Dalam aturan Angkasa Raya, ada beberapa hal yang haram dilakukan dan sebisa mungkin untuk dihindarkan. Sebab, akan ada risiko yang ditanggung. Sebuah risiko yang lebih kepada sebuah simulasi kematian. Karena risiko ini berurusan dengan satu nama yang tidak boleh disebut,
Awan Langit Biru.
begitu katanya.
Awan Langit Biru atau kerap di sapa Awan ini acapkali dijuluki sebagai voldemort-nya Angkasa Raya. Bukan karena ia tidak memiliki wajah—seperti yang ada pada tokoh film Harry Potter—melainkan sebab perannya di sekolah yang lebih dianggap seperti preman jalanan daripada murid biasa.
Posturnya yang tegap dan tinggi menjulang, didukung oleh alis tebal dengan wajah garang, agaknya cukup dengan melihat sekilas pun orang awam tahu jika mencari masalah dengan Awan sama dengan bersimulasi pada kematian.
Karena sejatinya, Awan tidak akan melihat status, jabatan, apalagi gender seseorang. Mau mereka kaya atau miskin, rupawan atau buruk rupa, dan laki-laki atau perempuan, apabila sudah mencari perkara dengannya yasudah lawan.
Kalau kata Kelana, huruf W pada nama Awan diperuntukan untuk melaWan alias sikat aja bos.
Maka tidak heran jika di setiap eksistensinya, banyak sekali pasang mata yang mencuri lirik khususnya dengan kaum hawa yang meskipun merasa takut tetapi enggan melewati kesempatan untuk bercuci mata dengan wajah Awan yang terbilang di atas rata-rata.
Sudah menjadi rahasia umum untuk Awan yang menjadi idola para kaum hawa di Angkasa Raya. Eksistensinya di sekolah tidak jauh berbeda dengan Abimana ataupun Saga yang namanya masuk ke dalam jajaran cokiber 'cowok kita bersama'.
Yang membedakan hanya bagaimana mereka dengan terang-terangan menunjukkan rasa suka mereka pada sang pujaan, namun tidak dengan Awan. Cukup tersimpan di dalam hati tanpa perlu diketahui apalagi diumbar pada yang bersangkutan.
Seperti yang saat ini terjadi, ketika kantin tengah berada dalam kondisi yang tidak kondusif, kedatangan Awan and the gang berhasil mencuri perhatian. Membuat seisi penghuni kantin terdiam untuk fokus menaruh atensi. Memperhatian setiap gerak-gerik dan ekspresi Awan yang berhasil membuat hati kacau tidak karuan.
"Kelana bukan sih nama adek lo?". Awan yang baru menghempaskan bokong di bangku kantin mengangguk. Tangannya melambai memanggil dua murid yang baru saja berjalan melewati bangku mereka. "Mi ayam satu, es jeruk satu, lo berempat apa?" tanyanya pada empat laki-laki yang kini tersenyum sumringah.
"Dibayarin kan? lagi nipis nih gue"
"Iye bacot. Gece, gue laper".
"Gue bakso, bilang ke Pak Umang baksonya banyakin. Minumnya samain".
"Kalau gue nasi goreng telornya dua, enggak pedes. Inget sekali lagi enggak. pedes. Awas aja ye sampe pedes, mulut lo gue cabein. Ama es teh satu"
Terisa satu laki-laki yang dengan perawakan yang sedikit berbeda dengan mereka. "Gue bisa beli sendiri" menciptakan sorakan dari Awan dan ketiga sahabatnya yang lain.
"Gak asik lo jing".
Awan mengeluarkan dompet, mengulurkan beberapa lembar uang merah pada dua murid tadi, "Sisanya buat lo berdua" yang dihadiahi oleh anggukan. Tanpa protes dua murid tersebut lantas kembali ke stand makanan, memesan satu per satu pesanan yang disebutkan oleh kakak kelas mereka, Awan dan kawan-kawan.
"Lo dapet info apa tentang adek gue?" Awan mengalihkan atensinya pada Haris, laki-laki keturunan China Indonesia yang memiliki banyak relasi. Membuatnya terlihat seperti salah satu agen FBI, sebab pengetahuan Haris tentang gosip atau informasi terhangat di sekolah tidak bisa terelakan. Haris yang serba tahu. Begitu kata Damar, si playboy yang dalam sehari bisa mengajak lima anak gadis untuk pacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
2gether ; Jisoo ft. Boys
Teen Fiction"Kalian itu sudah seperti saudara jadi bagaimanapun keadaannya harus selalu bersama, paham?"