang aku temui di tempat tinggal ku yang dulu. Aku baru seminggu tinggal di kabupaten bernama Purwakarta ini. Sebuah kabupaten kecil di Jawa Barat yang terkenal dengan sate maranggi. Aku pindah mengikuti ayahku yang baru saja diangkat sebagai kepala cabang sebuah bank swasta di Purwakarta.
Meskipun kecil, ternyata purwakarta adalah kabupaten dengan potensi wisata alam dan budaya yang sangat bagus. Satu kata dariku untuk Kabupaten ini. ISTIMEWA. Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya aku sampai di sekolah baruku. Sebuah gerbang besar dengan plang bertuliskan “SMA NEGERI 2 PURWAKARTA” menyambutku saat aku baru turun dari mobil.
Tampak beberapa siswa yang masih menggunakan seragam SMP melewati ku dan masuk kedalam gerbang. Mungkin mereka adalah siswa baru seperti diriku. Hari ini adalah hari pertama MOS
(Masa Orientasi Siswa) di sekolahku. Aku melihat papan pengumuman mencari namaku di daftar kelas sebelum masuk ke dalam kelas. Setelah mengetahui nama kelas dan letak ruangannya, aku bergegas menuju kelas untuk bertemu teman baruku. Beberapa pasang mata menatap ke arahku saat aku memasuki kelas. Aku membalas tatapan mereka dengan tersenyum ramah. Aku mengintari pandangan mencari sebuah kursi kosong.