{10}

31 2 1
                                    

Cahaya matahari menyeruak masuk dari sela-sela tirai putih polos milik Jena. Mata nya menyipit menangkap tajamnya sinar mentari pagi ini.

Tangan Jena mengusap ranjang bagian kosong di sampingnya seperti mencari sesuatu. Ia menyelipkan tangan ke bawah bantal yang ia gunakan. Dan yap! Ia menemukan sesuatu yang ia cari.

Tangan nya mengutak-atik layar Handphone dengan mata yang menyipit. Ia kembali melihat riwayat panggilan semalam. Tanpa sadar, kedua sudut bibir Jena terangkat membentuk lengkungan yang terlihat manis.

Ia mengingat kembali bagaimana semalam mengobrol bersama Ibal lewat saluran telpon. Laki-laki tersebut terus saja berbicara banyak hal hingga membuat Jena sendiri lupa dengan perasaan malu nya untuk sesaat.

Seperkian detiknya, Jena meletakkan kembali benda pipih itu ke meja di samping ranjang tidurnya.

"Ka, ko lo belom ngapa-ngapain? Libur?"

Jena sontak kaget dan langsung menengok ke arah pintu. Terlihat adik laki-lakinya yang kini terlihat sudah sangat besar tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.

Bian terlihat sudah rapih mengenakan seragam sekolahnya sambil menenteng kunci motor di tangan.

"Ngangetin aja lo. Duluan aja, gue ntar jem 10an" ucap Jena sambil menguncir rambutnya.

Bian hanya mengangguk. Ia pergi meninggalkan Jena dan bergegas ke sekolahnya.

Sementara nek Susi, ia sedang membuat rajutan kain woll sambil duduk di sofa ruang tamu. Tangan nya nampak lihai dan terampil. Dengan bantuan kaca mata, ia dapat sedikit melihat dengan jelas bagaimana kain woll ia buat menjadi kain.

ting nong!

Tangan nek susi berhenti saat mendengar suara bel rumah nya. Karena tubuh yang sudah rentan, nek susi memanggil cucu nya untuk melihat siapa yang datang.

"Jena, jen.."

Mendengar suara serak nek susi, membuat Jena segera bangkit dari kasur nya dan cepat-cepat menghampiri nek susi.

"Kenapa nek?"

"Lihat, siapa yang datang"

Jena menutup pintu kamar nya dan kemudian berjalan ke arah pintu.

Klkk

Jena memandang kaget saat melihat seseorang di depan pintu nya saat ini. Laki-laki muda yang mengenakan jaket denim terlihat sangat tak asing untuk Jena. Yang sering ia temui belakangan ini karena beberapa hal yang terjadi.

"Ko kaya kaget?"

Jena mengerjap kan pandangan nya saat Ibal membuka suara. Laki-laki itu nampak tak seperti ada yang salah. Ia malah menik turunkan alis nya dengan senyum yang terlihat jahil.

"Ga, lo mau apa kesini pagi-pagi?"

Ibal terkekeh melihat Jena yang kebingungan. Ia menatap nek susi yang terlihat sedang duduk di sofa. "Cuman mampir. Gapapa kan?"

"Siapa jen?"

Jena menoleh ke belakang saat nek susi bertanya pada nya. "Ibal nek"

Nek susi menyipitkan mata nya menatap ambang pintu. Walaupun tak terlihat dengan jelas, nek susi yakin jika laki-laki tersebut memang Ibal, teman Jena.

"Eh, sini sini suruh masuk dong" ujar nek susi yang langsung menyingkirkan kain woll di tangan nya.

Ibal yang mendengar nek susi nampak girang karena kedatangannya, langsung memasang wajah meledek. "Hai nek!" Sapa Ibal sambil menghampiri nek susi.

Heartthrob [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang