sudah kesekian kali aku kembali menoleh kepada tania yang masih berkutat di handphonenya. aku mencoba menepuk—nepuk pelan pahanya, memberi kode untuk menaruh hp nya karena kalau tidak, masalahnya akan panjang karena, yang sedang mengajar di depan ini pak hartanto, guru galak yang sangat membeci siswa siswi yang tidak memperhatikan pelajarannya. san ada kemungkinan aku bakal terkena imbasnya, aku tidak mau itu terjadi.
tik tok tuk tik tok tuk.
suara ketikan keyboard tania terdengar sangat jelas dikelas yang hening ini, dan pak hartanto sepertinya mendengar jelas suara itu.
“tan,” bisikku. “tania.”
tania masih tak bergeming. tak mendengarkan bisikanku. ia terus saja sibuk memainkan handphone.
kudengar suara kursi pak hartanto bergeser.
tak tak tak tak.
pak hartanto semakin mendekat ke meja kami dan sepertinya tania menyadari hal itu.
dengan cepat, (benar benar cepat, bahkan aku nggak sempat memproses apa yang terjadi dalam beberapa detik) dia melemparkan hp nya ke tanganku yang kosong,
tepat disaat pak hartanto berdiri di samping meja kami, memergokiku yang memegang handphone tania yang dilemparkan kepadaku.
dan setelahnya pak hartanto menatapku tajam.
ia jelas mengira kalau aku yang bermain hp di jam pelajarannya, karena buktinya ada di depan mata.
aku memandang ke arah tania yang ternyata juga memandangiku, dengan senyum puas yang samar—samar terpampang jelas di wajahnya.
“kalau tidak bisa menghargai pelajaran saya, silakan keluar.” ujar pak Hartanto dengan tenang tapi tegas, yang malah membuat nya seribu kali lipat lebih menakutkan.
“kalau ingin poinnya dikurangi, silakan berlaku seenaknya di jam pelajaran saya.” ujarnya lagi. seluruh penghuni kelas memandang ke arahku.
dadaku sesak. tanganku berkeringat. kakiku gemetar hebat.
“silakan sebutkan nama.” ujar pak hartanto lagi.
aku memandangi tania, bertanya-tanya kenapa dia tega membuatku menjadi kambing hitam. tapi tania malah menopang dagunya dan memalingkan wajahnya acuh tak acuh.
“maya hilade, pak,” jawabku dengan suara bergetar. aku ingin menangis. poin plus yang kudapatkan susah payah, hilang begitu saja karena hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
the rest of the book
Fanfictionmaya tidak pernah merasakan jatuh cinta, tidak sebelum ia bertemu jordan. perasaan yang ia pendam selama bertahun-tahun untuk cowok itu malah membuat ia berakhir menangis terisak di toilet sekolah, bersama cowok yang menahan sakit seusai memakan ram...