Ma Han berdiri di tengah anggota S.C.I, memandang satu persatu mereka yang duduk melingkarinya. Dengan wajah serius dan nada yang tegas, Ma Han menjelaskan kembali misi yang akan mereka lakukan malam ini, memastikan semua anggota mengerti akan tugas masing-masing dan tak melakukan kesalahan. Walaupun Zhan Zhao merupakan pimpinan S.C.I saat ini, namun dia menyerahkan kasus ini sepenuhnya pada Ma Han, alasannya jelas karena kasus ini ditangani anggota S.C.I di bawah pimpinan Ma Han sebelumnya dan Zhan Zhao hanya membantu Ma Han untuk kelancaran misi.
Rencananya, mereka akan bersembunyi di dalam gedung tua dan pohon besar di sekitar TKP sambil mengawasi jalannya transaksi. Jika transaksi berjalan dengan lancar, mereka akan mengikuti pencuri itu untuk mencari tahu markas dan mencari bukti yang lebih banyak. Alasan anggota S.C.I mengambil kasus yang terlihat remeh ini sebenarnya bukan karena tidak ada pekerjaan lain, tapi mereka mencurigai kelompok ini bukanlah penculik anak biasa.
Setelah mengerti dengan tugas masing-masing, semua nya bubar termasuk Zhan Zhao.
Masing-masing dari mereka mempersiapkan alat atau hal yang sekiranya akan bermanfaat untuk misi, seperti Bai Chi yang mempersiapkan pistol Smith & Wesson Model 36, pistol berukuran kecil keluaran 1950 an yang hanya berisi 5 peluru, walaupun hanya mampu menampung 5 peluru namun seharusnya jumlah itu cukup untuk mempertahankan diri. Sebenarnya Bai Chi tak mau membawa pistol, karena selain takut untuk menggunakannya dia juga tak yakin akan memakainya, tapi karena Luo Tian memaksanya bahkan sampai memarahinya akhirnya Bai Chi tak ada pilihan lain.
Ma Han menggosok senapannya dan memastikan isinya penuh dan tak ada kerusakan.
Zhan Zhao tak mempersiapkan senjata apapun, namun lebih ke mematangkan persiapan keseluruhan rencana. Zhan Zhao berandai-andai jika dia bisa bekerja bersama Xiao Bai, namun tak lama berfikir dia langsung menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecut sambil berbisik pada diri nya sendiri, 'Dia tak mungkin tau hal seperti ini.'
Ada dua kasus besar yang sedang diselidiki oleh S.C.I yaitu penculikan anak dan pembunuhan berantai. Untuk kasus penculikan anak, hal yang membuat mereka mengambil kasus ini dimulai saat ditemukannya mayat anak perempuan di dalam rumah kosong setahun yang lalu, anak malang itu terkubur di dalam lantai yang kemudian disemen. Setelah diotopsi, ternyata anak itu merupakan anak yang dilaporkan hilang sekitar satu setengah tahun yang lalu. Petugas medis kepolisian menemukan bekas penyiksaan dengan ditemukannya beberapa tulang yang patah, selain itu ditemukan juga bekas zat-zat tak diketahui yang merusak tulang anak itu.
Setelah menemukan hal-hal yang tak masuk akal dan tak menemukan titik terang, akhirnya pihak kepolisian menyerahkan kasus ini pada S.C.I. Segala sesuatu yang berkaitan dengan anak malang itu kemudian diserahkan pada Ma Han. Ma Han dan anggota S.C.I lainnya pergi memeriksa kembali tempat anak itu ditemukan dan Gong Sun memeriksa kembali mayat nya.
Dua hari penuh Gong Sun berada dalam ruangannya tanpa tidur dan saat dia keluar dari ruang otopsi dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang terlihat sangat lelah. Sebenarnya itu hal yang biasa, namun kali ini ada yang berbeda pada ekspresinya, jika biasanya dia keluar sambil memasang wajah datar atau berpikir, kali ini dia keluar dengan ekspresi marah yang mengerikan. Ma Han yang baru sampai di depan ruang otopsi dapat merasakan aura membunuh yang sangat tajam keluar dari sekitar tubuh Gong Sun yang membuat Ma Han mengerutkan dahinya - heran, sambil bertanya pada dirinya sendiri, 'Apa yang dia temukan sampai membuatnya seperti itu?'
Namun, tanpa pikir panjang Ma Han mendekat lalu melampiaskan rasa penasarannya, "Apa yang kau temukan?"
Gong Sun hanya melirik sebentar, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan kuat, "Ini ulah mereka." Jawab Gong Sun singkat.
Hanya tiga kata itu yang keluar namun tanpa perlu penjelasan lebih, Ma Han paham dengan apa yang dimaksud Gong Sun. Tatapannya yang semula serius berubah menjadi dingin, sambil berkata "Aku pastikan untuk membalas mereka kali ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome Life
FanfictionTakdir yang bermain bersama perasaan suka, diiringi tetesan darah dari peluru yang berhasil menembus daging. Obat-obatan yang sudah menyatu dengan jasad mengambil alih kendali diri dan memaksa merubah takdir. Terimakasih sudah pernah mengenalku. S...