end chapter :「 Sorry & Thank You 」

1K 102 25
                                    

~oOo~

Dengan perlahan mereka membuka pintu ruangan Riki, dapat terlihat Riki masih tidak sepenuhnya sadar namun ia bisa merasakan kehadiran seseorang yang menghampirinya.

Riki menoleh kearah pintu dan melihat mereka yang tengah tersenyum ke arahnya, sungguh ini adalah moment yang paling Riki nantikan di hidupnya. Moment dimana semua pandangan hanya tertuju padanya dengan senyum hangat.

"Riki, ini mama..." Lirih mama Riki sembari perlahan meraih tangan anak laki-lakinya itu.

Senyum Riki perlahan mengembang, manik indahnya menghilang seiring dengan senyum yang mulai mengembang. Cukup dengan senyuman itu bisa membuat semua orang merasa lebih tenang.

Riki melihat sekitarnya seakan-akan mencari seseorang yang sangat ia tunggu.

"Noona?" Tanya Riki sembari menatap mereka satu-persatu.

"Dia ada, cuma masih istirahat aja Ki." Ucap Ta-ki sembari mengelus pelan surai rambut Riki.

Riki tak mempercayai hal tersebut, ia tau terdapat suatu kebohongan hanya dari pancaran mata mereka.

"Ki..." Panggil seseorang yang perlahan mendekati ranjang Riki.

"Maafin gw ya, gw kembaran paling bodoh yang ada di dunia." Ucap Kiki sembari menundukkan kepalanya.

"Aku beruntung punya kamu Ki, karena kamu aku jadi anak yang mandiri." Ucap Riki yang masih sedikit lesu karena ia baru saja sadar.

"Maafin gw Riki..." Lirih Kiki yang mulai meneteskan air matanya.

"Sebelum kamu minta maaf aku udh maafin kamu kok Ki." Ucap Riki sembari tersenyum.

Tangan Riki tiba-tiba beranjak dan perlahan melepaskan alat bantu pernafasannya, membuat semua orang yang ada disana sedikit terkejut.

"Ki, kamu ngapain sih? Pasang lagi." Ucap Sunoo yang ingin menahan pergerakan Riki.

"Ngga enak pake ini, Riki ngga suka Hyung." Ucap Riki sembari menatap kearah Sunoo.

"Tapi Ki-"

Belum sempat Sunoo menyambungkan ucapannya tiba-tiba saja kondisi Riki melemah, detak jantung Riki melambat.

"RIKI PASANG!" Tegas Jay pada Riki.

"Hyung, Riki udah ngantuk." Ucap Riki yang mulai melemah.

"Riki Lo gak boleh gini." Ucap Heeseung sembari ingin memasang alat pernafasan Riki kembali.

"Hyung ngga kasian sama paru-paru Riki?" Perkataan Riki berhasil membuat semua orang tertegun.

Semuanya berfikir diri mereka bodoh, tak memperhatikan Riki yang harusnya mendapatkan perlakuan baik agar ia bisa mendapatkan masa mudanya.

Kondisi Riki semakin lemah, matanya semakin sayu. Tak bisa di pungkiri, namun kondisi paru-paru Riki semakin memburuk setelah kejadian kemarin.

Mata Riki perlahan ingin menutup, Heeseung bergegas mengenakan alat pernafasan itu saat Riki tak memperhatikannya.

"Hyung ngga perlu repot-repot ih, Riki kan mau bobo, klo gini gimana Riki bisa tidur nyenyak?" Ucap Riki yang sedikit tidak sadar.

Damn, semua orang runtuh dengan pertahanannya masing-masing, semuanya meneteskan air mata yang dari tadi coba mereka tahan.

"Riki bertahan yaa, Hyung janji akan carikan paru-paru baru yang cocok buat Riki, berapapun itu akan Hyung bayar." Ucap Jake sembari menggenggam erat tangan Riki.

"Riki udah janji kan sama Hyung, nanti pas kamu ultah mau minta banyak hadiah sama Hyung." Ucap Sunoo sembari menahan tangisnya.

"Riki, kamu udah janjikan sama mama, kamu mau balik ke Jepang lagi..." Lirih mama Riki.

"Ki, Lo ngga punya janji sama gw tapi gw punya janji sama lo buat jagain lo, bantu gw tepatin janji itu." Ucap Haruto dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Riki bertahan ya?? Janji Kaka setelah Riki sembuh, Kakak akan bawa kamu jalan-jalan kemanapun." Ucap konon dengan bibir yang sudah bergetar.

"Permisi, mohon sedikit menjauh." Ucap seorang dokter yang terburu-buru untuk memeriksa keadaan Riki.

Semua upaya dilakukan untuk menyelamatkan Riki, tapi nyatanya Riki lebih memilih bersama Hoyeon dan Umji.

"Janji Riki, kita akan bertemu di keabadian..." Lirih Riki yang mulai menutup matanya perlahan.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Paru-paru Riki benar-benar sudah berhenti bekerja, Riki sudah tiada." Ucap dokter tersebut sembari membungkukkan badannya.

"NGGA RIKII!!" Mama Riki ambruk seketika, berharap kejadian ini hanyalah mimpi buruk yang ia alami.

"Riki, kamu bener mau ninggalin Hyung sendiri??" Tangis Sunoo pecah melihat Riki yang sudah tak memakai peralatan rumah sakit.

"Riki, katanya klo Ta-ki debut kita mau rayain bareng? Mana janji kamu Ki??" Ucap May yang sudah tak kuasa menahan tangisnya.

"Maaf dan terimakasih Nishimura Riki..." Lirih Kiki sembari mendekat pada ranjang Riki.

Heeseung yang melihat itu pun ikut mendekati ranjang Riki dan memegang pundak Kiki.

"Lo bohong Hyung sama gw, nyatanya Riki sadar buat pamitan sama kita." Ucap Kiki yang sudah tak bisa lagi menahan tangisnya.

"Maaf, biarkan Riki bahagia disana. Riki udah janji klo kita semua akan bertemu di keabadian." Ucap Heeseung sembari menatap lekat Riki yang sudah tak bernyawa.

Perlahan para perawat membereskan tempat Riki dan menutup tubuhnya dengan kain putih.

Nishimura Riki, ia sudah tenang dalam keabadiannya. Tak ada lagi sakit yang akan ia rasakan. Tak ada lagi kekejaman yang akan ia dapatkan. Tak akan ada lagi luka yang akan ia rasakan.

Kini Riki benar-benar menutup jalan ceritanya. Riki memutuskan untuk menitipkan kisahnya pada dunia untuk dijadikan kenangan abadi yang akan selalu diingat oleh banyak orang.

Pada dasarnya seberapa bahagia ending dari kisah seseorang, tetap kematian yang akan jadi penutupnya. Tidak ada kisah yang berakhir bahagia di dunia.

.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Riki & Kenangan AbadinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang