2

186 29 0
                                    

Masih dalam keheningan di dalam rumah besar Keluarga Raditama, di ruangan itu hanya tersisa Aira, Gerion dan Gevano putra bungsu nya. Semua keluarga sudah kembali ke kamar masing-masing untuk mengistirahatkan diri, sampai saat ini masih terdengar isakan lirih dari Aira, Gerion juga tidak henti-henti nya memberi kalimat penenang untuk sang ibu. Di samping nya duduk adik bungsu nya Gevan, Gevano Raditama yang juga masih terdiam dengan pandangan kosong nya.

"Kamu mending ke kamar dulu Gev bersih-bersih habis itu makan" Ucap Gerion memandang sang adik.

"Aku belum laper bang" Sahut Gevan, raut sendu masih tergurat jelas di wajah tampan pemuda itu. Gerion hanya diam tidak mau memaksakan kehendak karena ia tahu adik nya masih sangat berduka. Kembali hanya hening yang mendominasi ruangan itu sampai suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka.

Tok Tok Tokk

Gevan berdiri dan berjalan ke arah pintu besar rumah nya, dan membukakan pintu itu. Ia pikir itu salah satu kerabat ayah nya yang datang untuk berbela sungkawa tapi ternyata salah, di balik pintu itu berdiri seorang wanita paruh baya dengan menggandeng seorang remaja di samping nya. Remaja itu hanya menundukan kepalanya dan menatap lantai rumah besar itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Gevan sopan, wanita itu tersenyum dan bisa Gevan lihat tangan keriput nya mengelus lembut tangan mungil milik remaja di samping nya.

"Bisa bertemu dengan nyonya Aira dan keluarga yang lain?" Jawab wanita itu masih dengan senyum lembut nya.

"Maaf tapi Mama saya-"

"Bi Sumi?" Ucapan Gevan terpotong oleh Aira yang tiba-tiba sudah berdiri di samping nya, wanita cantik itu langsung berjalan ke arah pintu saat mendengar nama nya di sebut.

"Selamat malam nyonya Aira" Sapa wanita paruh baya itu, Aira tersenyum dan mempersilahkan Bi Sumi dan remaja di samping nya untuk masuk ke dalam rumah.

Kini seluruh keluarga Raditama sudah kembali duduk di ruang tamu atas perintah Aira yang menyuruh keluarga nya berkumpul. Aira duduk di sofa bersama kedua putranya. Di sofa sebelahnya ada Bagas Raditama putra sulung keluarga Raditama bersama istri nya Fina Raditama. Di sofa sebelahnya ada putra-putra Bagas, Narendra Raditama putra sulung nya, Damar Raditama putra kedua nya, Megan Raditama putra ketiga nya dan Alfino Raditama putra bungsu nya. Dan Bi Sumi duduk berdua dengan remaja yang sejak tadi masih menundukan kepalanya enggan bersitatap dengan keluarga di depan nya.

"Nyonya Aira sebelum nya saya turut berduka cita atas kepergian Tuan Pandu" Ucap Bi Sumi memecah keheningan membuat semua pasang mata melihat ke arah nya, sesungguhnya keluarga itu masih tampak bingung akan kehadiran Bi Sumi dan seorang remaja ke rumah besar itu. Setahu mereka bi Sumi adalah mantan Art di rumah ini dulu dan sudah lama mengundurkan diri dan sekarang tiba-tiba datang kembali secara mendadak.

"Terima kasih Bi, bibi apa kabar?" Tanya Aira wanita itu tersenyum ke arah bi Sumi dan mencoba mencuri pandang pada remaja kecil di samping wanita tua itu.

"Kabar saya baik nyonya. Saya kesini untuk memberitahu hal yang memang seharus nya kalian tahu. Sebelum nya Tuan Pandu yang akan membicarakan ini semua pada kalian, tapi sayang nya tuhan lebih sayang dengan Tuan Pandu sehingga memanggil nya terlebih dahulu" Keluarga itu hanya diam menyimak pembicaraan itu, selain tidak mengerti mereka hanya menyerahkan ini semua pada Aira.

"Bisa jelaskan kedatangan bibi kesink" Bagas ikut berucap karena nama mendiang adik nya di sebutkan.

"Kedatangan saya kesini ingin menyampaikan pesan Tuan Pandu yang belum sempat tersampaikan" Bi Sumi melirik kearah remaja di samping nya dan beralih menatap satu persatu keluarga mantan majikan nya itu.

"Ini Gala, Galaksi Arkayan Raditama putra bungsu Tuan Pandu Raditama"

Our GalaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang