Keringatku membanjiri tubuhku yang berdiri gemetar, Memperhatikan ruangan sekitar yang tak lain adalah kamarku sendiri. Aku menangis keras saat melihat ayahku terbujur kaku disudut kamarku, dengan wajah hancur berlumuran darah hingga sangat sulit dikenali, sekitar 1 meter disebelah kanannya tergeletak mayat ibuku yang tak kalah mengenaskan, ia berbaring dengan isi perut yang terburai keluar.
Dadaku terasa sesak untuk bernafas, gemetar disekujur tubuhku belum mereda, hingga aku menoleh kesebelah kananku,
sosok itu menatapku lekat-lekat, dengan baju putih yang penuh bercak darah, tangan kanannya menggemgam pisau yang penuh darah.
“Tidak salah lagi” pikirku “ia yang membunuh kedua orang tuaku”Aku masih terus menatapnya, begitupun dia, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Hingga aku memberanikan diri untuk berbicara padanya,
“kau yang melakukan ini semua ??” tanyaku “kenapa ??”
tak ada jawaban, ia hanya diam sambil menatapku lekat.
kami saling bertatapan cukup lama, samasekali tak ada sepatahpun kata, hanya suara nafasku yang berat lah yang kudengar siang itu.Dengan isak tangis yang belum mereda, kembali ku menoleh dan menatap sosok itu.
“aku tahu mereka bukan orang tua yang baik, tapi kau tidak perlu melakukan sejauh ini…” ujarku sambil menyeka air mataku dengan telapak tanganku.
“kini aku sendirian, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi…”Aku menoleh lagi menatap sosok itu, kini wajahnya juga penuh noda merah, merah darah, ya…! itu darah….
aku memandang ngeri sosok itu, lalu tiba-tiba ia tersenyum….Aku masih menatapnya….
“kau benar, ” ujarku “mereka memang sudah kelewatan, mereka pantas mendapatkan itu” tambahku sambil berpaling menatap mayat kedua orang tuaku.
Kembali ku menatap sosok itu, ia tersenyum, entah bagaimana akupun mulai tenang, nafasku mulai teratur, detak jantungku sepertinya kembali normal.Kutatap sosok itu lagi, dan kini kami sama-sama tersenyum. “Baiklah kawan, sampai jumpa lagi” ucapku seraya berlalu pergi dari hadapan cermin besarku.
“well, bagaimanapun sore ini aku sudah ada janji dengan kekasihku debbie, aku harus mandi” ujarku, lalu meletakan pisau dan baju putihku yang kotor itu didekat wastafel
KAMU SEDANG MEMBACA
CREPPY PASTA PART 2
Terrordia selalu ada.... di sisi mu di manapun kamu berada , kau tidak pernah tau karna kau bukan dia