Assalamu'alaikum temen temen
Kalian udah bersyukur belum hari ini?❤
Jangan lupa untuk selalu follow, vote dan komen disini yaa...SELAMAT MEMBACA >_< ❤
.
.
.
"Gera...." Cici berlari menghampiri gera dengan merentangkan kedua tangannya.
Walaupun Gera tak bisa melihat dirinya, namun ia masih tetap melakukannya."Cici? Cici udah pulang?" Tanya Gera.
Cici mengangguk "udah,"
Kini Gera dan Cici sudah tumbuh dewasa. Sekarang Cici duduk di bangku kelas 2 SMA sedangkan Gera, ia tidak bersekolah.
Jika disaat cici pulang sekolah, ia akan langsung pergi ke rumah Gera dan menceritakan berbagai peristiwa disekolah nya.
Rumah Gera dekat dengan rumahnya Cici, jadi Cici lebih sering bertemu dengan Gera. Kini keduanya sedang berada di halaman rumah Gera.
"Gimana hari pertama masuk sekolah cici?" Tanya Gera.
"Seru banget, ge... temennya baik baik semua" jawabnya.
"Tapi tadi ada guru galak banget, sampe Cici kena marah," sambungnya.
"Cici kena marah? Kenapa ci?"
"Cici ngobrol terus sama temen Cici ge, terus gurunya liat kalo Cici nggak merhatiin papan tulis. Akhirnya cici dimarahin deh"
"Lain kali cici jangan gitu lagi ya? Jangan buat gurunya marah sama Cici"
"Siap Gera" balas Cici seraya tangannya menghormat kepada Gera.
Sedikit info, Gera dan Cici nggak pernah manggil satu sama lain dengan aku- kamu. Tapi manggilnya pake nama, gaiss.
.
.
.
"Jalan jalan yuk, ge?" Ajak Cici."Kemana, ci?"
"Katanya, di deket sini ada danau,"
"Yaudah, yuk"
Dengan senang hati Cici menuntun Gera untuk diajaknya jalan jalan.Saat diperjalanan Cici melihat ada dua cowok yang sedang menatap dirinya dan juga Gera dengan miris.
"Hai cantik" sapa salah seorang tersebut.
Gera pun juga mendengarnya.Lantas Gera dan Cici menghentikan langkahnya. Cici menatap malas kepada dua orang pemuda itu.
"Lagi jalan sama pacarnya?" Tanya pemuda tersebut.
"Kasian banget. Dapet cowok buta. Mending sama Abang aja, neng" sambungnya dengan Menaik turunkan alisnya. Cici yang melihat itu bergidik jijik dibuatnya.
Sadar jika Gera dihina seperti itu, membuat amarah Cici memuncak. Lantas ia berkata "PUNYA MULUT TU DI JAGA! COWOK BRENGSEK KAYAK LO GAK PANTES HINA GERA!"
"Sampah aja masih cakepan daripada muka, Lo!" Sambungnya.
"Jangan galak galak neng, nanti cantiknya ilang. Yuk jalan sama Abang"
"GAK SUDI!"
"Yuk ge, kita pergi aja. Gak usah ngeladeni cowok brengsek kayak mereka!" Setelah Cici mengatakan itu, ia dengan telaten menuntun Gera menuju danau.
.
.
.
10 menit kemudian....Akhirnya Gera dan Cici sudah sampai di danau. Mata Cici berbinar melihat pemandangan di sana.
"Waahh... indah banget. Kita udah sampe, ge!" Ucap Cici dengan bertepuk tangan kecil.
"Indah ya, ci? Gera juga pengen liat, tapi nggk dibolehin sama Tuhan" ucap Gera dengan tersenyum.
Mendengar penuturan Gera seperti itu, tentu saja membuat hati Cici sedih. Kini Cici menatap Gera dalam dalam, ia yakin bahwa hati Gera sekarang sedang tidak baik. Rupanya, Cici telah menemukan sebuah arti ketulusan di mata Gera. Dengan suara parau, Cici berusaha menenangkan Gera.
"Gera jangan sedih.... Cici itu orang paling beruntung yang bisa milikin Gera. Gera baik, Cici suka" ucap Cici dengan senyum lebarnya. Lantas ia memeluk Gera dari samping. Gera pun dengan senang hati membalas pelukan tersebut.
Gera tersenyum"Gera sayang Cici"
"Cici juga sayang Gera" jawabnya.
Kini keduanya menikmati sejuknya suasana disekitar danau. Hari sudah semakin gelap, mereka harus pulang sekarang. Seperti biasa, Cici dengan senang hati menuntun Gera sampai tujuan.
"Gera sayang Cici"
"Cici juga sayang Gera"
To Be Continue
Terimakasih sama sama gaiss udah baca cerita aku.
Jangan lupa FOLLOW, VOTE DAN KOMEN DISINI...Follow juga insta: @henyrynt
Luv u <3 ❤Bye gaiss..
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEBRA
Teen Fiction[DIWAJIBKAN UNTUK FOLLOW AKUN INI] sejauh mata memandang, hanyalah kegelapan yang dirasakan. Seorang lelaki tunanetra yang menyedihkan dan tak berangsur membahagiakan.