Hopeless Chapt 3

17 2 0
                                    

"Halo"

"Iya, apa Lun? Jawab lelaki di seberang sana.

"Jemput luna dong, kak" rengek Luna

"Gabisa, Lun. Kaka masih di kantor" jawab Alan.

"Ahh kaka mah, jangan salahin Luna kalo malem ini ga pulang" ancam Luna setengah hati.

"Jangan manj-----tut tut tut"

Seusai menutup telepon secara sepihak, Luna beranjak menuju kamar mandi wanita yang letaknya di lantai dasar.

" Mau pulang bareng ga?" Sapa lelaki sambil menepuk pundak Luna.

Luna yang sedang melamun pun langsung terlonjak kaget, keringat dingin bercucuran di sekitar dahinya. Jantungnya berdegup dengan ritme 2 kali lebih cepat.

Dimas merasa khawatir karena Luna tidak seperti biasanya.

"Lun! Lun kamu kenapa?" Tanya Dimas dengan suara murni khawatir.

"JANGAN SENTUH AKU!" Teriak Luna sambil berusaha melepaskan bahunya dari cengkraman Dimas.

"Ini aku Dimas" ucap Dimas yang seketika langsung membawa Luna ke dalam pelukannya.

"Dhiimmm--" jawab Luna di sela tangisnya, Luna pun membalas pelukan Dimas tak kalah erat.

"Akhuu takut Dhimmaaash" lanjut Luna.

" Jangan nangis, ada aku" Dimas berusaha menenangkan Luna dengan mengusap punggung Luna secara lembut.

"Jangan tinggalin aku Dim" Luna melepaskan pelukannya dan berusaha menatap Dimas dengan pandangan yang mengabur karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Nope, Baby" Dimas pun menatap Luna dengan yakin, dan menghapus air mata Luna yang turun satu persatu dengan ibu jarinya. "Ayo pulang" ajak Dimas. Luna pun mengangguk dan keduanya beranjak menuju lift.

"Kamu tunggu di lobby yah, aku ambil mobil dulu di parkiran" ujar Dimas seraya berjalan menuju parkiran setelah Luna mengangguk tanda setuju.

Drrrtt drrrtt , Handphone Luna bergetar.

Luna pun dengan sigap merogoh hanphone di dalam tas hitam kesayangannya.

Tapi ada benda lain yang menarik perhatiannya, sebuah boneka orang dengan wajah sama persis seperti Luna, rambut ikal coklat digerai, bola mata berwarna coklat terang, namun bukan itu yang menjadi sumber katakutan Luna, melainkan baju yang di pakai boneka itu penuh dengan bercak merah, Luna yakin ini darah karena bau amis langsung menyebar di sekitar hidungnya.

Luna langsung melempar boneka tersebut kesembarang arah dan berlari keluar dari lobby menuju parkiran untuk mencari penyelamatnya, Dimas.

Ketika sampai di pintu masuk Luna langsung mengedarkan pandangannya untuk mencari Dimas.

Sebuah cahaya yang menyilaukan mengganggu arah pandang Luna. Luna mulai beranjak mundur beberapa langkah untuk menghindari cahaya yang menyilaukan pandangannya.

Sebuah bunyi yang agak keras menyadarkan Luna .

TIN TIIINNN.

Luna segera melihat bunyi apa yang berhasil membuatnya terlonjak kaget.

"Naik Lunaa!" Dimas memanggil Luna dari balik jendela mobil audi hitamnya, Luna pun segera menaiki kursi yang bersebelahan dengan Dimas dan memasang seatbelt dengan gerakan yang tak luput dari perhatian Dimas.

"Ceritakan, apa yang terjadi padamu"

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang