sudah sekitar dua puluh menit aku berdiri menunggu jordan dan tania di lantai bawah mall. totebag yang kutenteng berisikan buku -buku pelajaran untuk kerja kelompok yang lumayan berat, membuat pundak kananku pegal.
“hai, maya.” seseorang menepuk pundakku dari belakang, aku menoleh. tania dan jordan datang berbarengan. aku tersenyum tipis, sambil melambaikan tanganku ragu - ragu.
“yok, ke atas.” tania merangkul pundakku dan pundak jordan. kami berjalan berbarengan, dan suasananya sangat canggung.
sejujurnya, aku nggak begitu dekat dengan tania, apalagi jordan. bisa dihitung berapa kali aku berbicara dengan mereka berdua selama lima bulan lebih satu kelas.
tentang jordan, aku memang menyukainya dari awal masuk SMA, sudah sekitar dua setengah tahun, aku nggak tahu pasti. dan selama itu, aku menyukainya dalam diam, karena aku lebih nyaman seperti itu, dan karena aku takut akan kemungkinan-kemungkinan terburuk kalau aku mencoba mengambil langkah.
aku menoleh ke arah jordan yang sedang memainkan handphonenya. sedari tadi, cowok itu tak berbicara. kaos hitam dan rambut acak-acakkannya membuat dia makin tampan. sejenak aku masuk kedalam pesonanya.
sadar kalau dia diperhatikan, Jordan ikut menoleh, memandangiku. aku cepat-cepat menunduk. aku tak sadar juga kalau sedari tadi, tania memperhatikan gerak - gerikku.
“apanih?” ujar tania sambil tersenyum menyeringai.
dia memegang pundakku, “lo suka sama jordan, may?”
aku spontan menggeleng - gelengkan kepalaku. “ngaco, gue nggak suka sama jordan, kok.”
tania masih mengusikku, dia menyikut - sikut lenganku, “gapapa kali kalo lo suka jordan, ya kan, dan?”
aku melirik jordan takut - takut.
“apaandah.” Kata jordan singkat.
aku menghela nafasku pelan. terkesan ketus, tapi aku lebih berharap kalau jordan menjawab celetukan tania acuh tak acuh seperti itu, daripada menanggapi pertanyaan tania dengan serius.
“HAHAHAHHA, malu-malu lo, jordan,” kata tania sambil tertawa.
sebelum keadaan makin canggung, aku mengeluarkan buku paket pelajaran. tania terperangah, jordan hanya melirik sebentar.
“lo ngapain bawa ini, may?”
“hah? Kan kita kesini mau bahas projeknya, kan?”
"yaelah, nantian aja kali, may. Kita santai - santai dulu, minum - minum gitu, kek, keliling dulu pokoknya.”
“oh….”
"okedeh…” sahutku pelan, kemudian kembali memasukkan buku - buku yang kubawa.“kita ke cafe itu aja, deh,” tania menarik tanganku, menuntunku memasuki cafe yang ada di lantai dua ini. sedangkan jordan hanya mengikuti dari belakang.
#
KAMU SEDANG MEMBACA
the rest of the book
Fanfictionmaya tidak pernah merasakan jatuh cinta, tidak sebelum ia bertemu jordan. perasaan yang ia pendam selama bertahun-tahun untuk cowok itu malah membuat ia berakhir menangis terisak di toilet sekolah, bersama cowok yang menahan sakit seusai memakan ram...