0.Prolog

780 22 6
                                    

"Sayang bangun,"

Garit tersentak dan bangun dari kasur seukuran tubuh besarnya itu, lelaki yang berjongkok disamping kasur tanpa ranjang itu tertawa kecil dan duduk ditas lantai sambil mengusap wajah lelaki yang baru bangun dan nampak masih mengumpulkan kesadaran.

Tubuh atletis berwarna gelap itu terlihat dipenuhi keringat, Garit menghela nafasnya dan menyalakan kipas angin yang ada disampingnya "Kapan dateng kamu?"

"Udah lama, aku selese masak juga kamu belum bangun." Ucap Tara sambil menekan tombol kipas angin itu agar berputar kearahnya bergantian. Ruangan sempit berukuran tiga setengah meter itu hanya diisi sebuah kasur tipis berukuran satu orang, serta lemari pakaian kecil dan juga paku-paku dipenuhi pakaian yang digantung asal oleh sang pemilik "Kamu nggak pergi kerja?"

"Aku masuk malem," ucap Garit yang sudah mulai sepenuhnya sadar, ia meraih smartphone dengan retakan cukup besar dilayar LCD 5 inch itu menunjukan pukul sepuluh pagi hari "Makan dulu yuk," Garit bangkit dan mengikuti langkah Lelaki yang mendahuluinya itu keluar dari kamar dan langsung mengarah kearah dapur yang menyatu dengan ruang makan "Aku masak

ayam pedes manis, tapi nggak terlalu manis kok" Garit tertawa kecil mendengar ucapan lelaki itu dan mendudukan dirinya diatas lantai menunggu lelaki itu menyiapkan piring serta menu makanan.

"Hendra tadi nanyain aku katanya motornya ada masalah lagi, jadi sore ini mau dibawa kebengkel tapi kamu aja yang ngehandle." Tara berucap, lelaki manis itu mengisi piring Garit dengan nasi serta Lauk sesuai porsi lelaki besar itu dengan tepat karena ia sudah hapal betul "Service bulanan palingan, mau modif lagi?" Tanya Garit sambil menyuap nasinya.

Tara menggedikan bahunya, lelaki itu menggigit perlahan daging ayam yang ada ditangannya "Nggak tau, tapi kayaknya enggak soalnya balal dimarahin lagi sama mama."

Garit tertawa kecil, Hendra adalah remaja laki-laki berusia 19 tahun, adik kandung dari lelaki manis yang duduk didepannya itu, Tara Faradika. Berusia 24 tahun dan bekerja sebagai seorang fashion designer lulusan Raffles college and higher education Singapore dan bahkan telah memiliki brand pakaian meski belum terlalu terkenal disemua kalangan.

Lelaki murah senyum yang ramah dan sangat mudah bergaul, sosoknya yang pintar serta sopan selalu menjadikannya mudah

dalam berteman. Semua orang akan menyukainya ketika pertama kali bertegur sapa.

Garit Hardian, lelaki berusia 22 tahun yang hanya seorang mekanik dibengkel resmi Kawasaki, gajihnya kurang dari dua juta sebulan. Seseorang yang hanya lulusan sekolah teknik dan hidup sebatang kara merantau diperkotaan.

Kehidupan keduanya sangat berbeda namun kenyataannya mereka sepasang kekasih dan mereka gay.

"Kamu dicariin ayah juga, katanya mobilnya ada masalah." Tara meletakkan piringnya yang sudah kosong keatas lantai sambil menenggak air dari cangkir "Nanti aku kesana buat ngecheck." Tara mendekat kearah Garit dan mengecup bibir lelaki yang berpenampilan sangat pribumi itu sambil tersenyum setelahnya "Kalo kamu kerumah aku nggak jadi ke studio." Ucap Tara sambil tersenyum dan membawa piring kotor kearah kamar pencucian.

Garit hanya lalu kembali kedalam kamarnya dan meraih kaos T- shirt abu-abu dan tas berisi peralatan mekanik seadanya yang ia miliki.

"Langsung aja, biar cepet selese mobil ayahmu." Tara yang baru selesai mencuci piring itu menoleh ketika Garit memanggilnya,

lelaki 24 tahun itu mengangguk dan meraih jaket serta tas tangan miliknya yang terletak diatas meja kecil disamping pintu kontrakan yang didiami oleh kekasihnya itu.

2 tahun semenjak mereka resmi menjadi sepasang kekasih, Tara sama sekali tidak pernah mempermasalahkan siapa kekasihnya itu meski terbilang kasta mereka sangat jauh berbeda, kedua orang tua serta adiknya pun menerima baik Garit ketika ia memperkenalkannya meski hanya sebagai teman bukan kekasih, Tara masih belum senekat itu untuk mengakui perbedaannya dan Garitpun tidak terlalu banyak menuntut dan membiarkan semuanya berjalan seiring waktu.

"Kamu aja yang nyetir, aku mau nempelin kamu aja." Garit menghela nafas ketika Tara menyerahkan kunci mobil Ford Focus milik lelaki itu kearahnya,

"Mas kalo parkir mobil jangan ngehalangin jalan!" Garit dan Tara yang baru saja keluar dari kontrakan sederhana itu tersentak ketik seorang laki-laki berucap cukup ketus sambil mengendarai motor, Garit mengangguk singkat sambil meminta maaf. Mobil putih milik kekasihnya itu memang sangat menghabiskan space jalan sempit tempat kontrakan Garit berada, bisa dikatakan pinggiran kota yang kumuh namun Garit tidak ingin pindah karena mempertimbangkan pengeluarannya yang akan membengkak jika ia mamaksakan diri, dan Tara tidak pernah menuntutnya sekalipun.

"Jangan markir disini lagi nanti," Tara hanya tertawa mendengar ucapan kekasihnya itu dan mengangguk sambil memasang sabuk pengaman, Garit melajukan pelan mobil itu digang dengan Tara yang menempel dibahunya.

Selama 2 tahun berpacaran membuat Garit sedikit banyak mengetahui sisi baik dan buruk dari lelaki yang lebih tua 2 tahun darinya itu. Tara sosok yang ambisius ketika sudah memiliki tujuan, IA juga orang yang akan melakukan apapun dengan tenaganya sendiri untuk mencapai kesuksesan yang diinginkannya, dengan latar belakang keluarga yang memang kalangan crazy rich sangat mempermudahnya mencapai tujuan namun Tara tidak selalu mempergunakan kekuatan uang untuk hal-hal tertentu. Tara juga bukan orang yang pemilih dan mudah mengerti meski sifat manja dan mudah berubah mood miliknya sangat sulit dikontrol namun hal itu hanya ditunjukannya pada orang-orang terdekat.

Dan Garit benar-benar mencintainya, katakanlah ia rela mati untuk lelaki itu meski berlebihan mungkin akan benar ia lakukan jika suatu saat diperlukan.

Garit mencintai Tara bukan tentang kekayaan ataupun kesuksesannya melainkan tentang bagaiman pertemua sederhana tentang seorang laki-laki yang menangis ditengah hujan deras karena mobilnya mogok dan handphonenya kehabisan daya, tidak tahu minta tolong pada siapa dan pertemuan itu tidak akan pernah bisa Garit lupakan meski terkesan sangat biasa.

Tara memiliki segalanya bahkan ia memiliki seseorang yang sangat mencintainya dan itu Garit.

Tapi lelaki tidak pernah tau akan seberapa lama Tara bertahan padanya jika hidupnya hanya bergulir sebagai seorang mekanik kontrak dengan gajih dibawah dua juta, apa yang bisa diharapkan darinya selain otot dan tenaga yang akan pudar dimakan usia? Tidak ada jaminan untuk Tara tetap bertahan padanya jika ia tetap tidak maju.

Dan apa ambisinya?

CATALOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang