PROLOG

1K 45 2
                                    

"Klien hari ini orang dari mana emang? Kayaknya heboh banget"

"Iya nggak tau juga tadi dia bayar banyak buat acara pemotretan kali ini"

Alvin mengangguk-angguk sambil merapikan perkakas bekas pemotretan sebelumnya, memasukan lensa serta kamera kedalam tas khusus dan membawanya menuju tempat pemotretan selanjutnya

Nampak seorang wanita dengan gaun berbahan satin berwarna peach lembut berjalan melewatin Alvin, aroma wangi parfum dari gadis itu menguar keindra penciuman Alvin hingga membuat lelaki itu menghembuskan nafasnya cepat.

"Udah lama nunggu?"

Alvin melihat kearah anak laki-laki berusia sekitar 11 tahun yang nampak tampan dengan setelan pakaian formal lengkap dengan tuxedo dan dasi berwarna maroon serta sepatu vans hitam dikakinya berdiri didepan wanita itu "Enggak" Jawab anak itu acuh lalu kembali sibuk dengan smartphone ditangannya.

"Itu klien nya?" Hesti mengangguk sambil mengatur pencahayaan, Alvin kembali membongkar isi tasnya dan memasang semua bagian kamera yang hendak ia gunakan.

"Foto keluarga Hes?"

"Enggak tau sih, tapi kayaknya iya soalnya ada cowok,cewek sama anak kecil"

"Nggak ada keterangan lebih lanjut emang?"

Gadis bersurai panjang itu menggenggeleng "Enggak sih, kenapa emang kepo amat"

Alvin hanya tertawa kecil, Hesti benar soal sifat ingin tahu Alvin yang meningkat drastis.

Lelaki itu menjadi semakin pendiam sekarang. Setelah perpisahannya dengan Rizal yang cukup membuat kejiwaannya terguncang, namun Alvin berhasil bangkit dan melanjutkan hidupnya, lulus dari perkuliahan dengan tepat waktu dan mendapat pekerjaan sebagai seorang fotograper disebuah foto studio yang cukup terkenal serta menjadi seorang freelancer ilustrator.

Setidaknya ia tidak banyak memiliki waktu luang untuk kembali mengingat masa lalunya yang sampai saat ini masih membekas dipikiran dan perasaanya.

"Ayah kamu kemana? Telat nih pasti"

"Dijalan" Jawab anak itu masih belum mengalihkan perhatiannya dari smartphone ditangannya.

Alvin mengalihkan perhatiannya dari dua orang itu kembali pada peralatannya yang hampir selesai ia persiapkan.

"Dari mana aja kamu?"

Seorang laki-laki yang mengenakan setelan formal dengan jas yang tidak terkancing rapi datang sambil berusaha merapikan dasinya. Wanita cantik itu berjalan mendekat dan membantu lelaki itu merapikan dasinya lalu mengancingkan jas hitam yang dipakainya agat terlihat lebih rapi.

Alvin mendongak dan menatap kearah lelaki yang juga menatap kearahnya itu, ia hampir saja menjatuhkan lensa yang dipegangnya kelantai namun dengan sigap ia kembali menangkap lensa itu sebelum jatuh.

Lelaki itupun sama terkejutnya namun ia masih bisa menyembunyikan ekspresinya dengan baik.

Alvin menahan perasaan yang memenuhi tubuhnya, desakan untuk tidak menghampiri lalu masuk kedalam pelukan kokoh lelaki itu ia tahan dengan sangat kuat. Alvin mengepalkan tanganya erat disekitar lensanya hingga buku jemarinya memucat.

"Ah..bisa kita mulai pemotretannya?" Pertanyaan wanita itu memecah lamunan Alvin, wanita itu duduk dikursi megah yang sudah disediakan di spot foto yang dipilihnya sedangkan lelaki yang mengenakan setelan formal itu berdiri tegak dan nampak gagah disamping kursi dengan anak yang berusia 11 tahun itu berdiri diantara kedua orang itu. Mereka tampak seperti keluarga bahagia yang sangat high class.

Alvin menekan tombol kamera dengan susah payah akibat perasaannya yang bercampur aduk, setelah beberapa kali pengambilan foto ia sudah tidak sanggup dan meminta izin digantikan oleh teman seprofesinya sebelum beralih pergi ketoilet.

Alvin menutup pintu toilet dan mengambil nafas sebanyak yang ia bisa seolah sedari tadi ia tidak bernafas, lelaki 28 tahun itu mencengkram wastafel setelah membasuh wajahnya, air mata perlahan turun dan tidak bisa ia tahan.

"Alvin"

Alvin mendongak dan melihat pantulan bayangan seorang lelaki yang berdiri dibelakang tubuhnya, lelaki yang selama tujuh tahun ini masih mengisi hatinya serta menjadi penyesalan terbesarnya untuk sikapnya yang tidak dewasa untuk menerima kenyataan.

"Rizal" panggilnya dengan senyum tipis yang mengembang namun memperlihatkan luka.

CATALOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang