2021.
Manusia mana yang di zaman sekarang tidak punya ponsel? Atau tidak menggenggam ponsel? Ponsel bahkan bisa menjadi benda nomor satu yang dicari setelah bangun tidur.
Bukan hanya untuk belajar, orang-orang juga bisa bekerja melalui ponsel mereka.
Digitalisasi telah meng-hardcover semua bidang yang ada pada society. Membuat semuanya menjadi mudah, dan mewah.
Termasuk si pengguna satu ini, yang baru saja menyelesaikan speed run-nya di dalam apartemen. "Silla, kasih tahu gue jadwal hari ini!"
Benda berbentuk pipih yang mirip dengan speaker namun bersel otak itu menimpali, "ada jadwal kuliah tentang perusahaan rintisan pukul 14.00 siang. Lokasinya di sand box."
Sambil berjalan, Yesaya berbicara lagi. "Silla kasih tahu gue cuaca hari ini."
"Ini ramalan peruntungan Anda."
Yesaya yang tengah mengambil minuman dari kulkas, menoleh pada benda pipih itu. "Oi, Silla. Gue tanya gimana cuaca hari ini?"
"Hari ini, Dewa takdir akan meniupkan angin sepoi-sepoi pada hidup Anda yang tenang."
Yesaya membanting pintu kulkas dan berdecak. "Ngomong apa sih, dia? Bukan itu! Gue tanya cuaca hari ini. Cuaca!"
"Anda akan bertemu seseorang--"
"Ck!" Yesaya berbalik dan berjalan menghampiri pintu untuk keluar dari kamarnya.
"--dari masa lalu Anda. Di tempat yang tidak terduga."
Yesaya menganggap suara Silla tak lebih dari angin lalu. Robot keluaran terbaru dengan sistem articifial intelegent itu seharusnya di-upgrade lagi, karena sudah tidak kapabel untuk digunakan. Silla hari ini tidak memahami pertanyaan Yesaya, jawabannya sama sekali bukan hal yang ingin Yesaya dengar.
"Hati-hati. Walau pun dia datang seperti angin sepoi-sepoi di musim panas, dia bisa berubah menjadi angin kencang di musim hujan yang akan mengubah drastis kehidupan tenang Anda."
Tentu saja, Yesaya tak akan mendengar kalimat terakhir dari Silla.
***********
'Jangan jadi orang bodoh yang bahkan nggak bisa diandalkan oleh diri sendiri.'
(Namakamu) Farasha, selalu menancapkan kalimat tersebut setiap kali dirinya diserang rasa insecure. Di umur 24 tahun, (Namakamu) telah tumbuh menjadi perempuan cantik yang tinggi semampai, dengan bibir tipis dan rambut panjang bergelombang, ah ... dia juga memotong poni terbaiknya hari ini. Sayangnya, (Namakamu) harus melipir sejenak untuk memasuki salah satu toilet dan duduk di sana untuk--menyemir sepatu pantofel butut--yang seharusnya sudah sejak lama (Namakamu) buang ke tong sampah. Tapi sayangnya, (Namakamu) belum mau membuang sepatu itu, isi dompetnya tak bisa menjamin kalau dia bisa membeli sepatu pantofel yang baru. Jadi, sekarang ... (Nanakamu) hanya bisa menyemirnya. Mewarnai lebih tepatnya, karena alat yang (Namakamu) miliki hanya spidol hitam untuk menutupi bagian dari sepatunya yang sudah mengelupas. (Namakamu) mewarnai dengan fokus, sesekali dia akan mengesah karena tangannya yang terasa pegal. Begitu selesai, (Namakamu) menutup pintu toilet dengan gerak elegan. (Namakamu) menyelipkan anak rambutnya yang beterbangan ke belakang telinga. Dia tersenyum. Jika ada backsound yang mendukung aura yang memancar pada dirinya hari ini, mungkin sahutan dari para suporter bola akan sangat cocok: Go! Go! (Namakamu)!
(Namakamu) mengambil ponselnya dari saku blazer, dia punya kebiasaan rutin yang tak pernah terlewat: membuka platform instagram. Dan ... ya, objek yang selalu berhasil mengambil perhatian dari (Namakamu) pun muncul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Start Up [IqNam Series]
RomansIni cerita tentang (Namakamu) dan cinta platonik masa kecilnya. Semesta begitu baik hati telah mempertemukan mereka kembali di usia dewasa. Namun, saat ada satu nama yang dipinjam hanya untuk mengcover kesedihan (Namakamu), dengan kebahagiaan sesaat...