7 - Cantik

12 2 0
                                    

Rega memutar gas motornya sehingga membuat derungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rega memutar gas motornya sehingga membuat derungan. Sengaja ia lama-lamakan agar derungan tersebut mengganggu tetangga di sekitarnya. Agar yang tidur jadi terbangun, agar yang malas bisa beranjak, dan agar yang bersabar bisa beristighfar.

Seperti biasa, saat kegiatan memanaskan motor itu berlangsung, Rega selalu melihat seorang pria yang merupakan tetangga depan rumahnya berdiri di dekat gerbang. Sambil bercacak pinggang, Pak Roni memasang ekspresi datar ke arah Rega. Rega bisa tebak pria itu habis jogging keliling komplek.

"Selamat pagi, Pak Roni!" sapa Rega sambil melambaikan tangannya. Ia kemudian berjalan ke arah gerbang untuk membuka benda tinggi tersebut, agar ia bisa enak mengobrol dengan Pak Roni.

"Udah, Nak, mengganggu tetangganya?" sindir Pak Roni datar.

Rega mengacungkan jempolnya bangga, kemudian berkata, "Udah, dong, Pak. Bermanfaat bukan?"

Pak Roni mengacungkan jempolnya. Ia juga tersenyum, membuat kumis baplangnya itu terangkat. "Keterlaluan kalau sampe si Jeje enggak bangun," katanya, membuat Rega terkekeh.

Jeje adalah anak Pak Roni yang masih sekolah SD. Anak itu memang sering kesiangan. Jadi, dengan Rega memanaskan motor seperti itu, ia mendukung. Agar anaknya itu merasa terganggu dan memilih bangun.

Dari banyaknya tetangga, hanya Pak Roni yang sering berinteraksi dengan Rega. Jika merasa terganggu dengan aktivitas Rega, mereka tidak pernah memprotes dengan cara menegur atau yang lainnya. Hanya saja jika berpapasan, wajah mereka terlihat masam.

Nasib orang komplek.

"Pak Roni habis jogging, ni?"

"Iya, Nak. Biar sehat."

"Wih ... mantap jiwa!" Rega mengacungkan kedua jempolnya.

Pak Roni terkekeh menganggapi. "Lebih pagi berangkat, Nak?" tanya pria itu, mengingat biasanya Rega akan memanaskan motor saat ia sudah tiba di rumah dan tengah menyesap kopi di teras.

"Iya, Pak. Soalnya saya nanti enggak sendiri berangkatnya," kata Rega.

"Sama siapa?"

Rega menyuruh Pak Roni untuk mendekat, menambah kesan penasaran bagi pria paruh baya itu.

"Sama bidadari," bisik Rega di telinga Pak Roni. Setelah itu Pak Roni menjauhkan kembali tubuhnya.

"Kamu ini bisa saja," ucap Pak Roni.

"Beneran, Pak. Bapak enggak percaya? Mau lihat fotonya?"

"Mana coba?"

Rega bersiap mengambil ponsel di sakunya, namun tidak jadi dan malah berkata, "Enggak usah, deh, Pak. Nanti Bapak jatuh cinta. Saya rasa mental Jeje belum siap untuk menerima ibu tiri."

Rega tertawa puas setelah itu. Sementara Pak Roni sudah berakting akan memukul Rega.

"Kalau gitu saya berangkat, ya, Pak. Kasian takut bidadarinya nunggu lama." Rega mencium tangan Pak Roni setelahnya.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang