{3}

24 6 0
                                    

Suara anak-anak yang sedang tertawa girang sedang bermain ramai terdengar. beberapa di antara mereka bermain bersama orang tua nya. ada yang sedang bermain ayunan, kejar-kejaran, dan lain sebagainya.

Jena menatap keramaian itu dengan senyum tipis. keramaian seperti ini membuat nya iri. ia mengingat kembali bagaimana bahagia nya ia saat dulu keluarga nya masih baik-baik saja. saat-saat dimana ia masih sering bermain dengan mama nya di taman seperti ini. rasa rindu membuat mata Jena berkaca-kaca. terlebih lagi ketika melihat seorang anak kecil perempuan yang tengah di peluk hangat oleh kedua orang tua nya. mereka nampak sangat bahagia, seperti jena dulu.

"Jen? gue salah ya bawa lo kesini?" tanya Ibal yang duduk di samping Jena.

Jena menengok dan lantas menggelengkan kepala nya. "eh ngga, gue suka aja liat mereka. lucu hahaha" jawab Jena berusaha mengatur ekspresi wajah nya.

Ibal menilik wajah Jena dari samping. sudah jelas-jelas ia melihat mata Jena yang berkaca-kaca. "lo bohong"

Jena menengok ke arah Ibal. menelan saliva nya susah-susah.

"lo bobong, jena" lanjut Ibal lagi yang membuat Jena mengernyitkan dahinya.

Jena membuang muka tak mau menatap Ibal lebih lama. jantung nya kembali berdebar dengan cepat. "gue? bohong gimana gue?" tanya Jena dengan gugup.

Seperkian detiknya, Ibal memegang tangan mungil Jena. tangan satu laki-laki itu menarik dagu Jena hingga mereka berdua berhadapan. "mata lo bikin gue ga percaya kalau lo itu baik-baik aja. kenapa? gara-gara bokap gue tadi?"

Jena terpaku dengan wajah Ibal. tangannya meremat kuat-kuat tangan Ibal tanpa sadar. Jena benar-benar tidak bisa di tanya-tanya soal masalah seperti ini. makin di tanya, maka makin akan terasa sesak dan ingin menangis.

Melihat mata Jena yang kembali berkaca-kaca, membuat Ibal mengernyitkan dahinya. ia mengelus kepala Jena dan kemudian berkata "cerita sama gue jen. gue bisa jadi temen lo"

Dan yap! kini air mata Jena kembali menetes. ia menundukkan kepala nya sambil terisak pelan. tangan nya sedikit bergetar dan hangat. "g-gue .."

Ibal kembali mengelus kepala Jena yang sedang menunduk. perasaan nya sedikit panik saat Jena mulai menangis. Ibal berpikir ini adalah efek perkataan Papa nya tadi. "gue minta maaf jen atas sikap bokap gue tadi. gue tau gue ini asing, tapi ma-"

belum sempet Ibal melanjutkan perkataannya, Jena sudah lebih dulu menyanggah. "Ngga bal. ini bukan karena itu"

Jena kembali mengontrol diri nya. ia menatap ke sekeliling. menatap Ibal yang seperti menunggu cerita darinya. "oke gue cerita"

Ibal menganggukkan kepala nya. ia sangat siap mendengar cerita Jena.

"em, pertama gue kasih tau aja ya soal kenapa semalem gue bisa mabuk" ujar Jena yang di balas anggukan kepala oleh Ibal.

"gue ini bukan pemabuk. gue juga ga biasa minum alkohol kaya semalam. sesuatu yang bikin gue gatau lagi harus apa Bal. gue cape .." ucap Jena dengan nada lirih .

"gue cape sama kehidupan gue yang sekarang. dulu, keluarga gue bahagia-bahagia aja sebelum bokap gue bangkrut. bokap gue kerja di perusahaan investasi. beberapa tahun yang lalu, sesuatu terjadi sampai bikin perusahaan itu bangkrut dan, bokap gue kena imbas nya. sejak itu, bokap gue ga kerja lagi. keuangan makin lama makin menipis. sampai gue sekelurga bingung mau lanjutin hidup kaya gimana Bal"

Ibal sangat fokus dengan Jena. pandangannya bahkan tak lepas dari wajah wanita yang sedang bercerita ini.

"karena ekonomi, bokap nyokap gue sering tengkar. korban dari itu ya gue sama ade gue. gue gatau harus apa, gue suka pikir kenapa masalah kaya gini harus ada di keluarga gue. dan lo tau? sebab gue semalem ancur karna gue denger bokap mau pisah sama nyokap" lanjut Jena dan kemudian kembali menitihkan air mata nya.

Heartthrob [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang