"Seandainya memori seperti lagu kesukaan yang selalu bisa kau perdengarkan kapanpun itu. Aku pasti bisa mengingat siapa kamu."
-Dian Paska-
--------
Bau tanah menyeruak memenuhi indra penciumanku saat ini. Setelah hujan menguyur kotaku semalam, rasanya petrichor masih enggan untuk meninggalkan jejak aroma khasnya pagi ini. Aku berjalan memenuhi koridor sekolah yang terlihat masih sepi.
"Kak? Bolehkah aku meminta hadiahku?" tanyaku tanpa menoleh ke arah ka Dimas
"Hadiah?" jawabnya mengeryit kebingungan
"Iya, kau melupakanya. Tebakan sastra waktu itu. Aku tau ini sudah lewat dari 3 bulan. Tapi itu masih hadiahku, bukan?" ujarku dengan suara yang kubuat semanis mungkin
"Iya deh, adik kakak ini mau minta apa sih?" jawabnya dengan senyum yang mampu membuat para gadis menahan nafas seketika, kecuali aki tentunya karena aku terlalu kebal dengan senyum yang dapat menyebabkan diabetes itu.
"Kakak sama Anjani, cari tau siapa Keandra Orion Ibrahim siswa XII IPS 1. Kenapa juga dia bisa kenal aku dan aku juga nggak terima pertanyaan apapun dari kakak." Kataku dengan tatapan mengintimidasi
"Huh, adik durhaka. Kakak sendiri disuruh-suruh." Ujarnya disertai dengusan dan keluhan.
****
"Keandra Orion Ibrahim, the most wanted guys sosial karena kepintaran dan sikap seperti es. Satu peringkat parallel dibawah kamu ketika kelas X. Informasinya cukup putri kapas?" goda kak Dimas dan Anjani yang kuhadiahi jitakan di dahi mereka.
"Aku jelas melupakannya, mengingat namanya saja tak terbesit di pikiranku, dia juga tidak pernah satu kelas denganku. Tapi anehnya, pendapat orang-orang tentang sikap dingin dan apatisnya. Orion bagiku adalah sosok Prince Charming yang di idamkan seluruh gadis dengan pengetahuan dan ketampananya. Sepertinya aku harus ke perpus sore ini untuk menanyakannya?" gumamku dalam hati
****
"Assalamu'alaikum pak, bu" sapaku kepada penjaga perpus.
"Wa'alaikumsallam, owallah de Dian. Silakan masuk, cari saja buku yang mau dibaca kebetulan di dalam ada de Kean. Kalian pasti cocok kalau diskusi sesuatu." ujar pak nanang dengan semangat
"Iya pak, makasih" jawabku, berjalan menyusuri setiap bilik rak buku
Aku menyusuri setiap buku pada bilik rak bagian buku sejarah.
"Paska" panggil seseorang yang suaranya terdengar familiar akhir-akhir ini.
"Orion, ada apa?" tanyaku
"Selalu suka sama sejarah, huh?" tanyanya tanpa mempedulikan pertanyaanku
"Aku mungkin melupakan banyak hal, tapi aku masih sama."
Orion berjalan melewatiku, mennggambil sebuah buku.
"Ini masih kau,
Yang mengagumi senja dilangit petang.
Yang kegirangan jika hujan datang.Ini masih kau,
Yang selalu gundah tanpa pena dan kertas.
Yang senang menceritakan dongeng tanpa batas.Ini masih kau,
Yang mencintai sastra dengan keterlaluan.
Yang gila membaca buku tanpa peduli kelelahan.Ini masih kau,
Yang terobsesi menjadi seperti bunga kapas.
Yang selalu jatuh cinta pada kelopak para bunga tak berparas.Ini masih kau,
Yang tidak pernah hapal jalan.
Yang sebentar - sebentar kehilangan barang.Ini masih kau, Dian Paska" jelasnya
"Aku mencerna segala yang ia ungkapkan, benar tanpa cacat sedikitpun. Separah apa aku melupakanya? Kenapa dia begitu mengenalky? Aku yakin jika dia sahabatku, pasti aku masih mengingatnya walau sebatas nama."gumamku dalam hati
"Kau? Secret adminer, huh?" kataku, menirukan gaya bicaranya.
---------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Goose's Dream
ספרות נוערApa kau memiliki impian? Aku memilikinya, aku beri nama impianku "Goose's Dream" mereka menyebutnya impian bodoh, impian angsa, atau impian beracun. Tapi aku tidak peduli. Aku akan menjaga impianku, merawatnya bersama rasa sakit, melatihnya bersam...