11

16.2K 3.5K 1.5K
                                    

Vote dulu kak sebelum baca~

"Tilaar!" Panggil Satria diikuti sama Eweng, di belakang sana juga ada Lion Gerall.

"Gimana Yoga?"

"Masih dirawat, om."

Semua yang ada di situ langsung ngehela nafas berat. "Sebenernya Yoga kenapa?" Tanya Satria.

"Ilal gak tau cerita pastinya tapi tadi pas Ilal sama Rakha datang ke markas, Yoga udah diinjek perutnya sama Vano."

"Vano?!" Eweng ngegas, gak terima. "Kenapa dia bisa gituin Yoga?"

"Ilal gak tau permasalahan mereka, om weng."

"Kayanya karna Vano gak nerima anak yang dikandung sama Yoga," sahut Arlan. "Aku gak tau kejadiannya bakal kaya gini, kalo tau aku bakal stay sama Yoga tadi dan gak ninggalin mereka berdua di markas. Maafin Arlan, om gak bisa jaga Yoga."

Eweng ngusap punggung Arlan yang dari tadi nunduk. "Ini bukan salah kamu, kok."

"Weng, aku takut anak kita kenapa-napa." Satria natap Eweng dengan mata yang udah memerah bahkan berkaca-kaca. Meski Yoga rada gak waras tapi Satria sayang banget sama anak angkatnya itu.

"Tenang dulu, ya." Eweng meluk Satria.

"Terus si Vano-Vano itu gimana kabarnya?" Lion buka suara.

"Tadi sempet aku kejar tapi gak dapet sekarang aku minta tolong ke tim punya ayah," jelas Rakha.

Keadaan setelahnya jadi hening. Semua sibuk sama pikiran dan sibuk berdoa buat keadaan Yoga. Ketegangan terus terjadi sampai seorang dokter keluar dari ruangan.

"Keluarga pasien Yoga Mahessa?"

"Saya, dok." Eweng mengajukan diri.

"Begini, pak, berdasarkan pemeriksaan kami pasien sedang hamil tapi janinnya sudah tidak bisa diselamatkan. Pasien juga memasuki masa kritis karna keguguran yang dialaminya, kami memerlukan persetujuan untuk melakukan beberapa operasi serta perawatan yang lebih intensif."

Eweng mengangguk. "Lakuin apapun yang bisa nyelametin nyawa anak saya."

"Baik, bapak bisa ikut ke ruangan saya dulu untuk menandatangani beberapa surat."

Eweng pergi keruangan dokter. Semua orang yang ada disitu juga udah ngedenger ucapan dokter. Kekhawatiran mereka makin meningkat. Perasaan baru berapa hari yang lalu Arlan, Tilaar, sama Yoga bercanda bareng sekarang Yoga malah terbaring di rumah sakit.

"Laar, gua keluar dulu, ya." Arlan ngizin buat pergi dari depan ruangan Yoga. Dia gak kuat, dadanya sesak banget. Cowo itu pergi ke taman rumah sakit, di sana gak terlalu banyak orang. Arlan duduk di salah satu kursi.

"Jangan tinggalin gua, Yoga. Gua belum sempet ngejar-ngejar lu," gumam Arlan sambil natap foto Yoga di layar hp. Abis itu tangis Arlan pecah lagi. Saking sakitnya tangisan anak itu gak berbunyi.

"Kenapa jadi kacau begini, sih..."

"Hai, abang~"

Arlan diam sejenak. Dia ngintip dari sela-sela jarinya siapa yang datang. Ternyata gadis kecil pake baju pasien.

"Bang?"

"Iya, kenapa, dek?" Arlan ngusap air matanya. Malu juga diliat anak kecil.

"Abangnya nangis, ya?"

"Gak, kok."

"Boong, tuu matanya merah." Gadis kecil tadi nunjuk mata Arlan dengan jari kecilnya.

Arlan senyum tipis. "Iya, deh kamu bener. Abang emang lagi nangis."

Sang anak gadis mencoba menaiki kursi biar bisa duduk di samping Arlan tapi ternyata kursinya ketinggian jadilah Arlan bantuin ngangkat si adek. "Jadi abangnya nangis kenapa?"

Samar {BXB} (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang