Chapter 3

21 4 0
                                    

"Ingat... Ingat siapa dirimu," sebuah suara pria yang serak dan berat menggema memecah keheningan.

Marko ingin bertanya suara siapa itu dan apa maksud perkataannya, tetapi ia tidak bisa menggerakan mulutnya ataupun anggota tubuhnya yang lain. Ia masih berada di kegelapan, tubuhnya terasa melayang di udara.

"Rebut kembali kuasa dan musnahkan para penentang. Lepaskan dirimu dari belenggu dunia fana. Bangkitlah!"

Rasa dingin yang menyelimuti tubuhnya berangsur menghilang, diganti dengan kehangatan. Rasa hangat itu berawal dari kakinya, lalu perlahan bergerak ke atas, ke paha, perut, lalu naik ke dada. Rasanya seperti ada seekor ular besar yang melata di tubuhnya. Rasa hangat itu kini melilitkan diri ke tubuh dan tangannya.

Kehangatan menyelimuti Marko seluruhnya. Marko merasakan kenyamanan yang ia tidak ingin lepas. Hal itu tidak bertahan lama karena rasa hangat itu tiba-tiba berubah menjadi panas. Marko merasa dirinya seperti terbakar. Ia mencoba memberontak tetapi tubuhnya seperti terikat oleh sesuatu yang kuat. Ia terus memberontak dan memberontak, mencoba melepaskan dirinya dari ikatan tersebut, sementara rasa panas yang dirasakan semakin tidak tertahankan. Ia ingin berteriak tetapi ia tidak bisa membuka ataupun merasakan mulutnya.

Semakin panas. Marko membuka mata. Ia mendapati dirinya berada di sebuah tempat dengan kegelapan yang tidak berujung. Ketika melihat ke bawah, tubuhnya terikat oleh rantai-rantai besi yang mengeluarkan cahaya kemerahan.

Marko mengerahkan tenaga yang lebih besar untuk melepaskan belenggunya.

Ia bisa merasakan ikatannya meregang. Ia terus mendorong, mendorong, dan mendorong.

Rantai yang mengikatnya mulai terputus satu per satu, namun rasa panas yang dihasilkan pun semakin tidak tertahankan. Yang Marko pikirkan hanya satu, bagaimana cara ia melepaskan diri sebelum tubuhnya terpanggang. Ia mengerahkan tenaga yang lebih besar. Ia merasakan kembali mulutnya. Marko berteriak sekuat tenaga. Tidak ada yang bisa mendengarnya di tempat itu. Hanya ada dirinya. Semakin ia berteriak, ia merasakan kekuatannya bertambah. Rantai yang melilitnya pun semakin renggang.

Dengan hentakan terakhir, Marko melepaskan diri dari rantai yang membelenggunya. Rantai tersebut hancur berantakan dan jatuh menghilang dalam kegelapan.

***

Sani memejamkan matanya lekat-lekat, mempersiapkan diri atas ajal yang akan menjemputnya. Namun ajal tersebut tidak juga datang. Yang ia dapat justru rasa hangat yang tiba-tiba muncul di dekatnya dan kemudian sepasang tangan menggenggam kedua tangannya dan menariknya untuk berdiri. Sani membuka mata dan melihat pemilik sepasang tangan tersebut, Sakti, membawanya menjauh.

Sani menengok ke belakang, Marko berdiri di sana.

Tidak ada Hellhound yang memedulikan Sani dan Sakti. Semuanya memusatkan perhatian mereka pada Marko. Para Hellhound mengepung Marko, memerhatikannya dengan penuh waspada dari kejauhan, menggeram penuh amarah tetapi tidak berani mengambil tindakan.

Marko berdiri di tengah jalanan kecil yang sepi itu. Tubuhnya diselimuti aura kemerahan yang bergerak berdansa mengelilingi tubuhnya. Dia tidak sendirian. Di belakang Marko terdapat sosok semi-transparan setinggi 3 meter.

Sosok tersebut memiliki tanduk berbentuk melengkung di masing-masing sisi kepala. Sebuah kain merah panjang yang compang camping menutupi kepalanya hingga leher, bahu dan dada. Di balik kain tersebut, dapat terlihat segaris mata yang merah menyala, dan juga sebuah lubang besar di tempat di mana seharusnya sebuah hidung berada. Mulutnya yang tanpa bibir membuat sosok tersebut terlihat seperti sedang menyeringai.

Di sepanjang lengan kanannya terlilit rantai besar dengan kerak hitam dan merah menyerupai lahar yang telah membeku. Ujung rantai tersebut dibiarkan menggantung di tangannya. Sementara sebagian lengan kiri terbalut pelindung besi dari bahu sampai ke punggung tangan. Bagian tubuh bawahnya ditutupi kain hitam yang panjangnya sampai ke mata kaki, memperlihatkan pergelangan kaki yang memakai sepatu besi. Badannya yang tidak tertutup apapun memperlihatkan otot dan tulang yang membentuk tubuhnya menyerupai boneka anatomi otot manusia.

Marko terlihat tenang, matanya menatap kedepan. Sosok di belakangnya pun diam tidak bergerak.

Satu Hellhound berlari maju dan melompat untuk menyerang.

"ABADDON!!" teriak Marko, lalu ia melakukan gerakan cepat dengan tangan kanannya seolah melempar sesuatu ke atas, ke arah Hellhound yang mengudara. Gerakan tersebut diikuti secara persis oleh Abaddon. Bedanya, ketika Abaddon yang melakukannya, rantai yang melilit di tangannya terulur ke arah Hellhound dan melilitkan diri ke badan lawannya. Hellhound tersebut jatuh ke jalan, terbelenggu oleh rantai.

Marko mengepalkan pergelangan tangannya yang masih terulur, diikuti oleh Abaddon. Dari rantai yang digenggam Abaddon muncul kobaran api yang menjulur sepanjang rantai hingga sampai ke Hellhound yang terbelenggu, membakarnya habis menjadi debu dalam sekejap. Abaddon menarik rantainya kembali setelah tuntas. Rantai tersebut dibiarkan menggantung di sebelahnya.

Satu ekor Hellhound menyerang dari belakang Marko, dan ayunan rantai Abaddon dengan mudah menghabisi Hellhound tersebut. Hellhound lainnya menyerang dan lagi-lagi dengan mudah dihabisi oleh Marko dan Abaddon. Sekarang Hellhound terus menyerang dari segala arah tanpa henti. Dengan gerakan yang luwes, Marko dan Abaddon menghindari serangan demi serangan dan menyerang balik. Tidak peduli apakah Hellhound menyerang satu persatu ataupun sekaligus berbarengan, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil menggores Marko. Namun, mereka yang hancur langsung digantikan dengan yang lain, sehingga tiada habisnya. Marko tidak terlihat lelah, malah terlihat bosan.

Jumlah Hellhound kini menjadi jauh lebih banyak daripada ketika awal mereka mengepung Marko, Sani, dan Sakti. Hellhound muncul dari segala arah. Mereka berhenti menyerang untuk sesaat dan membentuk lingkaran mengelilingi Marko. Lalu secara berbarengan mereka menyerang Marko. Semua sekaligus.

Marko mengangkat tangannya, lalu melakukan gerakan memutar searah jarum jam. Rantai Abaddon berputar cepat menyerupai baling-baling helikopter dan menghasilkan lingkaran api yang juga berputar mengikuti gerakan rantai, mencincang habis para Hellhound yang menyerangnya dari udara. Kemudian Marko menurunkan tangannya, dan memutar badannya 360 derajat untuk menghabisi para Hellhound yang menyerangnya dari bawah.

Hellhound di sekitarnya telah habis semua. Hanya Marko yang tersisa dan ia mulai ngos-ngosan. Aura merah yang menyelimuti dirinya menipis, dan Abaddon terlihat semakin transparan, seakan sebentar lagi ia akan menghilang seutuhnya.

"Marko?" Sakti keluar dari tempat berlindungnya di balik dinding salah satu rumah makan, tetapi tidak beranjak. Ia tetap berdiri di situ, waspada dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan. Marko yang membelakanginya perlahan membalik badan, diikuti Abaddon. Marko hanya diam. Tidak bicara, tidak bergerak. Hanya berdiri di situ.

Dalam sepersekian detik sebuah kobaran api biru menyelimuti Abaddon dan ia menghilang. Pada saat itu juga Marko jatuh terjerembab.

ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang