BAB 1.2 || 'CULTURE'

109 53 117
                                    


.
.

Matahari menampakkan sinarnya melalui sela-sela jendela mengganggu wanita yang sedang terhanyut dalam mimpinya.

Hingga mata indah berwarna coklat itu terbuka secara perlahan, wanita itu terduduk dan menatap sesuatu yang asing disekitarnya.

Kamar yang sangat besar dimana setiap pilarnya terdapat kayu jati yang kokoh serta dinding yang dilapisi dengan emas.

"G-gue ada dimana?". Gumam wanita itu mengucek matanya memastikan bahwa yang ia lihat adalah hal yang nyata.

Ia terdiam kaku, saat menyadari bahwa yang ia lihat adalah hal yang nyata dan benar adanya.

"Anjir! Ini dimana?!! Kenapa gua ada disini!"

Ia mengambil cermin di sebelahnya dan menatapnya dengan tatapan tak percayanya.

"RAMBUT PENDEK GUA?!". Teriaknya histeris saat melihat rambutnya yang kini menjadi panjang bergelombang.

Tepat setelah ia berteriak, sebuah pintu besar terbuka menampilkan beberapa orang berseragam masuk dan berbaris sembari menundukkan kepalanya.

***

Kulu POV.

Seorang anak kecil berlari kearahku dengan raut paniknya.

"LATU KULBUS! APA KAU BAIK-BAIK SAJA?!" Tanyanya menangkup wajahku dan menolehkan kekanan-kiri.

Tunggu. Dia memanggilku Ratu? Kulbus?. Aku terbengong dan mencoba berpikir jernih dengan situasi yang sangat membingungkan ini.

"LATU KULBUS!!". Panggilnya yang otomatis membuatku menatapnya bingung dan masih terdiam.

"TABIB!!! CEPAT KEMALI!!!". Teriaknya cempreng menggelegar.

Otomatis aku memegang telingaku dan menatapnya dengan tatapan kesal,

"Anjir Kuping gue! Dasar bocil!". Gerutuku dalam hati.

Seorang pria berumur berlari tergopoh-gopoh kearahku.

"Maafkan hamba Pangeran". Ujarnya berlutut didepanku

Melihat kejadian itu aku ikut membungkuk menyamakan tinggiku dengan pria tua itu.

Semua penghuni kamar termasuk Bocil itu menatapku dengan wajah bingungnya bahkan ada yang sampai mangap.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal karena semua mata tertuju kepadaku.

"BANGUNLAH!! KAU ITU CEOLANG LATU TELHOLMAT!" Perintah Bocil sembari menarikku kasar untuk berdiri.

"Nih bocil teriak mulu perasaan". Gerutuku kesal

Aku berdiri dengan muka tertekuk, bagaimana tidak?!

"DALI MANA SAJA KAU HAH?! KENAPA LATU DITINGGALKAN SENDILI?!! MAU KUBUNUH YA?!". Teriak Bocil itu menunjuk-nunjuk muka Pria tua itu dengan aura yang dapat membuatku sedikit takut.

"M-maafkan hamba Pangeran.. Putri hamba sedang sakit dan saya harus meracik obat maka dari itu saya meninggalkan ratu sebentar". Ujar Pria tua itu menyatukan tangannya sembari menangis.

"TAPI LATU LEBIH PENTING DALIPADA PUTLIMU YANG TAK BELGUNA ITU!!!". Sentak Bocil disampingku yang langsung membuatku naik darah.

"HEH! BOCIL!!! JAGA MULUT LO YA!! DIAJARIN SIAPA LO NGOMONG KEK GITU KE ORANG TUA HAH?!!!". Marahku menunjuk mukanya yang nampak terkejut dengan tindakanku.

"LATU-".

Sebelum dia berbicara aku memotongnya, "RATU-RATU!! GUE BUKAN RATU YA!!! GUE KULU BUKAN RATU LO!!"

" DAN YAH.. GUE INGETIN SEKALI LAGI SEMUA ORANG TUA BAKAL MENGUTAMAKAN ANAK KANDUNGNYA! LO SEMBARANGAN BILANG-BILANG ANAK ORANG GAK BERGUNA!!! EMANG LO BERGUNA HAH?!"

"Berguna dari mana! Attitude aja gak dijaga! Cihhhhh"

Aku memalingkan wajahku kesamping sembari memutar bola mataku jengah.

"T-tabib?". Panggil Bocil dengan wajah takutnya.

Pria tua itu yang sedari tadi menatapku cengo langsung tersadar,

"MAAFKAN HAMBAAAA PANGERAAANN HAMBA TIDAK TAU KALAU KELALAIAN HAMBA AKAN MENJADI SEPERTI INI". Tangis kerasnya bersujud berkali-kali dibawah kaki Bocil itu.

Aku langsung mengangkat pria tua itu lalu memegang tanganya sembari tersenyum ramah,

"Bapak.. denger ya.. ini bukan kesalahan bapak, ini kesalahan bocil ga punya Attitude itu pak! Ga perlu sujud-sujud begitu.."

"Malahan yang seharusnya sujud itu si Bocil itu pak.."

Aku hendak mengusap air mata Pria tua itu namun-

"HUAAAA LATUUUU HUAAAAAAAAA...."

Aku menghela nafas panjang lalu mengacak-acak rambutku kasar.

"ANJINGGGGG APA-APAAN INIIII!". Teriakku kencang dan tak lama kemudian pandanganku memburam lalu berubah menjadi gelap.

*
*
*
Selamat apasih?!

Future Culture (Budaya Masa Depan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang