Sudah empat jam berlalu. Kelas manajemen II C sekarang sudah berakhir. Mereka bernapas lega dan berhamburan keluar. Ada yang langsung pulang, dan ada juga yang mampir lebih dulu ke kantin untuk mengisi perut kosong mereka.
"Hai"
Jira dan Jena yang semula sedang membereskan buku mereka, menoleh bersamaan ke arah wanita senior di kampusnya, Ka Abel.
"Kalian mau ikut kumpul-kumpul ga?"
Jena dan Jira saling menatap. Tangan mereka berdua berhenti melakukan aktivitas. "Emm, dalam rangka apa ka?"
"Ga dalam rangka apa-apa sih. Ini cuman buat kumpul-kumpul biasa aja. Nanti bakal ada maba sama senior yang lain nya" jelas Abel.
Dalam batin Jira, ia ingin memikirkan lebih dulu untuk mengikuti acara yang tidak begitu penting ini.
"Tempat nya dimana ya?"
Jira menoleh kaget ke arah Jena. Ia menatap tak percaya. Bagaimana bisa Jena langsung mau ikut begitu saja walaupun ia pasti tahu acara ini tak sebegitu penting untuk seorang maba.
"Di Sebazu, tempat minum yang ga jauh dari sini itu loh. Tau kan?"
Wajah Jena berubah seketika saat mendengar Sebazu adalah tempat untuk minum-minum. Pikiran nya teringat pada saat ia mabuk berat malam itu.
Jena tersenyum tipis dan kemudian menganggukkan kepala nya paham. Wanita yang bernama Abel tersebut mengacung kan jempol dan meninggalkan Jira dan Jena di dalam ruang kelas.
"Lo srius mau ikut Jen? Bisa lo emang minum-minum?" Tanya Jira menatap Jena tak percaya.
Nampak ragu, namun Jena tetap menjawab. "Kenapa gabisa? Lo temenin gue ya.."
Jira yang semula enggan ikut bergabung ke dalam acara tersebut, kini ia terpaksa ikut untuk menemani Jena. Ia berusaha menjadi teman yang baik dan asik. "Oke, gue ikut."
Jena tersenyum girang. Ia mengira jika 'senior lain' yang di maksud ka Abel seperti Ibal dkk mungkin?. Makin hari Jena semakin terbiasa dengan kehadiran laki-laki itu. Meskipun seringkali diri nya merasa jengkel, Ibal selalu menyeimbangi nya dengan tingkah yang dapat membuat hati Jena merasa senang.
Dan, Sebenarnya Jena juga ingin sekali mengobrol dengan laki-laki yang bersama Ibal tadi pagi. Ia penasaran dengan apa yang sebenarnya Ibal ceritakan kepada teman nya mengenai Jena.
Seperti mendapat pertanda, Orang yang baru saja ia bicarakan dengan hati nya, lewat di depan pintu kelas. Ia berniat menghampiri Ibal dan Agam, namun perasaan nya canggung karena ada Jira di sampingnya.
"Lo duluan aja Jir. Gue mau ke toilet sebentar." ujar Jena beralibi.
"Gue di kantin ya. bye"
Jena mengangguk sambil tersenyum. Ia melambaikan tangan ke arah Jira dan memperhatikan punggung teman nya yang semakin lama semakin tak terlihat terhalang pintu.
Dengan langkah yang lincah, Jena memperhatikan kemana Ibal dan Agam pergi. Terlihat kedua laki-laki tersebut sedang ke arah ruang Organisasi.
Jena mendengus kecewa. Tak mungkin rasa nya jika ia pergi ke rung tersebut tanpa tujuan. Bisa-bisa banyak pertanyaan yang mengarah pada nya.
Mau tak mau, Jena mengurungkan niat awalnya. ia berjalan pasrah menuju kantin. Langkah nya terhenti kala ia melihat Agam yang keluar ruangan sendiri. Ia tak menangkap sosol Ibal di dekat Agam.
Dengan wajah yang sumringah, Buru-buru Jena berlari ke arah Agam. Dengan napas yang memburu, Jena berhenti di depan Agam dan menetralkan napas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartthrob [on going]
Teen FictionKisah seorang gadis yang memberikan sengatan listrik ke tubuh laki-laki muda tanpa di sengaja. perasaan berbeda yang menjadi kian utuh di setiap interaksinya. perasaan berbeda apa yang di alami? akan kah menimbulkan adanya sesuatu di antara mereka?