Dalam dongeng terindahku,
Kau adalah pangeran berkuda putih yang selalu menyeka airmataku dengan sapu tangan milikmu. Dan aku selalu menunggumu menjemputku karena kau menjanjikan kebahagiaan hidup.Dalam mimpi terliarku,
Kau adalah Naruto sempurna yang dikagumi Hinata, gadis cengeng yang selalu merasa salah tempat. Berkatmu Naruto, Hinata berubah menjadi gadis tangguh yang berharga.-Dian Paska, 29 Maret 2015-
-------------------------
Bruk!!!!!!!
Seluruh orang yang sedang asik dengan kegiatannya masing-masing sontak menghentikan aktivitasnya.
Dilihatnya seorang siswi berpasaraskan cantik yang tergolek lemas di koridor sekolah. Beberapa siswa yang melihatnya langsung membawanya ke ruang UKS.
Dian yang masih merasakan sakit diseluruh badanya, mulai membuka mata dengan perlahan.
Ruangan dengan dinding berwarna putih pucat dengan beberapa ranjang tersusun rapi dan aroma obat yang mampu mengusik indra penciuman siapapun membuat Dian bergidik ngeri, rasa takut dan khawatir muncul seketika. Ia merasa dirinya berada di rumah sakit, dan membayangkan dirinya berada di rumah sakit.
Dilihatnya sesosok lelaki yang sudah asing bagi Dian dengan tatapan kekhawatiran "Paska, kamu udah sadar de?"
Dian yang masih merasa sakit hanya menganguk. Ada perasaan senang dihatinya, ketika ia merasa terbangun dari dunia yang menyedihkan, Dimaslah yang pertama kali ia lihat. "Ini dimana, kak?" tuturnya dengan nada yang terdengar gemetar
"Di UKS de."
Perasaan lega menyelimutinya seketika setelah mendengar bahwa tempat menakutkan ini bukan salah satu ruangan di rumah sakit. Hanya uks, ya hanya uks. Di uks tentu tidak ada seorang dokter yang akan mendiagnisa penyakitnya secara ulang dan tidak akan ada dokter yang memberikan opini bahwa Dian overdosis obat penahan rasa sakit. Ia benar-benar merasa bersyukur karena ia hanya dilarikan di uks bukan tempat yang menjadi momok paling menakutkan di ingatannya selama 2 tahun ini.
Dian masih memalingkan wajahnya dari Dimas, berpura-pura apatis di hadapan Dimas. Agar tidak tumbuh rasa kasian dan penasaran terhadap dirinya. Dian harus berusaha keras menahan rasa sakit dikepalanya ini. Selama ia belum meminum pill birunya, ia hanya akan merasakan sakit yang luar biasa. Terlebih, Dian tidak bisa menjamin pertahanan dirinya tidak akan hancur karena rasa sakit semakin mengerogotinya.
Dimas masih memandangi adiknya dengan cemas, setaunya Dian tidak pernah mengeluh sakit. Meskipun sejak pertemuan keduanya Dian terlihat begitu pucat dan seceria dulu. Dimas sangat mengenal Dian, tidak ada dalam garis keturunan Dian yang menderita penyakit berarti, keluarga Dian juga sama seperti keluarganya yang hidup normal dengan kasih sayang orang tua.
Hanya ada keheningan di dalam ruang ini, tidak ada diantara Dimas ataupun Dian yang mencoba memecah kebisuan mereka. Dimas dengan rasa cemasnya dan Dian dengan rasa senangnya.
5 menit
10 menit
30 menit
"Kak, bisa kakak keluar sebentar?" ujar Dian dengan setetes air yang berhasil menerobos keluar dari pelupuk matanya.
Dian merasa sakit mengingat permintaan Dimas akan Anjani, Otaknya tidak mampu berpikir terlalu keras. Ia hanya tidak mau untuk kedua kalinya, mengingat pingsannya yang tadi adalah kecerobohan Dian sendiri yang berpikir terlalu keras dan lupa untuk meminum obat penahan rasa sakitnya.
Dimas berdiri dari tempat duduknya dan mulai melangkah keluar "Iya, kakak tunggu diluar."
Dimas yang sudah tidak terlihat lagi membuat Dian berbegas menggambil Pill Biru yang berada disakunya dan meminumnya dengan dosis tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goose's Dream
Teen FictionApa kau memiliki impian? Aku memilikinya, aku beri nama impianku "Goose's Dream" mereka menyebutnya impian bodoh, impian angsa, atau impian beracun. Tapi aku tidak peduli. Aku akan menjaga impianku, merawatnya bersama rasa sakit, melatihnya bersam...