✧・゚ 𝟥 ゚・✧

513 74 5
                                    

Pagi hari kericuhan kelas 3-4 terdengar paling kencang diantara kelas 3 lainnya. Kelas satu ini memang terkenal paling banyak prestasi, paling kaya, dan paling berisik terutama saat ada sedikit masalah di mata pelajaran pertama seperti saat ini.

"Semuanya berkumpul dengan kelompok yang sudah Bapak atur minggu lalu!" perintah Pak Asep yang semakin semakin menambah keributan.

"Njir gimana woy? Si Ruto kaga masuk lagi pas mapel nih manusia." ucap Jeongwoo yang sudah bergabung dengan kelompoknya.

"Lu pikir gua kaga bingung gitu?" sambung Jaehyuk.

"Seinget gua, Pak Asep pernah ngomong kalo satu anak belom beres, semua anggota nilai rapotnya nol." timpal Asahi.

"Heh kaleng sarden, kata siapa lu?" debat Junkyu yang baru bergabung.

"Lu ngatain Asa kaleng sarden lagi, gua rebus lu!" ancam Jaehyuk yang terlihat melotot.

"Lah emang bener kaleng sarden, mau apa lu?" ucap Junkyu.

"Kita tempur aelah, sini!" tantang Jaehyuk makin menjadi-jadi.

"Sesuai perjanjian minggu lalu, 1 kelompok harus mengumpulkan semua laporan yang sudah diberikan kepada masing-masing anggota." ucap Pak Asep .

"Jika satu anak ga mengumpulkan hari ini, sanksinya satu kelompok harus mendapatkan nol meskipun dia mengerjakan." sambung Pak Asep.

"Gua bilang juga apa." sinis Asahi.

"Njir gimana woy?" tanya Junghwan kalang kabut.

"Inilah nasibnya dipilihin kelompok, mana dapet kelompok otaknya dibawah rata-rata semua, kena masalah lagi gara-gara si Ruto." gumam Jeongwoo pasrah.

"Silahkan perwakilan kelompok mengumpulkan hasil laporan di depan." ucap Pak Asep.

"Dahlah bawa sini ae." ucap Asahi yang berdiri.

"Terus Ruto?" tanya Junghwan tapi Asahi menaikkan pundaknya isyarat ga tau.

10 menit kemudian...

"Kelompok dengan ketua Junghwan ini kenapa cuma 5 laporan? Siapa yang belum mengumpulkan?" tanya Pak Asep yang sedang menghitung jumlah laporan.

"Watanabe ga hadir Pak" jawab Junkyu.

"Watanabe? Anak 2 meter itu?" tanya Pak Asep.

"Hahaha iya Pak, si tiang itu ga masuk sekarang." tawa Jihoon.

"Jadi dia ga ngumpulin laporannya?" tanya Pak Asep lagi.

"Ngga, Pak." jawab kelima remaja itu serepak.

"Oke. Hwan, maju." panggil Pak Asep diikuti Junghwan segera menemuinya dan kembali dengan membawa semua laporan serta angka nol diatasnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat setelah pulang sekolah, Junkyu berjalan menuju alamat yang diberikan Asahi buat ketemu Haruto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat setelah pulang sekolah, Junkyu berjalan menuju alamat yang diberikan Asahi buat ketemu Haruto.

"Wassalam Market inikah? Wawan bilang pager item tembok putih, berarti ini rumah Ruto?" gumam Junkyu pas lihat rumah segede yang ada di bayangannya.

"Anjir kaya banget dia."

"Chat Ruto ga sih?" gumamnya sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

***

"Udah gua bilangin berkali-kali ya, pulang sekolah tuh langsung pulang jangan ngelayap seenak jidat lu. Lu punya orangtua disini, hargai gua sebagai orang tua lu!" ucap seorang pria mengenakan jas rapi dengan nada tingginya.

"Papa sebagai orangtua pernah ngertiin perasaan Ruto? Enggakkan? Kita imbang Pa." jawab Haruto yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Lu disini kaga ada rasa terima kasihnya ya. Lu dulu kaga bisa apa-apa, gua urus, lu tinggal idup enak disini tapi apa balas budi lu?" tanya pria berjas.

"Pa, Ruto disini juga bukan kemauan Ruto. Ruto sama sekali ga berharap Papa bawa waktu itu." jawab Haruto.

"Heh kalo kita ga nolongin lu dan kita biarin lu disana waktu itu, lu ga bakal bisa nafas sampe sekarang." decitnya.

"Ruto rela mati jika Ruto tau kelanjutan hidup Ruto kaya gini." jawab Haruto dengan santai.

"Gua keknya kalo mau ngerusak idup lu, harus bunuh temen lu dulu deh. Baru setelah itu idup lu bakal rusak sama seperti idup gua sejak ada lu." geram Papa Haruto.

"Papa ga ada hak buat nyakitin dia, bahkan buat nyentuh dia sedikitpun ga akan Ruto biarin!"

"Gapunya sopan santun ya. Ngejawab lagi gua pukul lu" ucap Papa Haruto.

"Sopan santun? Pernahkah Papa mengajarin Ruto apa itu sopan santun?" tanya Haruto sinis.

PLAK

"Tampar lagi aja gapapa kok, tampar lagi sampe Papa puas. Bunuh ae Ruto sekalian biar hidup Papa tenang." tawa ringan Haruto membuat seorang Katashi geram dan dorongnya hingga ke tembok dengan tangan yang lain cekik leher Haruto.

"Lu tau ga? Gua nyesel bawa lu kemari, gua nyesel lu disini. Dan gua pastikan lu akan mati di tangan gua, cepat atau lambat lu akan mati Watanabe Haruto" ancam Papa Haruto dengan rahangnya yang mengeras.

"It's ok no problem. You can kill me now" ucap Haruto dengan perlahan Papa Haruto memperkuat cengkramannya di leher Haruto sambil tersenyum puas.

"Hahaha sampai jumpa di kehidupan selanjutnya Haruto, gua janji bakal bunuh lu lagi nanti" ucap Papa Haruto tersenyum sedangkan Haruto hanya bisa menahan rasa sakit itu dan mencoba terlihat baik-baik saja.

***

Follow
Wp : mashicute_1
Wp : Chiooo_01

Someone's Secret | TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang