Setelah beberapa waktu dan kejadian sebelum nya, Ibal berhasil mengantar Jena pulang. di depan rumah yang tidak begitu megah dengan warna cat yang sudah lusuh, Ibal menatap Jena dengan penuh arti.
"lo nunggu apa si?" tanya Jena yang saat ini menghalang pandangan Ibal ke arah rumah yang tentu nya itu adalah rumah milik nenek Jena.
Ibal menatap malas Jena. ia mendengus kesal kemudian turun dari motornya. Hal itu membuat Jena sedikit bingung. Lagi, hal konyol di lakukan Ibal. Laki-laki muda itu berjalan menyelonong ke arah rumah ber cat lusuh tersebut.
Jena panik akan apa yang Ibal lakukan. Ia benar-benar tidak mau membawa Ibal bertemu dengan nenek nya. "Ck ish! lo mau apa?!" cicit Jena mengejar dan menarik jaket yang di kenakan Ibal.
Badan Ibal terhuyung hingga ia menghentikkan langkahnya. Ia tak habis pikir, mengapa Jena begitu enggan mengajak nya mampir ke rumah tersebut. "Kenapa si? ada apa emang? ohh jangan-jangan itu bukan rumah lo?" Ujar Ibal dengan tatapan menyelidik.
"Maksud lo?" tanya Jena sambil mengernyitkan dahi.
Ibal melepas tangan Jena yang masih mencengkram jaket nya, kemudian berdiri tepat di hadapan wanita itu. "Ini bukan rumah lo kan? lo sengaja bilang ini rumah lo yang padahal bukan. supaya lo bisa keliaran lagi?"
Jena terdiam mendengar ucapan Ibal. ia sama sekali tidak menyangka Ibal akan berfikir macam itu.
Keheningan Jena membuat Ibal berfikir benar bahwa Jena enggan pulang ke rumah nya dan membuat alibi semacam ini. "Kenapa jen? lo lagi ada masalah? atau mau gue cariin tempat nginep dulu?"
Jena menatap manik mata Ibal. seperkian detiknya, ia berjalan melewati Ibal menuju rumah nenek nya. "masuk" Ajak Jena dengan singkat dan tanpa basa basi. ia hanya ingin membuktikan bahwa ia tidak senekat itu untuk harus berpura-pura seperti yang di fikirkan Ibal.
Ibal terdiam menatap punggung Jena. Ia sedikit merasa bersalah dengan fikiran yang tidak-tidak tentang gadis itu.
kedua pemuda tersebut kini sudah berada di satu ruang tamu. Mata ibal melihat ke sekeliling banyak rajutan-rajutan kain yang seperti baru selesai di rapih kan. Sekilas Ibal berfikir jika mungkin ibu Jena adalah seorang pengrajin kain.
Jena tersenyum saat melihat wanita paruh baya datang dengan membawa keranjang pakaian sekaligus dengan isi nya. wanita paruh baya tersebut adalah nek Susi.
Dengan refleks, Ibal menghampiri nya dan kemudian mengambil alih keranjang yang sedang di bawa oleh nenek nya Jena. "ga apa-apa bu. ini berat" Ujar Ibal saat nek Susi sempat menahan keranjang tersebut untuk di ambil.
Nek Susi pasrah terhadap pemuda yang terlihat tampan tersebut. bibir nya mengulas senyum tipis menatap tubuh Ibal yang sedang meletakkan keranjang pakaian di samping sofa.
"siapa jen?" Tanya nek Susi kepada Jena dengan berbisik-bisik. seperti mendengar pertanyaan nek susi, Ibal menyela Jena lebih dulu dan langsung mengatakan "saya teman nya Jena bu"
Jena mendengar Ibal memanggil nenek nya dengan sebutan 'bu' langsung menahan wajah nya yang ingin sekali tertawa. tingkah Jena membuat Ibal bingung melihatnya. bahkan nek Susi pun melirik Jena dan kemudian menggeleng kepala nya sendiri sambil terkekeh.
Tak tega melihat wajah Ibal yang kebingungan, Jena berdeham dan lanjut menjelaskan siapa wanita paruh baya di samping nya kepada Ibal. "ini nenek gue.."
Ibal membulat kan mata nya seketika. ia memasang wajah kaget dengan tangan yang menutup mulut nya tengah terbuka.
"serius? woahhh!!" ujar Ibal dengan nampak terpukau menatap terus wajah nek susi. "saya kira mama nya Jena. masih keliatan muda plus cantik" lanjut nya lagi membuat nek Susi tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartthrob [on going]
Teen FictionKisah seorang gadis yang memberikan sengatan listrik ke tubuh laki-laki muda tanpa di sengaja. perasaan berbeda yang menjadi kian utuh di setiap interaksinya. perasaan berbeda apa yang di alami? akan kah menimbulkan adanya sesuatu di antara mereka?