Sebagai bentuk refreshing karena Ranya dan Elan sudah melewati minggu UTS yang cukup menguras tenaga dan mental, mereka memutuskan untuk mengatur kembali perjalanan dengan misi mengembalikan ingatan Geiger yang sempat tertunda waktu itu.
Geiger sangat antusias, dia sudah tidak sabar. Siapa tahu tempat itu akan memberi secercah informasi mengenai dirinya.
Tera sempat ngomel-ngomel karena mereka merencanakan perjalanan ini tanpa memberi tahu dirinya. Kalau saja Tera tidak menguping waktu mereka selesai makan omelet buatannya malam itu, niscaya Tera akan ditinggalkan seorang diri. Sebagai gantinya, Tera memaksa untuk ikut.
"Sebagai orang tertua di antara kalian semua, keberadaan gue sangat dibutuhkan di sana. Gue akan melindungi dan memimpin perjalanan ini." kata Tera saat itu, memasang wajah setegas mungkin untuk melancarkan siasatnya.
Elan sempat menolak, namun tidak ada yang peduli dengan pendapatnya. Geiger dan Ranya malah mendukung abang laknatnya itu. Lagian nggak ada gunanya mencegah Tera, cowok itu tetap akan menyusul bagaimanapun caranya. Walau harus naik pick-up bareng kambing sekalipun.
Jadilah mereka berempat berangkat menggunakan mobil Elan. Selama perjalanan, Geiger dan Elan ribut tiada henti. Bahkan saat mau berangkat tadi pun keduanya berebut ingin duduk bersama Ranya. Tera dan Ranya yang memperhatikan saja ikut pusing. Saat Geiger dan Elan masih ribut di luar, Tera menarik tangan Ranya untuk duduk di bagian belakang bersamanya. Jangan tanya bagaimana keadaan Ranya saat itu.
"WOY, AYOK JALAN! KEBURU GERAH NIH!!" Teriakan Tera dari balik kaca mobil membuat dua orang yang masih adu cocot menoleh bersamaan. Geiger dan Elan memperhatikan bagaimana Ranya ikut melambai sambil tersenyum di sebelah Tera.
"WHAT—JADI..."
"Iya, daripada lo berdua ribut, mending gue aja yang duduk sama Ranya. Biar adil dan tidak menimbulkan ketubiran."
Geiger dan Elan sempat beradu tatap agak lama, keduanya memasang wajah sinis sampai Elan menghela napas. Akhirnya dengan berat hati, Elan mengambil kemudi dengan Geiger yang duduk di sebelahnya.
Mobil Elan berhenti di sebuah perkebunan karet yang agak rimbun. Elan memarkirkan mobilnya di dekat sebuah pondok kecil yang berada di sana.
"Lan, lo yakin ini tempatnya?" Ranya bertanya, rada sedikit ngeri karena suasana di sana agak menyeramkan walau cuaca sedang cerah.
"Yap, gue yakin. Soalnya emang ini tempat yang dia tunjuk waktu it—HEY MAU KE MANA LO??!!" Elan panik saat Geiger tiba-tiba keluar, disusul Ranya yang buru-buru turun mengikuti cowok itu.
Tadinya, Elan mau menyusul turun namun Tera sudah lebih cepat menarik kerah baju cowok itu.
"Eits, mau ke mana bocah cadel???"
Elan menoleh jengkel. "Gue mau ikut, lepasin!"
"No, nggak boleh." Tera paham, Geiger ke sini tujuannya buat mengingat sesuatu. Jika Elan ikut campur, yang ada malah kacau nantinya.
"Siapa lo ngatulr-ngatulr?!"
"Woah gada akhlak emang nih bocah cadel! Lo hutang tanggung jawab ye, gara-gara lo si Jesina jadi nempel mulu ke gue!!"
Elan yang tadinya mau melawan langsung kicep saat nama Jessica terlontar. Iya sih, Elan jadi terbebas dari gangguan cewek itu berkat Tera. Elan kepingin bersyukur soal itu, tapi kok ya terdengar sangat tidak adil buat Tera.
Sebenarnya Elan sedikit heran, Jessica langsung berpaling pada Tera begitu saja pada pandangan pertama. Cewek itu sungguh sesuatu kalau kata Syahrina. Sejak saat itu juga, keberadaan Elan bagi Jessica tidak terlihat, tidak penting dan terabaikan bagaikan seonggok tisu bekas ingus di pingir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YORE ✔
Fantasy[Completed] --------------------------°•° Ranya hanyalah seorang gadis biasa yang suatu hari menemukan sebuah buku kuno di kamar mendiang neneknya. Tanpa disangka, buku kuno itu membawa seorang laki-laki misterius---pemilik senyuman mata terindah ya...