18

16.2K 3.3K 668
                                    

Vote dulu sebelum baca, kak~

Warning kekerasan
(Jangan ditiru)

Ini pertama kalinya Vano keluar dari rumah Petra. Mereka abis dari ngurus data kepindahan Vano ke sekolah baru, Petra ngajak anak itu ke restoran yang cukup ternama. Sejenak mereka makan dalam keheningan sampai Petra pun mutusin buat buka suara.

"Vano," panggil Petra.

"Kenapa, om?"

"Gimana rasanya keluar dari rumah saya yang sumpek itu?"

"Biasa aja, om. Masih sama kaya dulu-dulu."

"Kamu gak seneng gitu? Apa ternyata kamu lebih suka saya kurung?"

"Gak gitu." Vano menggeleng heboh. "Aku seneng bisa keluar tapi emang keadaan dunia luar masih sama-sama aja, om."

Petra cuma ngangguk-ngangguk. "Besok kamu udah mulai sekolah, jangan macem-macem."

"Siap, om."

Petra mengapit dagu Vano pake jari jempol sama telunjuknya. "Saya mau kamu jadi anak baik," ucap Petra penuh intimidasi.

"I-iya, om."

"Goodboy." Aura Petra berubah santai lagi. Dia ngelanjutin makannya.

"Kamu, tuh badan gede gak ada niatan ngelawan saya apa?"

"Gak, om. Badan aku gede tapi kekuasaan om lebih gede. Belum lagi om tau betul kelemahan aku."

Petra terkekeh. "Sesayang itu sama kakakmu sampai kamu rela diginiin saya?"

Vano cuma ngangguk kecil sebagai jawaban. Kelar makan mereka langsung balik. Petra masuk ke kamarnya sedangkan Vano yang pengen ke rumah belakang harus dicegat dulu sama Rakha pas ngelewatin dapur.

"Abis darimana sama ayah?"

"Dari ngurus pindahan sekolah gua doang, rak."

"Cuma itu? Gak ada lagi?"

"Makan bentar di restoran."

Rakha jalan lebih deket ke Vano. Dia cengkram pipi cowo di depannya. "Gua mau lu tau diri, ya, van. Jangan pernah mikir buat ngambil kesempatan atas kebaikan bokap gua. Paham?"

"Paham, rak."

"Bagus. Dah, sana!" Rakha ngelepas cengkramannya kasar terus pergi gitu aja. Vano cuma bisa ngehela nafas sambil jalan ke rumah belakang. Dia gak ada niatan buat ngambil kesempatan dari om Petra, kok. Vano gak mau bikin kesalahan lagi.
.

.

.

.

.

.

Sepulang sekolah, Arlan sama Yoga gak langsung pulang. Mereka melipir dulu ke gerobak akang yang jualan es kelapa.

"Kang, es kelapanya dua," pesan Yoga sambil duduk di kursi punya akangnya diikuti juga sama Arlan.

"Yog, lu sibuk gak abis ini?"

"Gak juga, tuh gua, kan lebih banyak gabutnya daripada produktif."

"Mampir ke rumah gua mau?" Tawar Arlan.

"Eh? Tumben ngajakin ke rumah lu, sebelum ini, kan lu gak mau terus."

Arlan senyum tipis. "Selama ini lu cuma banyak denger ceritanya doang apa yang gua alamin di rumah. Sekarang gua mau beneran ngajak lu ke rumah gua sekalian pengen dikenalin ke mama. Kasian mama cuma denger nama lu aja gak pernah liat orangnya langsung."

Samar {BXB} (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang