"Ayah, Xiao Bai kemana?"
Zhan Zhao kecil dengan mata yang sudah memerah meminta penjelasan pada ayahnya tentang kepergian sahabat nya.Pasalnya, kemarin Zhan Zhao dan Bai Yutang baru saja berjanji tak akan pernah berpisah, Bai Yutang juga tidak mengatakan apapun tentang seorang yang akan menjadi keluarga barunya, Zhan Zhao juga tak melihat ada orang yang mengunjungi panti asuhan untuk mencari anak asuh seminggu terakhir ini.
Sore ini setelah pulang sekolah, Zhan Zhao berkunjung ke panti asuhan untuk bermain dengan sahabatnya itu seperti biasa, tapi yang bertugas di panti asuhan mengatakan bahwa Bai Yutang sudah pergi dengan keluarga barunya. Setelah mendengar itu, sebenarnya Zhan Zhao sudah sangat sedih, ingin menangis sejadi-jadinya tapi dia masih menguatkan dirinya dan bertanya pada ayahnya langsung setelah ayahnya pulang dari kantor dan ayahnya malah menjawab--
"Dia sudah pergi dengan keluarga barunya, lagi pula untuk apa kau menanyakannya?" jawabnya dengan nada tinggi.
Memang Zhan Zhao tak berhak menanyakan kepergian Bai Yutang, tapi bagaimana pun mereka adalah sahabat, lagi pula ayahnya tau kedekatan mereka berdua, dibentak hanya karna menanyakan keberadaan sahabat sendiri tetaplah sangat tidak baik. Karena itu Zhan Zhao yang sedari tadi memang ingin menangis akhirnya menumpahkan air mata nya.
Zhan Zhao menangis terisak di depan ayahnya, namun alih-alih dibujuk, Zhan Zhao malah dipukuli oleh ayahnya sendiri.
...
Air hangat mengalir perlahan dari balik kelopak mata yang tertutup - Zhan Zhao menangis dalam tidurnya, kedua alisnya berkerut dan perlahan mulai terisak.
Mendengar suara isakan yang mendadak dari arah sahabat kecilnya, Bai Yutang segera menengok kearah samping dimana sahabat kecilnya tertidur.
Disana, zhan Zhao tidur sambil duduk dengan posisi kepala yang beristirahat di atas kedua lengannya. Isakan yang keluar dari mulutnya merambat pada jasadnya yang kini mulai bergetar.
Bai Yutang berasumsi penyebab sahabatnya menangis adalah mimpi buruk dan tak sadar berbisik pada dirinya sendiri, 'Apa beban hidupmu selalu ikut masuk ke dalam mimpi? Apa salah satunya karena kehilangan ayahmu?' sambil memasang wajah sendu.
Bai Yutang ingin menghibur atau setidaknya menenangkan Zhan Zhao, tapi sialnya dia tak tau harus berbuat apa. Hidup dilingkungan yang keras dengan kasih sayang yang sangat minim membuatnya lupa bagaimana rasanya mengasihani dan dikasihani dengan tulus. Akhirnya dengan perasaan campur aduk, dia mengangkat tangannya mengelus pelan rambut Zhan Zhao berharap si empunya merasa agak tenang, seburuk apapun mimpinya.
Bai Yutang sempat berfikir untuk membangunkannya, tapi entah kenapa dia malah merasa lebih tak tega untuk membangunkan Zhan zhao, oleh karena itu Bai Yutang hanya mengelus rambutnya lembut berharap yang dia lakukan sampai ke alam mimpi.
Bai Yutang menengok kearah kanan ke atas meja kecil di samping tempat tidurnya dimana ada jam kecil yang menunjukkan pukul 09:13 pagi.
Bahu kanan yang semalam tertembak terasa sedikit nyeri, ya hanya sedikit. Luka tembak seperti ini tidak begitu berarti bagi Yutang, bagaimanapun dia tumbuh besar dengan bau mesiu. Belajar menggunakan senjata dan tertembak adalah hal biasa.
Biasanya jika tertembak, Yutang akan menggunakan pisau tipis tajam untuk merobek dagingnya sendiri dan mengeluarkan peluru yang bersarang ditubuhnya, tapi kejadian malam tadi adalah hal lain, respon Zhan Zhao yang melihat darah hangat keluar begitu menyedihkan sehingga membuat Yutang tak bisa apa-apa dan menuruti apapun yang dilakukan Zhan Zhao padanya termasuk memasukkannya ke ruang operasi dan dibius.
Hanya ada suara Zhan Zhao dengan sisa tangisnya yang sudah mereda dalam ruangan, sampai saat pintu yang tadinya terlihat sangat membosankan kini berubah menjadi sesuatu yang diwaspadai Yutang ketika pintu itu perlahan terbuka.
Suara khas pintu dan gerakan terbuka perlahan melebar ditatap dengan penuh waspada. Matanya menyipit menunjukkan sirat bahaya sampai terlihatlah sosok si pembuka pintu. Seorang perempuan berperawakan tinggi dengan badan ideal berpakaian serba hitam dengan jubah panjang selutut dan dia adalah orang yang semalam menodongkan senjata pada Yutang.
Sosok itu berdiri ditengah pintu masuk sambil memasang ekspresi yang tak terbaca dan masuk dengan langkah tenang. Saat dia masuk dan melihat wajah Yutang, bibirnya melengkung memerkan senyum mengejek, membuka mulutnya dan tertawa sambil berkata, "Sudah lama tak bertemu Bai sir." kata sambil mendekat, "Untuk apa kau masuk rumah sakit hanya karna satu peluru?" dan tawanya semakin menjadi.
"Sial ! Kau mengagetkan Zhan Zhao Ma Han!" Yutang membentak, namun tak mampu menyembunyikan senyum bahagianya. "Kalau bukan karna Zhan Zhao, aku tak akan buang-buang uang hanya untuk satu peluru."
Ma Han tertawa puas sebelum tiba-tiba berhenti saat melihat Zhan Zhao yang tertidur disamping Yutang. Tawa bahagianya luntur, tatapan matanya fokus pada Zhan Zhao kemudian berpindah pada Yutang, "Aku bersyukur kau berada disisinya sekarang Bai Sir, kuharap aku bisa melihatnya lebih bahagia dari sebelumnya."
Yutang tertawa kecil, namun ekspresinya terlihat sedih. "Apa kau bercanda? Dia menderita karena ku."
"Kau sudah melakukan hal yang benar Bai Sir. Ayahnya tak pantas hidup."
"Tapi tetap saja, Zhan Zhao menderita saat kehilangan ayahnya dan penyebabnya tetaplah aku."
*******
"Kau yakin sudah tidak apa-apa?" Zhan Zhao bertanya Kawatir.
Yang ditanya mengangguk maklum. "Iya Zhan Zhao. Lihat!" Yutang memutar tangan kanannya kearah kiri dan kekakan membuktikan bahwa dia sudah tidak apa-apa. "Kau tau, aku kadang tidak menyukai sifat khawatir berlebihanmu itu." lanjutnya sambil tersenyum.
Zhan Zhao cemberut, 'Bukannya bersyukur diperhatikan, malah protes.' batinnya.
"Kalau begitu aku tak akan repot-repot menghawatirkanmu lagi. Biarkan saja kau sekarat lain kali."
"Ho? Jadi ketua S.C.I ternyata masih seperti anak kecil ya?" Goda Yutang
"Kau!" Zhan Zhao mengangkat tangannya, sudah siap memukul Yutang, namun targetnya segera melompat dan berlari keluar rumah sakit.
Namun alih-alih mengejar, Zhan Zhao hanya menatap kepergian Yutang sambil memasang senyum manis diwajahnya dan berbisik, "Kau tak berubah." lalu ikut keluar menyusulnya dengan langkah santai.
Zhan Zhao berjalan menuju kearah parkiran dimana dia meninggalkan mobil semalam. Saat sampai di sana, dia dapat melihat dua orang yang dikenalnya berdiri di samping mobil. Alih-alih langsung menyapa kedua orang itu, Zhan Zhao malah mengerutkan alisnya -bingung. 'Sejak kapan mereka saling mengenal?'
Zhan Zhao berjalan mendekat, sesegera mungkin agar dapat bertanya dan menghilangkan rasa penasarannya.
Sedangkan disisi lain, kedua orang ini menyadari kedatangan Zhan Zhao dan tersenyum ramah sebagai respon. Yutang yang melihat raut wajah Zhan Zhao langsung bertanya, "Kau kenapa? Alismu menekuk tertalu dalam kau tau?"
"Ka-Kalian? Xiao Bai, sejak kapan kau mengenal Ma Han?"
*****
To Be Continue
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome Life
FanfictionTakdir yang bermain bersama perasaan suka, diiringi tetesan darah dari peluru yang berhasil menembus daging. Obat-obatan yang sudah menyatu dengan jasad mengambil alih kendali diri dan memaksa merubah takdir. Terimakasih sudah pernah mengenalku. S...