1

9.6K 81 2
                                    

Happy reading (Pake emot senyum manjhalitong)

-------------------

"LUCIA"

Gadis itu menghentikan laju langkahnya, saat mendengar namanya dipanggil. Memutar tubuh 360° menemukan Sofia tengah berlari mendekat padanya.

"Dikejar hutang lo lari-larian di tempat begini?"

Pasalnya keduanya sedang ada di lorong kampus dan tentu saja banyak orang. Bagaimana jika Sofia jatuh? Lucia percaya bukan sakit yang menjadi masalahnya, melainkan rasa malu yang mungkin akan teringat semur hidup.

"Haah... haaah... haaaah..." Gadis itu mengatur nafasnya yang masih terengah "Gue lebih milih dikejar utang daripada dikejar mantan yang minta balikan. Najis... najis trulala yeye"

Lucia tertawa mendengar ucapan Sofia, ia jadi teringat salah satu jargon acara musik di Negara +62. "Iyain gue mah biar lo seneng. Terus kenapa lo lari-lari di area kampus? Gak malu lo diliatin sama anak-anak lain"

"Gue ngejar lo, mau ngajak makan bareng. Lo tahu gue abis dapet jatah bulanan dari kakak gue. Jadi sabilah traktir lo makan di kantin doang"

"Gue-"

"Gue gak terima penolakan. Sekuylah" Sofia menggandeng tangan Lucia menuju kantin kampus. Sampai d kantin ternyata suasananya cukup ramai walaupun bukan di jam makan siang. Meja-meja yang berada di tengah sudah penuh oleh mahasiswa lain yang bertujuan sama dengan keduanya, hanya menyisakan meja-meja yang berada disisi yang jaraknya lumayan jauh dari stand makanan.

"Lu pilih meja ya, biar gue yang pesen makan. Lo mau apa?"

"Oke. Yang biasa aja gue"

Setelah Sofia pergi, Lucia melangkahkan kakinya menuju meja ketiga dari sisi kanan. Ia sengaja memilih meja itu karena ia bisa melihat langsung taman kampus yang saat ini sedang memekarkan bunga-bunga yang di tanam disana. Beberapa saat kemudian Sofa duduk bergabung dengan Lucia.

"Lo tadi kenapa ngilang gitu aja? Perasaan baru gue tinggal bentar deh ke toilet" suara Sofia mengisi sunyi diantara keduanya.

"Gue tadi dipanggil bagian staf kampus"

"Kenapa?"

"Mulai semester depan beasiswa gue dicabut"

"Loh kenapa? Bukannya beasiswa akademik itu bisa lo dapet sampai lo lulus dari kampus ini kan?"

"Seharusnya sih gitu tapi mulai semester depan ada pengurangan jumlah penerima beasiswa dan gue salah satunya"

"Sabar ya Lu" Sofia mengelus bahu Lucia dengan halus. "Kalau soal duit gue belum bisa bantu. Gue cuma bisa semangatin lo terus"

Lucia mengangguk lalu tersenyum. Sekarang ia bingung mencari tambahan uang kemana dan ya, memang selama ia berkuliah disini mengandalkan beasiswa jalur prestasi. Ada banyak beasiswa yang ada di kampus Lucia tapi ia lebih memilih jalur akademik yang dirasa keuntungnya lebih banyak---hanya membayar setengah biaya kuliah dan beasiswa tersebut bisa dipakai sampai lulus dari kampus dengan syarat utama, mahasiswa-mahasiswi tersebut harus tetap memiliki nilai---IPK yang sudah di tentukan pihak kampus dan kebetulan otaknya cukup pintar untuk bertangkring di tiga terbesar di fakultasnya. Jadi sekarang tidak salahkan ia sedikit bingung untuk mencari uang biaya kuliahnya semester depan?

Ia juga mengerti keadaan Sofia, walaupun Sofia bukan anak beasiswa Sofia berasa dari keluarga yang sederhana. Kedua orangtuanya penjual kue dan kakaknya baru beberapa bulan lalu diterima diperusahaan besar yang ada di kota ini.

"Gak usah ngelamun gitu ah, serem gue liatnya. Hmm ntar gue bantu cari part time buat nambahin fulus. Ohiya, lo udah ada kabar proposal magang kita?"

My Daddy My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang