PROLOG

5 2 1
                                    

Rintikan air hujan yang membasahi tanah sore ini, begitu menyejukkan hati. Dibarengi dengan tawa candaan dari orang-orang yang bersantai sambil menikmati kopi di sebuah warung pinggir jalan. Berbeda halnya dengan hati seorang laki-laki yang kini tengah duduk tak nyaman di salah satu bangku panjang di warung tersebut. Mukanya yang merengut tapi tetap terlihat tampan dan mempesona bak seorang pangeran, berbanding terbalik dengan penampilannya yang urakan.

"Lu napa sih Mat, diem aja dari tadi kek orang bingung.. ati-ati ntar kesambet kalo kebanyakan diem lu..", celoteh salah satu temannya.

"Diem lu..! ganggu orang lagi mikir juga..",
orang yang dipanggil dengan sebutan 'Mat' atau 'Mamat' itu menjawab dengan raut wajah seperti ingin membunuh orang.

"Tumben banget lu mikir, biasanya lu kek orang ngga punya utang, eh apa jangan-jangan lu lagi mikir utang, canda Mat.. hahahha", sambil tertawa cengengesan, tetapi malah di balas dengan tatapan mematikan dari laki-laki tersebut.

"Eh eh.., ada mobil lewat, keknya mobil pak Kyai deh",
"Tumben banget pak Kyai pake mobil, biasanya kemana-mana naik motor",
"Apa jangan-jangan bidadari desa kita pulang?",
"Wiihhh bagus donggg, jadi tiap hari ada vitamin buat menyejukkan mata", celoteh orang-orang yang ada di di situ, sembari melihat dengan seksama mobil yang akan melintas dengan kecepatan sedang.

"Eh eh, beneran pak Kyai dong, trus sama siapa itu yang di kursi belakang?"
"Itu bidadari desa kita woyyy, pake kacamata nohh biar keliatan", mereka langsung heboh sendiri, seperti cewek yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Wooyy, Mat..!! Bidadari lu pulang nohh, bengong baee luu".

Orang yang dipanggil pun langsung memalingkan wajahnya melihat ke arah mobil yang melintas di depan warung. Pandangan matanya menembus kedalam kaca mobil yang menghalangi penglihatannya. Tepat di kursi penumpang, terlihatlah seorang bidadari cantik yang telah dia tunggu kedatangannya dari beberapa tahun yang lalu.

Dia yang tadinya seperti orang yang kebingungan dan menahan amarah kini luluh dan menyunggingkan senyum kecil di bibirnya karena seorang wanita cantik yang diidam-idamkannya sejak ia duduk di sekolah menengah pertama telah kembali lagi kedalam kehidupannya.

"Aku sudah menunggumu, sekarang tunggulah aku, suatu saat nanti kamu akan menjadi milikku.!", Gumamnya di dalam hati dengan senyum yang sedaritadi tak luntur dari wajahnya.

"Tin.. tin..!", Suara klakson mobil, membuyarkan lamunan orang-orang yang ada disitu.

"Mangga..", ("permisi..") orang yang di kursi kemudi memberi sapaan ramah kepada mereka yang berada di warung, sambil melirik seorang laki-laki yang duduk dipojokan warung, memakai baju berwarna hitam dan kalung rantai khas preman dengan topi berwarna merah dan sorot matanya tak lepas dari kursi belakang mobil yang di kendarainya.

"Njihh, silahkan pak Kyai..", ("ya, silahkan pak Kyai") jawab mereka serempak

Setelah mobil tersebut hilang dikelokan jalan, mereka mulai membisikkan kalimat-kalimat yang berisi pujian dan sanjungan pada bidadari yang mereka lihat barusan.
"Wiih, tambah cantik aja ya, anaknya pak Kyai..",
"bakal jadi jodoh ku nih kayaknya",
"woyy, jangan mimpi lu, sholat aja bolong-bolong mau nikahin anaknya Kyai..",
"yaelah serah gue lahh, mau nikahin siapa".

Saat mereka sedang asyik-asyiknya mengobrol dan bercanda, tiba-tiba..

BRAAKKK

"WOYY, DIEM KALIAN SEMUA, NGGA BOLEH ADA YANG GODAIN ANAK PAK KYAI SELAIN GUE, PAHAM KAN KALIAN....!!"

Suara gebrakan meja dan diikuti teriakan keras dari laki-laki yang bernama Mamat itu, membuat semua orang yang ada disitu tiba-tiba terdiam.

Setelah mengatakan hal itu ia pun langsung beranjak dari duduknya dan mulai pergi dari warung tersebut menggunakan sepeda motor yang tadi dibawanya dari rumah.

"Weehh, kenapa tuh bocah..",
"Biarin aja wehh, lagi jatuh cinta dia.. tadi aja pas bidadari lagi lewat, dia senyum-senyum ngga jelas gitu.."
"Iya.., tadi aja wajahnya merengut kek mau bunuh orang", kemudian mereka tertawa mengejek orang yang pergi dengan menaiki sepeda motor tadi.

Di jalan, sepeda motor yang melaju menuju arah yang tak tentu kemana. Laki-laki itu kembali teringat bidadari yang tadi sedang berada di kursi belakang mobil pak Kyai, tiba-tiba dia tersenyum samar dan batinnya berkata..

"Kamu harus menjadi milikku, entah kapanpun itu dan bagaimanapun itu.."

~Muhammad Gibran Al-Ikhsani~

Mas Preman, jadi Hafidz Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang