Chapter 5

29 6 8
                                    

NOTE : SEBAGIAN PART INI TIDAK BISA DI BACA SECARA LENGKAP. VOTE, KOMEN & FOLLOW DULU BARU BISA DI BACA.

Sedari tadi. Melgi sama sekali tak ada niatan untuk menyantap bakso yang ada di depannya itu. Pandangan nya masih menatap Andi yang sedang menyantap bakso dengan lahapnya.

Delvin yang tak merasakan ada gerakan dari tangan Melgi langsung menoleh ke arahnya. Delvin mengangkat satu alisnya bingung. Apa yang sebenarnya sahabat di sampingnya itu pikirkan.

"Mel? Itu kenapa nggak di makan?" tanya Delvin. Kemudian Andi yang sedari tadi fokus dengan makanannya pun pandangannya beralih pada, Melgi.

"Eh? I-iya ini di makan kok," Melgi yang mendapati tatapan balik dari Andi langsung cepat-cepat menuangkan 5 sendok makan sambal ke dalam baksonya.

Delvin, Andi dan juga Yuli terkejut melihat Melgi yang menuangkan begitu banyak sambal di baksonya. Mereka bertiga hanya tinggal menunggu bagaimana reaksi Melgi setelah menyantap bakso yang terlihat merah itu.

"Eh? Kalian kenapa diam aja? Baksonya cepat di habisin, nanti keburu dingin loh," ucap Melgi dengan mulut yang sudah penuh makanan itu.

Mereka bertiga masih diam tak ada respon sama sekali. Melgi menatap heran pada tiga orang di hadapannya, kemudian melanjutkan makannya tanpa memerhatikan mereka bertiga lagi.

"Kenapa pada diam? Ini baksonya enak kok," ucap Melgi dengan wajah yang mulai memerah. Sedangkan, mereka bertiga masih diam tak berkutik.

"Emm...UHUK-UHUK! Shhh pedes!" Melgi sudah tak bisa menahan, matanya mulai berkaca-kaca akibat kepedasan.

Dengan cepat, Delvin dan Andi menyodorkan air minum secara bersamaan kepada Melgi. Melgi dan Yuli memandang Delvin dan Andi secara bergantian.

"Shhh, pedes banget!" Melgi langsung menyambar dua gelas air minum yang di pegang Delvin dan Andi. Kemudian menghabiskan air mineral itu secara bersamaan.

***

Pukul, 20.25. Melgi meminta Delvin untuk pulang secepatnya. Dirinya tak menahan rasa sakit perut akibat terlalu banyak mengonsumsi sambal. Delvin memutuskan untuk mengajak  Melgi berhenti di salah satu toilet umum dekat pasar malam tersebut.

Sudah 30 menit Delvin menunggu Melgi yang sedari tadi tak kunjung keluar dari toilet. Delvin melihat jam di tangannya berkali-kali untuk memastikan agar dirinya tak terlalu malam mengajak Melgi keluar.

"Huh, lega..." tak lama kemudian, Melgi akhirnya keluar juga dari toilet. Delvin yang sedari tadi duduk di motornya langsung menghampiri sahabatnya itu.

"Udah kelar?" tanya Delvin dan di dapati anggukan kepala Melgi sebagai jawaban.

"Ya, sudah ayo pulang. Udah setengah sembilan, gue nggak enak ajakin lo keluar terlalu malam," ucap Delvin kemudian Melgi menatapnya bingung.

"Cih, lo kenapa? Perasaan nyokap-bokap gue nggak pernah marah biarpun keluarnya sampe tengah malam kalau sama lo," ucap Melgi menerangkan, tak biasanya Delvin mengajaknya pulang lebih awal.

"Ck, bukan gitu. Ya, masalahnya lo cewek. Nggak baik kalau keluar malam lama-lama, apalagi kalau keluarnya sama cowok bisa menimbulkan gosip yang nggak-nggak, lo nggak mau, 'kan kalau sampai begitu?" jelas Delvin. Melgi menatap aneh pada sahabatnya itu. Pikirnya, yang di katakan Delvin ada benarnya juga.

"Ya, udah buruan. Jangan ngebut! Gue gibeng lo dari belakang kalau sampai ngebut kayak tadi," ucap Melgi seraya mengepalkan tangannya ke arah Delvin seperti ingin memukulnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SINCERITY [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang