J - O2

825 121 0
                                    

"Woy Jev bengong mulu dari tadi"

Jevano tersadar dari lamunannya. Mengingat peristiwa mengenaskan yang terjadi saat usianya menginjak 13 tahun

"Apaan sih Kal, ganggu lo"

"Astaga, lo dari tadi gue perhatiin bengong mulu, kesurupan tau ras-emphhh bushwet lepwhasin Jev"

ternyata sebelum Haekal menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah di bekap terlebih dahulu sama Jevano.

"Lo kalo ngomong sembarangan, kal"

"Lepwhasin anjhiirrrr"

Akhirnya Jevano melepaskan tangannya dari mulut Haekal.

"Jevano anjing, mau bunuh gue ya lo?! sesek nafas nih gue!" kesal Haekal

Jevano berdecak kesal

"Lagian lo kalo ngomong sembarangan"

Mendengar perkataan Jevano, Haekal tersenyum geli.

"Bilang aja lo takut hahahaha"

Haekal mengerlingkan matanya ke arah Jevano, menggoda.

"Ck, gajelas lo" kata Jevano sambil berlalu menuruni tangga depan kelasnya meninggalkan Haekal yang masih sibuk menggoda Jevano.

"Halah, lo takut kan sama setan"

Jevano memilih diam, tidak menghiraukan sohibnya yang sibuk menggodanya tentang hantu. Jevano tidak takut, dia sedikit waspada. iya waspada hehe.

bruk

Haekal menabrak punggung lebar milik Jevano.

"Aduh Jev! lo itu kalo berhenti jangan mendadak, jatuh nih gue!"

Tanpa menghiraukan Haekal yang kesakitan, Jevano berlari ke arah kantin yang terlihat ramai.

"Woy Jev, tolongin anjir malah ditinggal" gerutu Haekal yang kesal karena ditinggal Jevano. Haekal yang melihat Jevano menuju keramaian di kantin sekolah segera pergi menyusul.

Pasti ada yang berantem, pikir Haekal.

Setelah mendekat ke arah kerumunan, benar saja. Disana ada Jendra yang menatap Dirga sengit. Keduanya saling melempar tatapan tajam.

"Kalo sampai gue liat lo lecehin adik kelas lagi. Habis lo sama gue" ucap Jendra tegas.

Jevano yang melihat adiknya berkelahi, dengan gesit membelah kerumunan dengan mudah.

Jevano mendekati Jendra, memegang tangan Jendra mengajak pergi dari kerumunan tersebut.

🌍🌍🌍

"Aduh sakit Jev, pelan pelan kenapa sih? ngga berperikemanusiaan banget lo sama adik sendiri"

Sekarang Jevano dan Jendra berada di UKS, mengobati luka yang didapat Jendra setelah adu jotos dengan Dirga.

"Sakit tolol malah tambah diteken"

Jevano mendengus kesal. Kesal dengan kembarannya yang hampir setiap hari masuk UKS, kalau bukan UKS pasti masuk kantor BK.

Tapi, ada tapinya. Jendra hampir setiap hari masuk ruangan BK bukan karena melakukan hal yang melewati batas. Di catatan buku keramat Bu Siti kebanyakan Jendra masuk ruang BK dikarenakan berantem. Berantem bukan sembarang berantem, Jendra berantem karena membela teman temanya yang di tindas, bukan tanpa sebab.

"Jendra, lo tuh bisa ngga sih, sehariiii aja ngga ada luka. Lama lama badan lo kayak jalan rasa, bolong bolong"

"Sembarangan lo, gini gini gue tetep ganteng"

Lagi lagi Jevano mendengus kesal, lelah dengan tingkah adiknya.

hening, mereka bergelut dengan pikiran masing masing.

"Jev, lo nanti pasti dimarahi lagi sama bunda kaya kemarin"

"Udah biasa kan?"

Jawaban Jevano secara tidak langsung menampar Jendra.

"Gue mau ke kelas" pamit Jevano lalu melenggang pergi meninggalkan Jendra di ruang UKS sendirian. Jendra merasa bersalah, tetapi dia juga tidak bisa tinggal diam melihat orang di tindas.

bahkan lo ngga sadar Jen, abang lo, Jevano juga di tindas sama ayah bunda.

🌍🌍🌍

"Assalamualaikum Jendra pulang"

"Waalaikum, Yaallah Jendra muka kamu kenapa nak kok bisa lebam lebam gini?. Siapa yang nyakitin kamu? jawab!" tanya bunda sedikit berteriak

Baru mau membuka mulut memberi penjelasan kepada sang bunda darimana lebam itu berasal, disusul suara Jevano mengucap salam.

"Assalamualaikum bunda" Jevano hendak meraih tangan bunda, namun langsung di tepis kasar.

"Pasti kamu kan yang bikin Jendra lebam?! Kamu kalau iri sama adik kamu bilang ke bunda sama ayah!! jangan nyakitin Jendra!!"

Jevano menghela nafas lelah, hampir setiap hari, lebih tepatnya setiap Jendra pulang dalam keadaan lebam pasti dirinya yang disalahkan. Jendra juga sudah mencoba menjelaskan, namun si empu seperti tuli dan tetap menuduh Jevano.

"Bun" potong Jendra yang tidak di hiraukan oleh sang bunda.

Jevano tidak ada niat memberi penjelasan, percuma.

"Kamu ngga tau diri ya Jevano, saya susah susah ngelahirin kamu tapi pas udah besar malah bikin beban. Saya capek!!" Hana meninggalkan kedua putranya begitu saja.

Jendra menatap saudaranya iba

"Apa sih lo liatin gue kaya gitu?"

"Bang Jevan maaf, gue ngga ada maksud buat bikin lo dimarahin sama bunda" Jendra menunduk, merasa bersalah.

Jika sudah menggunakan kata "Abang" berarti Jendra sedang dalam mode serius.

"Gpp Jen, sana lo mandi terus makan. Gua ke kamar dulu"

Jevano berjalan meninggalkan Jendera yang menatap Jevano sedih. Selalu saja mengalah, selalu saja diam. Berontak sedikit juga tidak masalah, toh Jevano tidak bersalah. Hana yang terlalu gelap mata.

to be continue


Haekal Putra Soesandy

"Gue sahabat lo Jev, lo bisa cerita apapun ke gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue sahabat lo Jev, lo bisa cerita apapun ke gue."

Hadiah Untuk Jevano - LJNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang