|| Bagian satu ||

22 2 2
                                    

Suatu kali pernah sampai pada titik terendah
Dimana saya merasa paling terpuruk disini.
Merasa paling terluka sendirian.

Tapi, beberapa kali saya memaksakan diri untuk beranjak dari pemikiran - pemikiran yang seharusnya bukan seperti itu.

Di luar sana, banyak yang lebih jauh pengorbanannya.
Yang lebih dalam rasa sabarnya.
Yang lebih tulus rasa ikhlasnya sekalipun di paksa berseteru dengan keadaan.
Setiap hari dipaksa tahan banting oleh kondisi yang tidak di dambakan.

Egois sekali rasanya kalau saya malah meminta bahagia sebagai satu-satunya alasan untuk tetap bertahan hidup.

Mau bahagia yang bagaimana ? Atau sebenarnya salah nya ada pada diri saya ? Saya yang tidak pandai bersyukur ?

Saya yang tidak pandai membaca hal baik saat dalam kondisi terburuk sekalipun.

Alur perjalanan kita memang berbeda - beda. apalagi toleransi rasa sakit versi kita juga berbeda - beda.

Bohong jika saya katakan " Saya tidak ingin selalu di mengerti orang lain" toh faktanya, meskipun tidak secara langsung, saya mengharap uluran tangan dan peluk hangatnya.

Saya paham bahwa untuk sekedar mengenal diri sendiri saja sudah sepayah ini.
Apalagi ketika kita di tuntut mengerti keadaan orang lain di setiap situasi.

Rasanya tidak mungkin mengharap lebih banyak lagi dari yang sudah - sudah.

Mulai sekarang saya ingin berhenti membebankan ekspektasi saya pada orang lain.

Tuhan sebaik itu, pertolongannya tidak akan pernah yang cuma - cuma. Selalu ada hikmah yang turut serta menjadi tamparan intropeksi diri.

Mulai sekarang saya berhenti pusing memikirkan orang - orang yang satu per satu datang dan pergi.

Mulai sekarang saya percaya bahwa bahagia adalah tanggung jawab diri sendiri.

Mulai sekarang saya tahu bahwa menjadi manusia adalah proses yang seringkali saya sepelekan.

Kawan - kawan tidak perlu cemas jikalau hari ini masih sulit berdamai dengan diri sendiri.

Tidak apa - apa, untuk sampai sejauh ini rasanya saya patut mengucapkan terima kasih karena sudah mau bertahan.
Tidak apa - apa untuk menangis jika dirasa kehidupan ini memuakkan.

Terkadang kita perlu berterima kasih pada diri sendiri atas perjuangan yang tidak pernah disaksikan siapapun.

Mulai sekarang saya ingin kalian tidak merasa sendirian lagi, silahkan bercerita jika dirasa sudah sesak tak tertahankan.

Selagi nafas masih berhembus, Tuhan percaya sama kamu.
Peran yang kamu bawakan adalah untuk menjadi diri sendiri seutuhnya, menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Tidak apa - apa jika sedang patah. Semoga lekas pulih.
Tidak apa - apa jika sedang tidak lagi bersemangat.
Tapi, kamu harus ingat bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih peduli daripada diri sendiri.

Peluk hangat dariku dan mari berbahagia dengan versi kita masing - masing.

...

Fri, Oct 29, 2021
Jawa timur, Indonesia
Sintadyhra

☆ Bukan Hanya Tentang Kamu ☆Where stories live. Discover now