Prolog

65 2 0
                                    

Hembusan angin mulai menerbangkan daun-daun kecil yang berguguran dari rantingnya, menciptakan sebuah melodi indah yang menenangkan jiwa.

"Jika ini hari terakhir untuk kita, biarkan aku membahagiakan mu, menjadikan dirimu satu-satunya wanita yang aku cintai, menjadikan dirimu untuk tempatku berpulang, Menjadi tempatku berbagi dari segala kebahagiaan maupun kesedihan. Menikahlah denganku, Aluna Nettania Djayanti" ucap seorang lelaki sambil menggenggam tangan Luna.

Tidak ada yang berani berucap, tidak ada pula yang berani membuang pandangan, keduanya hanya saling memandang untuk membuat hati saling percaya bahwa ini nyata, bukan mimpi yang akan hilang ketika mereka terbangun. Bukan juga harapan yang tidak tau akan terjadi atau tidak. Ini nyata. Sama seperti keduanya yang saling mencintai. Mencintai satu sama lain sebanyak nadi mereka berdenyut hingga saat ini.

"Ya, aku mau" ucap Luna dengan tatapan yang sudah mengabur oleh air mata kebahagiaan.

"I love you" ujar lelaki, sambil mengambil kotak beludru berwarna merah, lalu mengambil dan meyematkan cincin tersebut di jari mungil milik Luna.

"I love you more" jawab Luna, yang langsung menghambur ke dalam pelukan hangat milik lelaki yang sangat ia cintai.

Merasakan hangatnya pelukan yang tidak bisa ia rasakan dari lelaki manapun, maupun dari ayahnya sekalipun.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang