0

3.3K 119 1
                                    

Selasa, 09.45 AM

-

"Razia woi!"

"Sante lah gue udah potong rambut."

"Bukan rambut doang! Semua! motor lu juga kena!"

Seisi kelas hening sesaat sebelum murid berjumlah 23 orang itu melompat dari kursi masing-masing dan berlari cepat kearah parkiran.

"Seluruh siswa yang merasa memakai motor tidak sesuai standar pabrikan silahkan membawa motornya ketengah lapangan. Saya ulangi, ketengah lapangan!" Suara nyaring yang berasal dari kepala sekolah diatas podium tengah lapangan basket outdoor itu menggema diseantero sekolah 3 lantai itu.

"Seluruh murid diharapkan turun kelapangan, sekarang dan membawa tas masing-masing."

Keadaan semakin kacau ketika kedua pagar yang ada disekolah itu ditutup rapat "Jang, bukain pager lah masa dikunci si? Ngeluarin motor nih." Seorang murid mendatangi pos satpam namun lelaki paruh baya bernama ujang itu menggeleng sambil mengangkat kedua bahunya.

"Yang ngunci kepala sekolah, kuncinya juga di kepala sekolah." Ucap lelaki penjaga sekolah itu.

"Mampus!" Desah Jovan, keempat siswa dengan pakaian praktek itu mulai resah ketika para guru menyisir sekolah.

"Nah ini, ini nih biang kerok sekolah! Kelapangan ayo! Bawa motor kalian juga!" Seorang wanita dengan sergam guru menghampiri mereka dengan tatapan puas seolah mendapat mangsa buruan yang diinginkan. "Bu, maapin lah. Masa iya sih bu kita-kita dihukum?"

Wanita itu mengangguk "Iya! Wong kalian kok yang paling pengen kami hukum! Cepetan! banyak alesan aja!" Wanita itu nampak tidak bisa diajak tawar-menawar, dengan pasrah keempat remaja itu mendekati motor mereka masing-masing yang ada diparkiran.

Lapangan mulai dipenuhi murid-murid bermacam warna seragam, SMK yang terdiri dari 8 jurusan itu memang memiliki aturan jika dihari selasa dan kamis siswa wajib memakai sergam jurusan, serta hari jum'at bagi para murid juruasan teknik karena mereka mengikuti praktikum.

Seluruh pasang mata serta bisik-bisik mulai terdengar ketika para berandalan sekolah memasuki lapangan dengan kendaraan mereka masing-masing, sebenarnya yang jadi pusat perhatian selain para murid pembuat onar itu adalah motor mereka yang berbagai macam jenis serta modifikasi.

Hampir sekitar lima puluh lebih motor berjejer didepan panggung permanen sekolah, meski lapangan cukup rindang karena keberadan pohon besar dibeberapa titik gedung namun terik matahari tetap terasa menyengat kulit.

"Pak! Kunci pager mana? Itu si Elang baru aja dateng." Lelaki paruh baya berkepala hampir gundul itu melangkah turun dari panggung, menyerahkan mic yang sedari tadi dipegangnya dan berjalan kearah dua lapis gerbang sekolah.

Terlihat seorang remaja dengan helm fullface berwarna hitam itu menatap kearah gurunya dengan pandangan curiga.

"Eh kamu baru dateng Lang?" Sapa lelaki itu sambil membuka pintu pagar, remaja yang dipanggil Elang itu hendak memundurkan.

motornya namun terlambat ketika sang kepala sekolah sudah mencabut kunci motor CBR 250 cc itu.

"Tumben bapak sekarang rapi, kurusan lagi." Lelaki bertinggi badan 179 senti meter itu turun dari motornya hendak mendekat kearah kepala sekolah namun lelaki itu dengan cepat mengantongi kunci motor tanpa gantungan itu "Dorong motor kamu kelapangan." Ucap lelaki itu, Elang menghela nafasnya dibalik helm, membuka visor iridium silver nya dan mendorong malas motor besarnya itu memasuki lapangan yang sudah sesak diisi manusia dan kendaraan.

CATALOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang