Hopeless Chapt 1

40 2 0
                                    

Usapan lembut di punggungnya menyadarkan Luna dari lamunannya.

"Lun, ayo kita pulang, yang lain udah pulang duluan"

"Kamu duluan aja, Ninda. Aku masih mau disini" ucap Luna dengan tersenyum perih, airmatanya pun sudah habis tak bersisa.

Menangisi calon suaminya yang sudah pergi meninggalkannya, Meninggalkannya dengan semua kenangan manis yang tidak akan pernah bisa hilang dari memori nya.

"Kalau Aldi liat keadaan kamu kaya gini, dia pasti sedih" Ninda tiada henti-hentinya mengingat kan Luna untuk tidak bersedih.

"Aku udah gabisa nangis lagi, Nin" jawab Luna memberi jeda diantara kata-katanya sambil mengusap nisan milik Aldi. "Coba aja waktu itu, aku ga minta jemput. Pasti Aldi masih disini sama kita"

Flashback

"Kamu pulang jam berapa, Ai?" Tanya seseorang diseberang sana.

"Jam 8-an, jemput aku yaa"

"Iya sayang pasti aku jemput ko, lagian ini udah mau sampe kantor kamu"

"Ohya?! Aku siap-siap dulu yaa. Love you honey"

"Jangan dimatiin dong, eh aku masih belum hafal nih ijab kabulnya, Ai" Aldi hanya menggoda Calon istri yang sangat ia cintai. Mana mungkin ia tidak ingat untuk hari yang sudah ia tunggu tunggu.

"Yah, Aldi gimana sih. Gatau ah pokonya aku mau nanti kamu bilangnya gaboleh diulang" jawab Luna sambil mengerucut kan bibirnya.

"Kita coba ya. Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Nettania Djayanti binti Dahlan Djayanto. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat--- ciiiiiiiiitttt---- BUUUUGGGGHHHH!!!!"

"ALDI !!!"

"ALDII !!"

"Aww. Aluna. I lovv---tutt tutt tutt "

Luna langsung pucat seketika,mencoba meyakinkan hatinya kalau Aldi tidak apa-apa. Namun percuma, semakin ia menarik nafas, semakin dalam pula sakit yang Luna rasakan.

"Aldi!! Aldi kamu baik baik aja kan?Aldii!!" Teriak Luna sambil menangis sesenggukan.
Tuhan, aku harap Aldi baik-baik saja. Kabulkan harapan ku Tuhan. Ucap Luna disela-sela tangisnya.

Itu untuk pertama kalinya Luna berharap. Berharap Aldi baik-baik saja. Berharap Aldi akan selalu disampingnya. Berharap Aldi ada di pernikahan yang akan berjalan seminggu lagi.

Flashback selesai

"Itu pertama dan terakhir kalinya aku berharap ke Tuhan, Nin. Tapi apa? Yang aku harapin ga terjadi kan?aku hanya ingin Aldi, Nin. Hanya Aldi. Tapi kenapa Tuhan begitu kejam sampai ngambil Aldi dari sisi aku!" Teriak Luna yang selalu menangis bila mengingat-ingat kenangan yang berkaitan dengan Aldi.

Ninda langsung membawa Luna ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya dengan harapan dapat mengurangi kesedihan yang dialami oleh sahabatnya.

"Kalau emang Tuhan ingin Aldi pergi, kenapa Tuhan ga bawa aku bersama dengan Aldi, Nindaa! Jawab aku" tangis Luna semakin hebat, punggungnya bergetar.

"Kita pulang ya Lun" bisik Ninda.

"Pak Slamet, bawa mobil kesini" teriak Ninda memanggil Pak Slamet, supir pribadi Luna.

*****

"Minum air putih dulu, sayang" ucap Alan, kaka Luna. Luna hanya mengangguk, dengan pandangan mata yang kosong.

Melihat Luna yang seperti ini, hati Alan sangat hancur, hancur berkeping-keping hingga tak bersisa. Jika Alan bisa meminta kepada Tuhan untuk tidak mengambil Aldi dari sisi adiknya.

"Kak, Luna mau sendiri dulu, kaka gapapa ya keluar dulu" bisik Luna kepada Alan.

"Jangan ngelakuin hal-hal bodoh ya, Luna" Alan memperingatkan Luna untuk kesekian kalinya. Karena Alan takut, adik satu satunya akan mati konyol karena patah hati.

"Iya, kak"

"Yaudah, kaka percaya kamu" jawab Alan sembari meninggalkan Luna sendiri di kamarnya.

Melihat kepergian Alan, Luna sangat bersyukur dapat memiliki kaka yang perhatian seperti Alan. Ditukar dengan seluruh isi dunia pun, Luna tidak akan mau kehilangan Alan. Sama seperti Aldi.

Sepeninggalan Alan, Luna melanjutkan menangisi kepergian Aldi, menangisi kenangan manis yang takkan pernah terulang lagi. Luna tidak mau apabila Alan semakin khawatir melihat Luna menangis seperti ini, karena Luna tahu, melihat keadaan Luna tidak menangis pun, hati Alan sudah teriris-iris.

Aldi, jemput aku sekarang!batin Luna berteriak. Meneriaki betapa bodohnya Luna sampai mau kembali kepada pencipta-Nya. Hanya untuk bersama Aldi.

Luna pun terlelap diantara gelapnya malam dan ditemani oleh angin yang menusuk sampai ke tulang, membekukan darah yang seketika hilang dari tubuh Luna, menghancurkan hati yang telah retak. Semuanya disebabkan oleh satu kata, kematian.

Ditempat lain ada yang tertawa, tertawa bahagia karena rencananya berhasil, berhasil membunuh Aldi, dan berhasil dapat membuat Luna merasakan pedihnya sakit hati, pedihnya ditinggalkan oleh orang yang dicintai.
Kauakan mendapat balasan atas semua yang sudah kau lakukan padaku, Luna. Gumam seseorang tersebut. Sambil melajukan mobil Audi hitam yang membelah lalu lintas kota Jakarta.

Regards.

JIHAN ALYA ARRAHMI

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang