1. Fahrizal Alexander

1.3K 60 1
                                    

10.23 AM

"Kamu beneran udah ada proyek baru?"

"Iya pak." Rizal menjawab malas-malasan sambil menghembuskan nafas berisi asap rokok itu keudara lalu memalingkan pandangan kearah lelaki paruh baya yang duduk diseberangnya itu.

"Proyek sekarang itu udah hampir selesai delapan puluh persen jadi aku udah mikirin dan nembak beberapa proyek yang kurang lebih sama jangka waktu pembangunannya, biar proyek bendungan itu nggak keteteran." Rahman menganggukkan kepalanya mendengar jawaban sang anak, ia menekan puntung rokok keatas asbak lalu menyesap teh dicangkirnya.

"Ya bagus deh kalau kamu udah punya cadangan proyek"

"Iyalah, nggak usah lagi dibantuin juga aku udah bisa sendiri" Rizal bangkit berdiri meninggalkan ayahnya yang masih duduk memandangi kaca bening langsung tembus kehalaman yang dipenuhi tanaman mulai dari bunga sampai pohon akasia.

"Ibumu mau ngomong katanya" Rizal mengangguk lalu berjalan keluar ruangan, melangkahkan kakinya menuju dapur dan melihat wanita paruh baya yang masih terlihay awet muda menyuapi seorang anak berusia empat tahun yang nampak malas makan.

"Makan dulu ih katanya mau cepet gede"

"Makan aja males dasar bocah" anak lelaki itu berbalik ketika mendengar suara Rizal, ia melempar senyum lebar lalu berlari kearah Rizal yang sudah berjongkok bersiap menangkap tubuh kecil anak itu.

"Om Jale!" Teriak anak itu sambil berlari dan menabrakkan tubuhnya kepelukan Rizal yang sudah siap siaga menangkap.

"Ugh..kenceng juga sekarang tabrakan nya ya" Rizal terkekeh lalu berdiri sambil mengangkat tubuh kecil anak itu "Udah selesai urusan sama bapak?" Lelaki itu mengangguk dan duduk di kursi meja makan, menatap ibunya yang membereskan lego bekas mainan Gibran-bocah yang ada dipangkuan Rizal.

"Cuma ngomongin proyek, biasalah" Rizal menarik-narik pipi Gibran sedangkan anak itu hanya diam dipangkuannya "Gimana kerja kamu lancar aja kan?"

"Iya bu"

"Makasih ya panci prestonya kemarin" Adelia tersenyum kearah putranya, Rizal tertawa kecil melihat senyum ibunya "Nggak nyangka aku ternyata satu set peralatan masak begitu hanyanya mahal banget"

"Tuh tau kan harganya, makanya kalo ibu ngasih makanan di tupperware itu tempatnya jangan ditaroh asal"

"Om Jale, aku ikut om ya" ucap Gibran, Rizal mengangkat anak itu keatas meja makan hingga mereka duduk berhadapan "Halah, ngerepotin aja ntar"

"Enggak kok!" "Iya!"

"Enggak!" Gibran masih bersikeras dan Rizal tertawa.

"Kamu nggak bisa ikut Om, kan bentar lagi mama dateng" Gibran mendengus kearah Adelia "Rehan periksa lagi bu?" Wanita itu mengangguk mendengar pertanyaan Rizal.

"Jadwalnya cuci darah makanya Gibran dititipin kesini" Rizal mengangguk-angguk dan Gibran yang menatap lelaki didepannya itupun mengikuti gerakan anggukan yang dilakukan Rizal.

Gibran adalah anak dari kakak Rizal, Rehan Alexander. Anak kandung dari kedua orang tuanya, Rizal adalah anak angkat dan ia baru mengetahui itu ketika kelas satu SMK. Meski ia sudah merasa janggal sejak kecil karena bapaknya selalu memanjakan dan menomer satukan Rehan namun Rizal selalu bersikap acuh dan berpikir jika bapaknya melakukan itu karena Rehan adalah anak yang lemah, sejak lahir Rehan memang sudah divonis lemah jantung oleh karena itu semua posisi digantikan oleh Rizal. Kehidupannya dengan Rehan sangat berbeda, jika Rehan sangat dimanjakan dan dituruti apapun kemauaanya berbeda dengan Rizal yang diharuskan disiplin dan bekerja keras terlebih dahulu jika ingin meminta sesuatu.

CATALOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang