BAGIAN 4

3 1 0
                                    

“Jika hanya fisik yang menjadi penentu, lantas untuk apa otak dan logika diciptakan?”

———IM NOT PERFECT GIRL———

❗BANYAK KATA KASAR, JIKA TIDAK SUKA SILAHKAN MENGHINDAR❗

"Aku pulang."

Hera tertawa miris, untuk apa dirinya mengatakan hal itu jika hanya ia sendirian yang ada dirumah. Tidak berguna sama sekali.

Setelah meletakkan tasnya diatas meja, Hera langsung pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian.

Sekarang adalah waktunya untuk PartTime.

Hera bekerja di suatu minimarket kecil dengan pegawai yang beranggotakan 3 orang, minimarket tersebut tidak besar dan hanya menjual minuman, makanan ringan serta bunga. Sangat berbeda dengan Minimarket yang lain.

Untungnya Disini Hera merasa nyaman, pemilik Minimarket sangat Baik begitu juga dengan rekan kerjanya.

"Ra, Kamu udah makan belum?" Tanya Ayu. Dia lebih tua dari Hera, usianya sudah 20 tahun dan sedang menjalani kuliah di salah satu perguruan tinggi.

Hera tersenyum setelah memasukkan botol kaleng terakhir ke dalam kulkas, "Belum nih Kak, aku baru banget pulang soalnya."

Ayu menggeleng, "Ra Ra, kamu itu harus perhatiin pola makan."

Hera memandang keluar jendela yang ramai dengan lalu lalang kendaraan.

"Hera mau coba diet...hehe."

Ayu yang sedang membuka kardus berisikan makanan ringan yang akan di tata ke Rak seketika terdiam. Dia melihat Hera yang memang hari ini tampak lebih lesuh daripada biasanya.

"Ra, diet itu bukan gak makan tapi ngatur pola makan dan porsi aja."

Dea yang sedang memotong bagian bawah tangkai bunga mengangguk setuju walau tidak menyuarakannya.

Hera menggeleng tetap kekeh pada pendiriannya, "Aku mau diet ketat aja, lagian sekarang gak laper kok!"

Ayu Dan Dea hanya memandang satu sama lain tanpa mengatakan apapun lagi.

......

Keesokan paginya ternyata Hera bangun kesiangan karena tertidur di meja makan dapur.
Semalam dirinya ingin makan ssbelum tidur tetapi setelah memutuskan menidurkan kepalanya di meja makan sebentar ia malah tertidur hingga pagi.

"Duh Gimana si Ra!" Omel Hera pada dirinya sendiri.

Hera melirik dapur, ingin membuat makanan untuk dibawa ke sekolah karena dari semalam ia belum makan.

Tetapi sedetik kemudian kepalanya menggeleng, nanti ia akan beli minum saja di kantin karena selain niat dietnya, sekarang Hera sudah sangat terlambat.

Setelah menaiki sepedanya ia dengan cepat mengayuh hingga keringat membanjiri seragamnya.

"Ayo semangat!" Ucap Hera.

Beruntung jarak rumahnya dengan sekolah hanya sekitar 15 menit.

Sesampainya di gerbang Hera dengan cepat turun dan berlari masuk dengan mendorong sepedanya.

"Gue kasian deh sama sepedanya?" Bisik-bisik terdengar.

"Lah emang kenapa?"

"Pasti kalo sepedanya bisa ngomong dia gak mau di naiki sama babon hahahah."

Hera memarkirkan sepedanya dengan kepala menunduk, tapi belum 5 menit sepedanya kini sudah hancur karena di tabrak oleh seseorang.

Brak!

"Ah! Sepedanya.."

Hera menunduk menahan tangis, ia berjalan ke sepedanya yang telah hancur karena di tabrak dengan sepeda motor, pedalnya lepas serta keranjang depannya.

Adrian, langganan membully Hera dan guru seolah tidak memperdulikannya. Jika ada anak yang melapor kepada BK dan Kepala Sekolah mereka selalu menanggapinya dengan "mereka hanya bercanda, jangan dibawa serius lah."

Jika seperti ini masih termasuk bercanda? Apa guru akan bilang itu tidak sengaja?

Adrian pura- pura sedih, "Yah sepeda lo hancur, gimana dong?"

"Gapapa kok," Hera mengucapkan itu dengan nada yang bergetar karena menahan tangis.

Ia memutuskan untuk meletakkan sepedanya di pojokan lalu berjalan menjauh menuju kamar mandi, seperti biasa Hera akan menangis terlebih dahulu.

Seseorang melihat itu semua, tapi ia sedang tidak mood untuk melakukan apapun atau bahkan adu bacot dengan Adrian.

Adrian dan teman- temannya masih tertawa disana, dia bahkan menendang lagi sepeda Hera hingga bergeser.

Dia dan teman- temannya berjalan menuju kantin dan menyalakan rokok, sudah terlihat bukan anak baik- baik dan tukang perusuh di sekolah.

"Lo kenapa sih yan kayanya dendam banget sama tuh anak?" Tanya Eko sembari menyesap rokoknya.

Adrian terkekeh, "Gue gaada dendam, suka aja ngerjain dia."

"Soalnya anaknya diem aja ye?"

Adrian mengangguk.

"WOY KOPI SATU!" Teriak Adrian pada Bu Lela, salah satu penjual di kantin.

.....

Setelah selesai dengan tangisannya di kamar mandi, Hera keluar dengan mata sembab dan wajah yang basah karena cuci muka.

Hera merapikan rambutnya sebentar lalu berniat masuk ke kelas sebelum guru datang dan ia akan terkena hukuman.

Tapi seseorang menarik lengannya dengan kasar, dalam batin Hera mungkin itu Adrian jadi dia akan pasrah.

"Heh!"

"Maaf, Aku harus ke kelas Maaf."

Orang itu mendengus, "Buka mata lo ini gue bukan Adrian."

Hera membuka matanya dan yang terlihat bukanlah Adrian tapi orang yang kemarin menolongnya.

"Lo kenapa diem aja sih waktu Adrian gituin lo hah??!" Semburnya.

Hera menunduk.

"Nunduk lagi, lihat gue! Sekali- kali lo harus ngelawan woy! Jangan diem aja kaya patung, hidup lo itu lagi di injak- injak!!" Ucapnya dengan kesal.

"Ngomong aja gampang, aku gak seberani itu."

Balasan Hera membuat orang itu diam, dia melepaskan cekalannya dari lengan Hera lalu berjalan pergi dari sana.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IM NOT PERFECT GURLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang