Tukar Pikiran dan Perasaan

2.8K 310 5
                                    

Hari telah berganti minggu, minggu telah berganti bulan, dan Wei Wu Xian menjadi semakin kurus karena tubuhnya hanya bergantung pada cairan infus selama beberapa bulan terakhir. Tidak sekali dua kali, Wei Wu Xian mengeluh bosan karena terus berada di ranjang, itu sebabnya Lan Wangji akan membawanya keluar rumah sebentar menggunakan kursi roda, berkeliling mengitari taman kelinci dan taman bunga yang berada di mansion nya.

Kali ini Lan Wangji membawa Wei Wu Xian ke taman kelinci kesukaan Wei Wu Xian.

"Lan Zhan, aku ingin duduk di rumput bersama kelinci-kelinci itu" pinta Wei Wu Xian.

"Tidak, banyak bakteri dan kuman" Lan Wangji menolak.

Wei Wu Xian merungut sebal "aku sudah seperti anak bayi yang tidak boleh kotor karena takut sakit terkena bakteri"

Lan Wangji berjongkok didepan Wei Wu Xian dan mengambil tangan Wei Wu Xian, menggenggamnya "bahkan bayi lebih kuat" sendu Lan Wangji. Wei Wu Xian kalah kalau Lan Wangji sudah berekspresi seperti itu, pasti Lan Wangji akan merasa bersalah lagi karena tubuhnya lemah seperti sekarang akibat dirinya mendonorkan hati nya untuk Lan Wangji.

Wei Wu Xian menghela nafas, mengulurkan sebelah tangannya ke wajah Lan Wangji "sudah, jangan memasang wajah seperti ini, maafkan aku" membelai lembut pipi Lan Wangji.

"Lan Zhan, bolehkah aku mengeluh?" Wei Wu Xian menutup matanya sambil menghirup nafas dalam. Lan Wangji mengangguk masih dalam posisi berjongkok didepan Wei Wu Xian.

"Sebenarnya aku tidak ingin bercerita karena kau pasti kepikiran, tapi aku tidak bisa merusak diriku sendiri dengan memendamnya sendiri yang akhirnya stress kan?" kekeh Wei Wu Xian sebelum menghilangkan senyumnya "aku ingin berbagi perasaanku walau itu tidak menyenangkan untukmu. Apa kau masih ingin mendengarnya?" Wei Wu Xian membuka mata, menunduk untuk menatap Lan Wangji.

Lan Wangji juga mendongak untuk menatap Wei Wu Xian "katakanlah. Aku mendengarkan" dengan lembut terus menggenggam tangan Wei Wu Xian.

Wei Wu Xian tersenyum kecil "aku sebenarnya lelah, Lan Zhan" lirih Wei Wu Xian, menunduk, tidak berani lagi menatap Lan Wangji, dapat dirasakannya genggaman tangan Lan Wangji mengerat walau tidak menyakitinya.

"Aku bahagia. Aku bahagia karena kini aku memilikimu. Kamu mencintaiku sepenuh hati, merawatku, menjagaku, sungguh tidak pernah aku bermimpi seindah ini dulu. Dulu aku hanya berharap kau bisa mencintaiku saja sudah cukup, tapi kini yang kudapatkan lebih dari itu. Aku bahagia tapi hatiku juga sakit, Lan Zhan. Kau memang tidak keberatan tapi aku merasa aku kini menjadi sangat tidak berguna, aku malu terhadap diriku sendiri, aku yang tidak sempurna bersanding denganmu yang sempurna, itu memberatkanku..." mata Wei Wu Xian mulai berkaca-kaca, Lan Wangji tidak bisa membuka suara selain ikut merasakan apa yang Wei Wu Xian rasakan, keputus asaan.

"Sering aku berpikir, lebih baik hidupku berakhir sampai disini saja, karena aku paling benci menyusahkan orang lain, terlebih aku tidak dapat membalas perlakuan baik itu. Tapi setiap aku berpikir, aku sadar betapa aku tidak bersyukur, Tuhan telah mengabulkan doaku dengan membuatmu mencintaiku dan betapa egoisnya aku bila justru aku meninggalkanmu disaat kau telah mencintaiku bukan? Tapi aku benci karena kau juga selalu merasa bersalah, setiap kau melihat ketidak berdayaanku, kau terus menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi padaku, itu menyakitiku, Lan Zhan. Seolah dibalik rasa cintamu, itu lebih didominasi rasa kasihan. Karena kau merasa bertanggung jawab atas apa yang aku lalui. Aku tidak menyukai perasaan ini, Lan Zhan. Sungguh ini menyakitiku" Wei Wu Xian sudah meneteskan air matanya, terisak dengan keras, menumpahkan segala perasaannya, Lan Wangji sedikit bangkit untuk dapat memeluk Wei Wu Xian. Lan Wangji juga tidak kuasa menahan air matanya, istrinya ternyata berpikir terlalu jauh.

"Aku sangat lelah, Lan Zhan" lirih Wei Wu Xian dalam pelukan Lan Wangji.

Lan Wangji melepas pelukannya, menangkup wajah Wei Wu Xian, menatap ke dalam manik mata merah Wei Wu Xian untuk menyatakan keseriusannya "apa kau sudah selesai?" tanya Lan Wangji pelan dengan sorot mata lembut dan penuh ketulusan. Wei Wu Xian mengangguk kecil.

"Sekarang, dengarkan aku. Aku merasa bersalah itu tentu, karena akibat diriku, orang yang kucintai harus menanggung penderitaan seperti ini. Aku juga merasa bersalah karena aku terlambat menyadari perasaanku hingga aku menyakitimu sangat banyak. Dan juga, segala perlakuanku, itu tidak ada sedikitpun karena dasar kasihan. Aku mencintaimu dan aku ingin menjadi penopangmu adalah karena diriku sendiri, bukan karena rasa bersalah padamu. Aku ingin selalu ada untukmu, aku tidak ingin menyesal kemudian hari karena belum memberikan yang terbaik untukmu. Sudah banyak waktu yang kita lewati dan aku sia-sia kan, aku tidak ingin mengulanginya lagi. Aku ingin kau bahagia denganku hingga kau melupakan kesedihanmu. Aku ingin menjadi penyemangat hidupmu, Wei Ying. Bisakah aku? Aku tidak melarangmu untuk lelah. Lelah boleh tapi ku mohon jangan putus asa dan menyerah. Jangan pernah berpikir bahwa kau adalah beban untukku, karena itu tidak sama sekali. Merawat dan menjagamu adalah kebahagiaan untukku karena dengan itu kau bisa melihat ketulusanku mencintaimu. Sudah kukatakan bukan? Jangan berpikir apapun yang menyakiti dirimu sendiri. Katakanlah seperti saat ini dan akan aku berikan jawaban yang sebenarnya, jangan berspekulasi sendiri, kau mengerti?"

Wei Wu Xian tertegun, Lan Wangji sungguh menjelaskan panjang lebar agar dirinya tidak terus salah paham atas tindakan Lan Wangji.

"Maafkan aku berpikir buruk yang berlebihan" Wei Wu Xian mulai berhenti menangis walau masih sesegukkan. Lan Wangji juga bahkan pipinya sudah basah karena ikut teriris akan sakitnya perasaan Wei Wu Xian.

Lan Wangji menggeleng "tidak perlu ada kata maaf dan terimakasih antara kita berdua" ibu jari Lan Wangji mengusap air mata di pipi Wei Wu Xian.

Wei Wu Xian mengangguk "kau harus ingat kata-katamu sendiri. Tidak perlu maaf dan terimakasih. Oleh sebab itu, kau juga jangan merasa bersalah lagi hm? Aku seperti ini karena aku mencintaimu, bila kau yang berada diposisiku, aku juga yakin kau rela memberikan nyawamu untukku, kan? Jadi, apapun yang kita lakukan, itu semua atas dasar cinta kita berdua. Mulai saat ini pun aku tidak akan berpikir bahwa kau mengasihaniku, kau mempelakukanku dengan sangat baik itu karena kau mencintaiku seperti aku mencintaimu. Jadi hentikan perasaan saling bersalah diantara kita berdua. Kita tutup rapat masa lalu tidak menyenangkan kita berdua. Ayo kita bersama membangun masa depan kita yang membahagiakan" Wei Wu Xian tersenyum.

Lan Wangji mengangguk "hm, kita bangun masa depan yang bahagia" lalu mengecup kening Wei Wu Xian lama sebelum melepaskannya dan berbicara "sudah petang" sambil mulai memutar kursi roda Wei Wu Xian, meninggalkan taman. Wei Wu Xian sudah paham dengan waktu petang, Lan Wangji pernah mengatakan, waktu petang akan membuat angin lebih bertiup kencang dan dingin, dan itu adalah musuh tubuh Wei Wu Xian sekarang, sehingga itu juga mengartikan 'sudah waktunya masuk kerumah'.

"Baru beberapa menit yang lalu kau berpidato, tapi sekarang sudah pelit bicara lagi" kekeh Wei Wu Xian.

"Ah iya Lan Zhan" Wei Wu Xian mendongak keatas sebentar agar dapat melihat wajah Lan Wangji yang tengah mendorong kursi rodanya. Lan Wangji hanya bergumam karena fokus memperhatikan jalan, takut ada batu kerikil yang membuat oleng roda pada kursi roda Wei Wu Xian.

"Kapan kita akan menemui Wen Qing? Ini sudah 3 bulan, aku juga merasa tubuhku jauh lebih baik, aku ingin segera mengetahui bagaimana kondisi tubuhku sekarang. Aku sudah ingin berjalan, makan makanan kesukaanku, dan pokoknya melakukan banyak hal bersamamu" semangat Wei Wu Xian.

Lan Wangji tersenyum kecil yang tidak dilihat Wei Wu Xian dan menjawab "lusa". Wei Wu Xian berdecih, lagi-lagi mode irit bicara suaminya 'on' lagi.



TBC

Butterfly Effect (WangXian Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang