• Serendipity | Akhir

14 2 0
                                    

Happy Reading






Author pov.

Rossie Anindira duduk di bangku taman seorang diri. Angin malam yang begitu dingin berusaha menembus pakaian hangat Rossie.

Sudah lebih dari 3 jam Rossie duduk sambil menunggu seseorang yang menurutnya besar kemungkinan tidak akan datang.

Tapi tidak ingin membuatnya kecewa, Rossie bertekad untuk terus menunggunya disini.

Selang beberapa jam kemudian, seseorang yang Rossie tunggu akhirnya datang.

"Jeffrey,"

Dengan perasaan senang, Rossie bangkit dari duduknya lalu menghambur ke dalam pelukannya, Jeffrey Marion.

Jeffrey membalas pelukan Rossie, setelah itu ia melepaskannya.

Ditatapnya kedua bola mata Rossie, dengan senyum tipis Jeffrey mengelus kedua pipi Rossie lembut.

"Maaf, udah bikin kamu nunggu lama." ucap Jeffrey.

Rossie menggeleng pelan sambil tersenyum manis. "Nggak kok, aku baru aja nyampe." bohong Rossie.

"Kamu tau aku gak suka bohong."

Jeffrey tau kalau kekasihnya ini tengah berbohong.

Rossie menunduk sambil meremat pakaiannya.

"Maaf," ucap Rossie lirih.

Jeffrey menghela nafas panjang, lalu menangkup kedua pipi Rossie dan mengangkat pelan wajahnya agar bisa ia tatap.

"It's okay."

Rossie menatap balik ke arah Jeffrey, ia langsung menampilkan senyum manisnya.

"Oh iya, kamu mau ngomong apa Jeff?" tanya Rossie.

Jeffrey tersenyum lalu meminta Rossie untuk duduk dahulu.

Mereka duduk di bangku yang tadi, dengan kedua tangan yang saling genggam.

"Sayang,"

"Iya?" sahutnya.

"Kamu tau hal apa yang paling gak bisa aku perjuangin?" tanya Jeffrey.

Rossie tau kemana arah perbincangan ini, tapi ia berusaha untuk bersikap biasa saja. Rossie mengangguk pelan.

"Kita bersama, namun Tuhan kita beda." ucap Jeffrey.

Perasaan sesak langsung menyerang dadanya, Rossie berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi akan keluar.

Dengan lembut, Rossie mengusap lengan Jeffrey.

"Aku tau dan aku ngerti Jeff, Aku gak pernah maksa kamu buat ikut agama aku dan aku juga gak pernah maksa kamu buat terus jalin hubungan sama aku." jelas Rossie.

"Aku tau ini berat buat kamu, aku tau berat rasanya untuk memilih salah satu di antaranya. Tapi di sini aku gak bisa berbuat apa-apa Jeff, aku cuma harus siap sama keputusan kamu baiknya gimana,"

"Jadi aku serahin semuanya sama kamu."

Jeffrey tidak bisa lagi menahan sesak di dadanya, ia mengeratkan genggaman tangannya pada Rossie.

"Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita berdua, kita sudahi sampai disini aja Ross." ujar Jeffrey.

Sudah. Tidak kuat lagi rasanya Rossie menahan sesak didadanya. Ia berusaha menahan tangis, namun detik itu juga ia kewalahan untuk menahannya.

Jeffrey yang melihat itu langsung memeluk erat tubuh Rossie, ia tau jika keputusannya akan berakhir begini dan ia juga tau akhir hubungannya akan memberi luka yang amat dalam untuk ia dan Rossie.

Inilah akibatnya untuk mereka berdua jika terus memaksakan untuk bersama, padahal iman dan Tuhan mereka berbeda.

"Maafin aku. Maafin aku yang selama ini belum bisa kasih kamu kebahagiaan, maafin aku Rossie. Maaf karena selama kamu sama aku, aku cuma bisa kasih kamu luka, luka, dan luka." ucap Jeffrey diselingi isak tangis yang tertahan.

Rossie melepaskan pelukannya dan menggeleng cepat.

"Nggak Jeff, aku bahagia. Bahagia banget, sampai gak bisa aku deskripsiin pake kata-kata. Kamu sumber kebahagiaanku, kamu segalanya bagi aku, Jeff. Jadi stop buat mikir kalo aku gak bahagia sama kamu." jelas Rossie.

Jeffrey langsung memeluk Rossie kembali, dengan perasaan berkecamuk mereka berdua berpeluk erat. Karena mereka pikir, ini adalah pelukan terakhir untuk mereka berdua.

- THE END -

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang