cafe (2)

5 0 0
                                    

“tan, ini beneran gapapa?” tanyaku sambil membolak - balikkan buku menu. mataku bergerak kesana kemari membaca daftar minuman dan dessert yang ada. semuanya diatas 70 ribu.

“santai -santai, gue traktir lo berdua, lo beli apa aja deh yang lo mau. lo pikir gue nggak bisa bayar, may?”

"bukan gitu maksud gue, tania,"

beberapa menit kemudian, pesanan kami datang. aku memesan satu milkshake, dan tania memesan beberapa menu, begitu juga jordan. tang pasti menurutku totalnya nggak murah. selama kami bertiga disini, hanya jordan dan tania yang saling berbicara. aku diam, sambil menanggapi sesekali.

“sekarang kita bagi tugas buat projek—“

“kita bahas di chat aja, may. lo ribet banget soal projek daritadi,” sahut Tania memotong perkataanku.

"lo kaku juga, ya, ternyata, hahahaha.”

aku nggak menanggapi perkataan tania. aku hanya terdiam sambil meminum milkshake ku. lagi-lagi, aku nggak bisa melawan. atau jangan - jangan tania benar, kalau aku memang kaku.

“eh, gue ke kamar mandi dulu, ya,” kata tania, kemudian berdiri dan berjalan begitu saja, meninggalkanku berdua bersama jordan.

suasana makin canggung. tak ada dari kami berdua yang membuka suara. sampai beberapa menit kemudian, jordan memanggil namaku.

“maya.”

aku berhenti menyedot minumanku, “ya?”

“lo beneran nggak suka sama gue, kan?”

jantungku bertedak kencang.

“ahahah, nggak kok.” aku meminimalisir rasa gugup sekaligus takut dengan tertawa canggung.

“bagus, deh.”

“hah?”

“gue nggak suka disukain sama lo.”

“oh, ahahahah, gue beneran nggak suka sama lo, kok.”

jordan tidak menanggapi jawabanku, lantas berdiri lalu keluar dari cafe.

baguslah, dia jadi tidak bisa melihat tangisku yang pecah seketika.

#

the rest of the bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang