Sepulang dari tempat bimbingan belajar, Mentari mampir dahulu ke toko yang menjual peralatan sekolah. Ia berniat membeli pulpen dan sticky note. Ujian akan diadakan sebentar lagi, jadi ia akan menuliskan kalimat-kalimat pemberi semangat yang akan di tempelkan di depan meja belajar.
Tidak memakan waktu yang lama, kini di tangan Mentari sudah ada 1 pak pulpen dan 1 sticky note. Gadis dengan sweater hitam itu pun melangkah menuju kasir untuk membayarnya. Pengunjung cukup banyak, mau tak mau dia harus mengantre.
Sekitar 2 menit, akhirnya Mentari mendapat giliran untuk membayar barang beliannya, setelah pelanggan lelaki di depannya pergi. Mentari mengeluarkan uang sesuai total harga pembeliannya. Lalu ia pun melangkah keluar.
Baru saja Mentari membuka pintu toko, tiba-tiba seseorang dari luar masuk dengan berlari. Hal itu mengakibatkan terjadinya tabrakan. Keduanya sama-sama terjatuh ke lantai.
"Shh~" Mentari meringis.
Penjaga dan beberapa pengunjung toko hendak bergerak membantu, namun seseorang tiba-tiba menarik Mentari lebih cepat.
"Hati-hati kalau jalan. Gak usah lari kayak tadi. Toko ini enggak bakal pindah juga kalau lo jalan kayak siput." Kalimat tersebut terlontar dari bibir seseorang yang menolong Mentari.
Saat Mentari menengadah untuk melihat siapa yang menolongnya, ia tiba-tiba terdiam.
"Maaf, Kak, saya ceroboh. Saya buru-buru tadi."
Tanpa membalas perkataan orang yang menabrak Mentari, seseorang itu menarik Mentari agar keluar dari toko. Mentari yang beberapa saat hanya diam pun kini tersadar.
"Kayaknya kita pernah ketemu, deh?"
Mentari mengangguk beberapa kali membenarkan ucapan pemuda di hadapannya.
"Lo--"
"Kak Rega, kan?" Mentari menunjuk pemuda di hadapannya dengan jempolnya.
Pemuda itu membulatkan matanya saat Mentari menyebut namanya. Ya, dia Rega.
Mentari tersenyum, kemudian berkata, "Kita pernah ketemu di sekolah gue. Waktu itu Kakak minta pembalut."
Rega meringis malu dan mengibas-ngibaskan tangannya, mengisyaratkan agar alasan mereka bertemu tidak usah diingat lagi. "Lupain alasannya. Yang jelas berarti kita udah pernah ketemu."
"Iya, Kak," kata Mentari sambil tersenyum maklum.
"Oh, iya, gue belum tau nama lo," ucap Rega, baru sadar ia belum mengetahui nama gadis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI
General FictionMentari tidak menyalahkan takdir. Tetapi setiap malam sebelum ia memejamkan mata, ia selalu berpikir; apakah takdirnya akan sama seperti mentari di atas sana yang muncul setelah melewati malam panjang? Apakah dirinya akan menemukan titik kebahagiaan...