BAGIAN 3

6 1 0
                                        

“bukankah orang seperti aku juga pantas bahagia dan menemukan kebahagian, mengapa semua orang seakan mencabut hak tersebut.”

_____IM NOT PERFECT GIRL___

❗ADA KATA- KATA KASAR, BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN MENGHINDAR.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tetapi Hera tetap berdiam diri di kelas sendirian. Ia terlalu takut untuk keluar bersama dengan murid yang lainnya.

Ujung- ujungnya bisa kalian tebak sendiri, Hera terlalu malas untuk menjelaskannya.

"Masih Rame gak ya?" Gumam Hera termenung dengan menyandarkan punggungnya ke Kursi.

Tiba- tiba terdengar derap kaki dan suara berisik yang bisa Hera tebak derap langkah sekumpulan laki- laki yang akan melewati kelasnya.

Dengan cepat Hera melangkah pelan menuju belakang pintu kelasnya, bersembunyi disana. Itulah Hera selalu takut untuk menghadapi kenyataan di depannya, terlalu takut bahwa seluruh dunia akan merendahkannya.

Grasak- grusuk mulai terdengar semakin dekat kala Hera memepetkan badannya ke ujung tembok agar tidak ada seorangpun dari mereka melihatnya.

"Eh ini kan kelasnya cewek bongsor itu hahaha."

Semuanya tertawa, "Yoi! Napa lo? Naksir ye?"

Yang di tuduh mengetukkan kepalan tangannya ke dahi, "Amit- amit babik haha, bisa abis duit gue buat ngasih makan dia."

"Parah banget lo ger!"

Tertawa, lagi- lagi mereka mentertawakan Seseorang yang bahkan tidak pernah di sentuh sedikitpun oleh Hera. Semuanya seolah tidak Sudi jika Hera menjadi kekasihnya.

"Udah ah cabut! Males banget ngomongin dia."

Hera perlahan keluar dari belakang pintu, menatap nanar punggung- punggung yang tadi mentertawakannya, Hera tersenyum paksa.

"Udah Biasa kali Ra, kenapa sedih?"

Setelah memastikan keadaan sepi, Hera pun berjalan gontai menuju gerbang sekolah, pikirannya menjadi kemana- mana.

Tidak sepantas itukah dirinya untuk disebut seperti perempuan pada umumnya? Apakah selalu fisik yang menjadi penentu sebuah kehormatan?

"Gapapa Ra, lo kuat kok! Udah biasa kali Ra hehe," Monolog Hera.

Sesampainya di gerbang yang memang tempatnya dekat dengan parkiran, Hera melihat sekumpulan geng Adrian yang masih terlihat mengobrol.

Kesialan Hera datang.

Hera menghembuskan nafasnya kasar, ia pasrah apapun nanti yang akan dikatakan geng adrian untuknya. Lagipula tidak sehari seminggu Hera mengalami ini namun sudah bertahun- tahun jadi mungkin dia sudah terbiasa.

Hera berjalan dengan menunduk dan mengeratkan kedua tangannya pada tasnya.

"Waw waw waw, Si bongsor belum pulang ya?"

"Badan lo makin hari makin gak berbentuk anjir"

"Heh! Sini lo!"

Itu Adrian, kalian sudah bisa menebak apa yang akan Adrian lakukan?

Hera terpaksa mendekat, masih dengan menundukkan kepalanya.

Adrian tersenyum miring, matanya mengode pada kawan di sebelahnya.

Sebuah Baskom yang entah isinya apa langsung disiramkan ke atas kepala Hera yang menunduk.

"AAAA!!"

Hera melindungi kepalanya dengan kedua tangannya, meskipun tidak berguna karena sekarang badannya sudah basah dan berwarna kecoklatan, dan bau ini....

"YAHAHAHAHA, ITU KUAH MIE AYAM DONGO!"

Hera melipat bibirnya menahan tangis.

"Bau banget lo sor! Udah bongsor, jelek, bau lagi!"

"Lo keterlaluan banget Yan!"

Adrian menatap ke sebelahnya, memutar bola matanya malas.

"Apa sih hah? Biasa aja kali."

Hera masih berdiam di tempat dengan menunduk, meremas rok nya kuat- kuat karena menahan tangis, Hari ini ia lemah sekali. Biasanya dia tak pernah ambil pusing dan langsung pergi.

Tetapi kali ini Hera lelah, ia butuh ketenangan walau sehari untuk tidak merasakan semua ini.

"Lo ambil darimana?"

"Dari kantin, itu kuah sisa yang dikumpulin kemarin tau hahah! Pasti kuahnya udah lengket," Jawab Adrian enteng tanpa merasa bersalah. Malah sekarang ia sedang tertawa terpingkal dan puas menatap Hera dengan keadaan seperti itu.

"Stop Yan, dia gak punya masalah sama lo!"

Adrian menarik kerah Laki- laki itu dengan satu tarikan, "Kenapa lo selalu ngebelain cewek jelek itu? Lo naksir?"

Laki- laki tertawa hambar memalingkan wajahnya, "Ngebela bukan berarti naksir Yan, masalahnya nih cewek gak pernah cari masalah sama lo!"

Adrian menggeram, "Yaudah terserah gue kali Al! Lo kenapa sih akhir- akhir ini kaya musuhin gue?!"

Laki- laki itu melepas paksa cengkraman Adrian, "Ngerasa gitu?"

Al mendorong pelan pundak Adrian, lalu menatap Hera yang ia ketahui sedang menahan Tangis.

"Ayo gue anter pulang!"

Hera mendongak, sekejap kemudian menunduk lagi.

"Makasih."

Kemudian Hera berlari menuju gerbang, meninggalkan geng Adrian yang kini semuanya terdiam.

"Gue cabut!"

Al langsung mengendarai motornya dengan cepat keluar dari pekarangan parkiran meninggalkan Adrian yang berdecih.

IM NOT PERFECT GURLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang