"BUNDA!!! LIAT TOPI KERUCUT LANA GAK??"
Suara ricuh dari lantai atas terdengar, Sandara yang sedari tadi sibuk berkutat dengan dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi hari ini terpaksa menjeda sementara kegiatannya.
Hal seperti ini tidak bisa Sandara biarkan begitu saja, karena putrinya---Kelana akan dengan mudah menjadikan rumah mereka seperti kapal pecah akibat kelalaian gadis itu dalam menyimpan barang. Sesungguhnya Sandaran heran, apa sih yang bisa Kelana lakukan selain membuat masalah?.
Terbukti pagi ini Kelana yang harusnya sudah duduk manis di meja makan, menanti santapan sarapan yang harusnya telah tersaji, jika saja gadis itu tidak berulah dan membuat Sandara mau tidak mau menyusul keberadaan Kelana di lantai dua rumah mereka.
Dengan jiwa dan raga yang mencoba untuk tabah, Sandara melepas apron yang tengah ia pakai lantas berjalan menuju ketempat Kelana berada.
Dilihatnya sosok sang putri yang sedang hilir mudik mencari keberadaan topi kerucut, yang seingat Sandara adalah salah satu dari barang keperluan masa pengenalan lingkungan sekolah putrinya yang dilaksanakan hari ini.
Tiga tahun menempuh pendidikan jenjang menengah pertama, kini Kelana telah siap untuk menjadi bagian dari SMA Angkasa Raya. Maka sesuai dengan aturan serta tradisi sekolah terhadap calon siswa dan siswi baru, Kelana diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pengenalan sekolah atau kerap disebut sebagai kegiatan mpls.
Dan ya.....kegiatan tersebut adalah kegiatan yang teramat Kelana benci. Dimana dirinya harus tunduk dan patuh pada aturan yang dibuat oleh senior 'sok keras' yang menjabat sebagai pengurus organisasi intra sekolah aka osis.
Jika saja Abimana tidak memperingatinya sejak sebulan lalu, mungkin Kelana sudah mempersiapkan rencana untuk kabur dari kegiatan ini jauh-jauh hari seperti yang pernah Kelana lakukan ketika SMP. Namun sialnya, Abimana, si ketua osis sekaligus bagian dari senior 'sok keras' itu lebih dulu menghentikan niatan kaburnya dengan sebuah ancaman.
Mau tidak mau Kelana menurut, karena sesungguhnya Abimana tidak pernah untuk tidak serius dengan segala ucapannya. Laki-laki berhati dingin yang kerap dicap sebagai kulkas dua pintu itu memang tidak bisa untuk diajak kompromi. Barang sekali seumur hidup pun sepertinya tidak.
Baik, kembali pada topi kerucut. Sekiranya sudah lima belas menit Kelana berhilir mudik mencari benda tersebut namun tak kunjung juga didapat. Hal yang Kelana sesalkan adalah mengapa dalam keadaan seperti ini ia merasa rumahnya semakin bertambah luas?. Alhasil membuat Kelana semakin sukar mencari keberadaan topi kerucutnya.
"Bukan Lana namanya kalau enggak mencari masalah"
Kelana mendongak. Mendapati sosok Sandara yang tengah bersedikap dada, menatapnya dengan tatapan yang selau sama ketika ia membuat sebuah masalah baru.
"Semua barang udah disiapin sama mas Saga, mas Awan, Mas Abim, dan mas Megan, masa cukup jaga barang aja kamu gak bisa sih, nak?" adalah hal yang pertama Sandara lontarkan tatkala sampai dihadapan Kelana. Nadanya cukup santai namun ketahuilah ketegasan Sandara adalah hal utama dirumah ini.
Kelana mencebikkan bibir. Ia memutuskan untuk menyerah dan mengandalkan insting seorang bunda yang mudah menyelesaikan masalah barang hilang seperti ini. Entah disebabkan karena apa, tetapi setiap barang hilang---yang sudah Kelana cari setengah mati---akan dengan sekejap mata didapat oleh Sandara.
Kelana seringkali menyebutnya sebagai sebuah magic namun Sandara mengatakannya sebagai "Makanya kalau nyari sesuatu itu pakai mata sama tangan, bukan pakai mulut, Lana".
KAMU SEDANG MEMBACA
2gether ; Jisoo ft. Boys
Teen Fiction"Kalian itu sudah seperti saudara jadi bagaimanapun keadaannya harus selalu bersama, paham?"