4
Malam ini di meja makan rumah mewah Jordan terhidang menu masakan cina, seperti capcay, ikan kakap filet asam manis, dan sup asparagus. Masakan cina adalah menu kesukaan Abraham, dan tentu saja, juga menu kesukaan Lucas. Bisa dibilang selera Lucas dan sang ayah tak jauh berbeda.
Lucas dan ayahnya makan tanpa banyak bicara. Keduanya dengan nikmat menyantap menu-menu lezat tersebut.
Setelah selesai makan, tepatnya usai keduanya meneguk air putih, Abraham berdeham. "Bagaimana, Luc? Apa kau sudah membuat keputusan untuk memenuhi permintaan papa?"
Lucas mengangguk pelan. "Ya, aku akan menikah, jika itu membuat papa bahagia."
Abraham tersenyum lebar mendengar jawaban sang anak. "Kau memang anak yang berbakti. Kapan kau berencana mengenalkan calon istrimu pada papa?"
Lucas hanya tersenyum tipis. "Sesegera mungkin, Pa. Ini sangat mendadak. Aku butuh waktu."
Senyum Abraham melebar. "Papa sudah tak sabar bertemu dengannya."
Lucas hanya menyeringai samar sebagai tanggapan. Sesungguhnya ia tidak tahu siapa yang akan ia nikahi. Siapa yang akan ia bawa ke hadapan ayahnya untuk diperkenalkan sebagai calon istri. Namun karena tak mau membuat sang ayah sedih, Lucas menjanjikan hal tersebut.
Lucas berdiri. "Aku pergi kerja dulu, Pa." Ia menghampiri sang ayah lalu memeluk bahunya singkat.
Abraham mengangguk-angguk. "Hati-hati di jalan, Nak."
***
Namanya Valeria Suci Ravindra, anak pertama dari pasangan Arief Ravindra dan alm. Sofia. Valeria memiliki adik laki-laki bernama Reno, yang kini duduk di bangku kelas XII, SMA.
Valeria sudah lulus kuliah enam bulan yang lalu dan sejak itu giat mencari pekerjaan, tapi belum berhasil. Valeria pernah berpacaran dua kali, tapi saat ini gadis itu sedang jomlo.
Dari segi ekonomi, keluarga Valeria bisa dibilang miskin. Satu-satunya penopang hidup mereka adalah toko sembako sang ayah yang terletak di pasar. Bahkan bisa dibilang, ruko tersebut adalah satu-satunya harta orangtua Valeria. Mereka tinggal di lantai dua ruko.
Setelah membaca seluruh informasi tersebut, Lucas meletakkan berkas ke atas meja. Ia menyeringai puas. Hasil penyelidikan seperti yang diharapkannya.
Lucas menekan tombol di interkom dan meminta Brandon datang ke ruangannya.
Tak sampai semenit, Brandon sudah berdiri di depan meja kerja Lucas.
"Atur janji temu dengan Valeria sore ini."
Brandon menatap Lucas dengan tatapan heran. "Apa kau akan memilih Valeria? Aku sudah menghubungi Faisal, mengatakan kalau dia diterima."
"Tidak. Valeria akan mengisi posisi lain."
Kening Brandon berkerut.
"Lakukan saja apa yang aku minta! Jangan banyak bertanya!" Lucas mengibas tangan, mengusir Brandon keluar dari ruangannya.
Brandon terdiam, lalu mengangguk.
Bagus. Lucas akan naik darah jika Brandon bertanya lagi.
***
Valeria menatap putus asa isi lemari kecilnya. Di sana tergantung beberapa kaus dan gaun. Tak ada gaun baru yang bisa ia kenakan untuk pertemuan hari ini.
Tadi, tiba-tiba Valeria mendapat panggilan dari Brandon, sekretris CEO perusahaan Jordan Group. Ia mengirim surat lamaran ke sana beberapa waktu lalu, dan sudah diwawancara. Namun setelah seminggu berlalu, Valeria masih belum mendapat panggilan. Valeria pikir lowongan itu sudah diisi oleh orang lain.
Namun alangkah mengejutkan saat Brandon menghubunginya tadi, mengatakan sang CEO ingin bertemu dengannya. Brandon memang tidak mengatakan bahwa Valeria lulus dan terpilih mengisi posisi kepala akuntan di perusahaan itu, tapi sepertinya keinginan bertemu dari sang bos bisa dijadikan sinyal baik.
Bisa jadi pertemuan hari ini dikarenakan sang bos ingin melihat seperti apa calon kepala akuntannya sebelum mempekerjakannya.
Valeria pikir, sang CEO tidak akan turun tangan mengurusi perekrutan karyawan. Mungkin karena posisi tersebut sensitif, jadi sang bos ingin turut menentukan siapa yang terbaik.
Meski gugup, sejujurnya Valeria sangat senang. Akhirnya, selangkah lagi ia akan memiliki pekerjaan. Selangkah lagi, ia bukan lagi pengangguran. Ia akan punya uang sendiri! Ayahnya tak perlu lagi mengiriminya uang, bahkan ia bisa mengirimi ayahnya uang setiap bulan! Sungguh menyenangkan!
Semangat membara di dada Valeria. Dengan senyum terukir di bibir, ia meraih gaun terbaiknya, yakni gaun sederhana berwarna putih.
Sembari bersenandung kecil, Valeria memakai gaun tersebut, lalu melingkarkan sabuk berwarna hitam di pinggang. Ia juga berdandan, sebisa mungkin terlihat cantik dan segar.
Sebelum pergi, Valeria mematut diri di cermin persegi yang tergantung di dinding kamar. Ia tersenyum tipis. Meski gaun itu bukan karya desainer, tapi tampak begitu pas di tubuh langsingnya.
***
Evathink
Eng ing eng ... hayo tebak selanjutnya bagaimana ...
YOU ARE READING
Istri Bayaran Sang CEO
Romance[Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] Hati yang masih terpaut dengan cinta masa lalu membuat Lucas betah melajang meski usianya terus bertambah. Namun sang ayah ingin memiliki cucu. Lucas dituntut segera menikah. Lucas sangat...