PAIN || 05

487 74 2
                                    

VOTE FIRSTLY!!!Spam komennya yuk, biar cepet update😍😍thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VOTE FIRSTLY!!!
Spam komennya yuk, biar cepet update😍😍
thank you...

———————————————

Selamat Membaca ~

"Sekali lagi saya ucapkan maaf atas perilaku Jeno. Saya akan menegurnya untuk tidak mengulanginya lagi." ucap Donghae sambil membungkuk hormat lalu melangkah keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Nyonya Hwang, ibu dari Hyunjin, yang menatapnya begitu remeh.

"Dasar anak sialan, tak pernah berhenti buat nyusahin orang."

Dalam benak pria yang hampir berusia setengah abad itu, amarahnya begitu bergejolak dan terlalu banyak rencana setelahnya abis ini.

—————o0o—————


Pemuda bermarga Lee itu sekarang sedang berada diatas trotoar. Jalanan nampak sepi sepertinya, dia berjalan tanpa arah. Tak ada siapapun yang tahu apa yang dia pikir kan saat ini.

Jeno tersenyum masam, "Pasti nanti di hukum Papa lagi, dan bentar lagi rahasia gua bakal disebarkan sama Sena."

Dengan kesal, ia menjambak rambutnya sendiri tanpa memedulikan tatapan sekitar karena beberapa orang yang masih berlalu lalang.

Lelaki itu mendongak ke arah langit "Ya Tuhan... Kenapa hamba selalu saja seperti ini?"

"Dan juga... Kak Mark.. Mama... Jeno kangen... " tanpa dia sadari, air matanya turun begitu saja tanpa seizin nya. Lagi.

Di tengah isakannya dengan pikiran yang terbilang cukup kacau, terlihat sebuah mobil berwarna hitam menghampiri Jeno. Mobil yang sepertinya sudah tidak asing untuk dilihatnya sekali atau dua kali.

Seorang gadis keluar dari mobil itu, sepertinya Jeno sudah menduga siapa dia. Ya, dia adalah Kim Sena.

"Ya ampun Jen... Ternyata kamu disini, kamu tau ga? Aku khawatir banget sama kamu!" Seru gadis itu, meraih kedua tangan Jeno yang terasa dingin ketika kulitnya bersentuhan.

Jeno bergeming, ia hanya menatap wajah Sena dengan tatapan datar. "Jen? " tanya Sena.

"Hm? Kamu tau 'kan aku kenapa?" Bukannya menjawab, Jeno malah bertanya dengan nada dingin dan cukup ketus.

"Aku capek, Sen." Terangnya.

Genggaman tangan gadis itu terlepas, "J-jeno..." Lirihnya, menatap takut sepasang obsidian yang menatapnya dengan tatapan tak suka.

"Jauhin aku, Sen. Aku nggak mau ngulangi omongan dan jangan biarin ini terjadi lagi. Aku capek! Tolong ngertiin," kata-kata Jeno menusuk hatinya.

Benarkah ini salahnya? Sena yang salah?

"Kita cuma temenan, Jeno. Apa salah-"

Dengan cepat, Jeno memotong ucapan gadis dihadapannya, "keadaan yang salah dan kamu, KAMU NGGAK NGERTI SAMA SEKALI SAMA KEADAANNYA, SENA!!!" bentak lelaki itu.

PAIN || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang