Foster (Serial Anak-Anak SMASSA) Karya Ferdinand Dallas Seselia

16 0 0
                                    

MAJULAH SMASSA!
Itulah spanduk yang terpampang gede di gerbang pintu SMASSA.

SMASSA hari ini sedang ngadain kerja bakti untuk memperingati hari berdirinya SMASSA. Semua anak dipaksa kerja nggak terkecuali guru-guru. Semuanya diwajibkan membawa perkakas kerja. Sedang bagi anak-anak yang tinggal dekat SMASSA, dengan kejam dimintai kesediaannya buat nyediain aqua dan pizza ala kadarnya.

Dan bagi anak-anak SMASSA yang gokil, mereka lebih suka bawa perkakas yang ringan-ringan saja. Seperti cangkul, semen, batu bata. Bukan asli. Tapi mereka gambar di kertas HVS. "Yang pentingkan ada cangkulnya." Kata salah seseorang dari mereka.

Sementara kerja bakti bukan hal yang ditakuti lagi. Malah bagi sebagian anak menganggap kerja bakti is a good idea buat cuci mata. Begitu juga dengan Foster, anak kelas dua dua. Dengan mengendap-endap Foster mendekati Natasha yang lagi nungging-nungging nyiram bunga. "Hei, kamu ngapain disitu?" Tegur Pak Kepsek sekonyong-konyong.

"Eh, itu-itu ... anu, Pak. Nyabutin rumput."

"Rumput? Mana rumputnya?".

"Tuu.... di sana, Pak."

"Lantas ngapain kamu di situ?"

"Nggak ada Pak, cuma iseng aja. Jongkok."

"Huu..." terdengar koor anak-anak cewek.

Foster bersungut-sungut menjauh dari situ.

"Sial!" Dasar Pak Kepsek suka iri," Foster uring-uringan kembali ke tempatnya semula.

Itulah Foster anak kelas dua dua yang kelakuannya suka menggiriskan hati. Kadang guru-guru SMASSA heran, kok anak sebandel itu punya otak brilian bisa masuk SMASSA. Kelas dua dua lagi.

Hampir setiap guru pernah Foster kerjain. Terutama guru wanitanya. Seperti Bu Lan yang madih muda dan seksi itu. Ceritanya begini, pada suatu hari yang dingin karena hujan, Bu Lan mendadak nemberikan ulangan kepada kelas Foster. Waktu itu Bu Lan abis bertengkar ama Bu Isola. Jadi wajar kalo Bu Lan malas ngajar. Tapi, rupanya Foster nggak terima. Secara diam-diam memoleskan madu di bangku Bu Lan.

"Hiii... Bu Lan beranak semut! Celetuk Foster ketika Bu Lan berdiri dari bangkunya, menuliskan soal di papan tulis.

"Apa?"

Bu Lan seketika itu pula ngacir. Pulang. Bercak sebesar bola tenis tergambar jelas di pantatnya. Belum lagi semut-semut yang ratusan jumlahnya itu tampak menjijikkan.

Dan sekarang Foster buat ulah lagi.

"Awas, lu. Gue akan balas." Batin Foster dendam ama Pak Kepsek.

💥💥💥💥💥

Jam praktek olah raga, anak-anak kelas dua dua buru-buru ganti pakaian.

"Aw!" Ada kodok gede. Natasha tiba-tiba menjerit.

"Mana?" Semua cewek panik.

"tuu...!" Tunjuk Natasha ke bangku pojok belakang.

"Heh!"

Semua mendadak bengis. Foster pun keluar dari persembunyiannya.

"Ngapain lu di situ?"

"Mo ngintip, ya?"

Cewek- cewek itu mengerumuni Foster.

"Siapa yang ngintip," tangkis Foster tanpa dosa.

"Lantas ngapain lu nggak ikutan ke luar ama anak-anak cowok lainnya?" Natasha ngotot.

"Jadi, lu nuduh gue ngintip?"

"Yo, apalagi."

"Huh, sok banget. Gue nggak suka sama cewek bertato."

"Ih, apa maksudmu?" Tanya Natasha pucat.

"Itu, mafia di Jepang ceweknya pake tato."

Natasha tampak lega. "Sialan dag dig  dug aja. Gue kira belang di paha gue ketahuan. Untung deh dia nggak lihat tadi." Natasha geli sendiri.

"Lalu ngapain sejak tadi di situ?" Tanya Natasha kemudian.

"Gue lagi nyari kertas lusuh yang tadi gue buang," jawab Foster sok sedih.

"Kertas lusuh?" Semua heran.

"Itu aja dicariin." Natasha curiga.

"Kertas apaan sih?"  Tanya Tania, "apa bernilai banget?"

"Itulah yang gue sesalin. Semula gue kira hanya kertas biasa aja yang nyelip di kantong gue. Tapi setelah gue periksa lagi ternyata itu duit lima puluh ribuan milik mama gue, yang tadi pagi pesan dibeliin bakso," jelas Foster panjang lebar.

"Beli bakso pake uang lima puluh ribua?" Semua kagum.

"Iya, kenapa?" Foster berlagak.

" Enggak apa-apa, eh... ngomong-ngomong lu lempar kemana tu duit?" Tania semangat.

" Disekitar sini," jawab Foster.

Bruur....

Tanpa dikomando semua tunggang- tunggit mencari. Dengan harapan bila menemukannya bakal dapat jatah dua puluh lima petsen. Hukum mutlak yang berlaku di SMASSA.  Lumayankan bisa beli permen se-pak.

" Hehehe, cari tuh duit sampe mampus," guman Foster sambil ngeloyor keluar kelas.

"Sekarang gue udah tahu misteri si Natasha selalu pake rok sampe lima belas senti di bawah lutut. Ternyata di pahanya ada naga. Hihihiiii..." Foster terbahak-bahak.

Cerpen Majalah HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang