PAIN || 06

672 83 20
                                    

VOTE KOMENNYA BESTIE😻

TOLONG JANGAN SIDER:( !!!

pundung sama kalian yang begitu dah, jangan lupa kalo belum vote di chapter sebelumnya, di vote dulu ya???🙏

---------------

Semua anak klub basket mulai memenuhi tempat latihan khusus yang memang merupakan fasilitas sekolah. Jeno disana, dengan beberapa anggota lain yang sibuk menggunjing dirinya karena menghilang seenaknya.

Jeno menghiraukan itu, mereka hanya tidak tahu fakta kehidupannya, dan ia memang tak ingin berkoar-koar agar semua orang mengetahui seberapa sulit hidupnya.

"Woy! Jangan bengong! Elu belom makan, Jen?" Tebak Jaemin, lelaki itu menatap lekat mata Jeno. Sewaktu-waktu mungkin ada kebohongan disana.

"Udah," satu kata yang begitu padat dan jelas.

Nyatanya, tadi saat jam makan siang, Jeno disibukkan dengan menata buku-buku di perpustakaan karena Bangchan menuduhnya mendorong pemuda saat berada disana dan membuat kegaduhan dengan menjatuhkan rak buku berukuran sepinggangnya.

Membuat buku-buku tebal yang sedikit berdebu itu jatuh berantakan. Tak ada bedanya memang dengan Hyunjin memang.

Bunyi nyaring peluit terdengar memekakkan telinga, saat itu juga seluruh anggota melakukan beberapa gerakan permainan bola basket dari dasar hingga gerakan sulit sekalipun.

"Ayo, saling oper! Kerjasama tim itu perlu!" Teriak Taeyong, alumni sekolah sekaligus klub bola basket yang sedang mengganti jadwal coach yang kembali tak bisa hadir.

Taeyong tak sendiri, ia ditemani oleh kedua temannya yang juga seangkatan dengannya. Lucas dan Yuta.

"Perhatikan tangannya kalo kalian nge-shoot bolanya,"

"Pantulin bolanya yang bener, benerin posisi pas nyentuhnya,"

"Jeno! Jangan lemes mainnya, yang bener kalo main!"

Teriakan Yuta membuat Jeno tersentak bukan main. Bocah itu mengangguk, padahal wajahnya sudah mulai pucat dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

Jaemin bahkan yang mendengar pun sampai menatap Jeno yang agak jauh memang darinya. Jeno tak seperti biasanya, ia terlihat sangat lemas, benar, seperti ucapan Yuta barusan.

Tak lama kemudian, kedua matanya membola ketika mendapati lubang hidung sahabatnya itu mengeluarkan cairan pekat yang bahkan tak disadari sang empu.

Dengan kasar, ia menyentak bola yang langsung berlari ke segala arah dan menghampiri Jeno dengan panik.

"JENO, HIDUNG LO!!!" Teriaknya yang membuat seluruh anak klub menatap dirinya juga cukup terkejut.

Yang diberitahu mematung beberapa saat, telunjuk kanannya digunakan untuk mengusap hidungnya untuk mengetahui bahwa ia mimisan tanpa disadari. Dan ia cukup kaget, darahnya cukup banyak.

Ia segera menutup hidungnya dan menunduk hormat, "saya izin ke to-"

bruk!---?!

"JENO!!!!!"

Semuanya panik, lelaki itu belum sempat menyelesaikan ucapannya namun sudah ambruk begitu saja. Sayup-sayup terdengar kericuhan klub basketnya.

"Jen? Sadar Jen!"

"Ya Tuhan, Kak Jeno kenapa itu?"

Hingga semuanya tenang dengan mata yang perlahan terpejam, lelaki itu menemui tempat yang sering kali ia temui.

PAIN || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang