[16] prisoner of love

2.1K 209 4
                                    

Flas back.




Naruto memantulkan dirinya di hadapan cermin, dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya. Kini tinggal satu langkah lagi, yaitu memakai dasi di kerah seragamnya. Namun, masalahnya adalah. Sampai saat ini Naruto tidak bisa memakai dasi sejak.

Safir itu bergerak ke kanan, dimana jam dinding tertempel disana. Naruto berdecik kesal, beberapa jam lagi ia harus segera berangkat ke sekolah. Naruto tidak mau telat di hari pertamanya di sekolah.

Sebuah decitan pintu terdengar, mengalihkan pandangan Naruto pada ambang pintu, di mana seorang pria bersurai perak memasuki kamarnya dengan memegang sebuah botol di tangannya. "Sudah selesai?" Tanya pria itu.

"Hn." jawab Naruto dengan nada khas nya pada pria itu. "Ini, pakai ini di rambutmu. Kau harus menyembunyikan identitas mu." pria  itu meletakkan botol yang ia pegang di atas telapak tangan Naruto. Yang merupakan cairan semir rambut berwarna hitam.

Naruto memandangi botol itu, satu lagi kebohongan yang harus dirinya jalankan di hari sekolah baru—pertama kali memasuki sekolah menengah. "Akan ku pakai."

"Itu tidak di oleskan di rambutmu, tapi caranya kau keramaskan saat mandi."

"Kenapa tidak mengatakan sejak tadi? Aku baru saja mandi, paman." Ujar Naruto sedikit kesal. Waktu nya sudah terbuang karena memakai dasi, setelah itu ia harus mandi lagi?

"Nasib, kenapa kau tidak keluar-keluar sejak kau tiba dari hokkaido." Sahutnya pria itu dengan nada enteng sembari mengangkat bahu nya. Naruto hanya terdiam setelahnya, enggan menjawab. Kenyataan nya adalah, ia masih tidak terima akan kepindahan nya ke Tokyo. Tapi, mau gimana lagi, semua keputusan sang ayah sudah mutlak.

Dengan langkah gontai, Naruto keluar dari kamarnya menuju kamar mandi yang letaknya di lantai bawah. Tidak seperti rumahnya di Hokkaido yang memiliki kamar mandi di setiap kamar, walaupun begitu. Rumah yang menjadi tempat sementara nya lebih nyaman ketimbang rumah lamanya di Hokkaido.





***






Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, dengan suasana yang sangat baru bagi Naruto. Dia hanya terduduk di bangku taman sekolah sembari melihat aktivitas siswa/i di saat jam istirahat nya. Ia ingin sekali bergabung di antara mereka, namun. Entah kenapa, ia merasa aneh di antara mereka. Mungkin kebiasaan nya selalu menyendiri membuat dirinya aneh untuk mencari teman.

Lagi pula, ayah nya sudah berpesan. Naruto tidak boleh mencari seorang teman ataupun sahabat, karena itu akan menggangu identitas nya sebagai putra dari ketua mafia. Seharusnya ayah nya tidak mengatakan itu, toh. Naruto juga tidak tertarik untuk mencari teman ataupun sahabat.

Memantulkan wajahnya di layar ponsel, terlihat. Sosok itu bukanlah dirinya. Dengan bersurai hitam yang menutupi rambut pirang nya yang murni keturunan dari Namikaze. Naruto menghela nafas, mengadahkan kepalanya. Menatap langit sebiru lautan itu dengan tatapan menyendu. Bibir coklat nya bergerak, memanjatkan sebuah harapan pada tuhan di atas sana.

Permintaan nya hanya satu, yaitu hidup dengan jalan dan pilihan nya sendiri. Tidak ada unsur arah ataupun perintah dari seseorang. Hanya itu, apakah itu sangat sulit di dapatkan?

Lalu kalau boleh, mendatangkan seseorang yang mampu mengisi lubang hatinya yang telah lama kosong. Entah siapa orang itu, yang pasti. Naruto hanya bisa berharap, berharap, dan berharap. 

"Permisi..." suara lembut itu mengalun indah di telinganya, membuat Naruto kembali memposisikan kepalanya seperti semula.

Terlihat sebuah gadis bersurai indigo berdiri di hadapannya, dengan di kuncir dua seperti anak tadika. Lalu kedua tangan gadis itu memegang beberapa buku. Dengan manik lavendernya begitu indah di saat gadis indigo itu mengkedipkan matanya beberapa kali lalu bersemu tipis ketika senyum nya yang sangat lebar, sampai kedua mata itu menyipit saat tersenyum.

prisoner of love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang