6.

3.9K 242 8
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading chingu yaa...

“Lihatlah dirimu sekarang. Orgasme karena sperma Alpha, menjijikan.” Aku berujar setelah membalik tubuhnya. Ia kacau sekali, rambutnya acak, saliva turun ke dagu sampai leher, manik mata emas itu masih berkaca, perutnya penuh bercak sperma, dan aroma tubuhnya kian kuat.

“Aku memberikan ini padamu. Jangan coba-coba untuk membuangnya.” Aku berujar serak ketika melihat sedikit sperma yang berusaha keluar dari analnya yang masih berkedut. Merah betul analnya, sepertinya ia bengkak karena mainku malam ini terlalu kasar dan tak manusiawi. Aku mendorong kembali sperma yang tercecer di bokongnya ke dalam anal bengkak itu. Ia melenguh pelan dengan pasrah.

“Lagi, aku mau lagi.” Ia berujar sensual sembari membuka lebar kedua kakinya. Aku sempat terkejut, tetapi langsung tertawa karena berhasil membuatnya ketagihan bersetubuh.

“Kau suka menerimanya dari belakang, huh? Bagaimana rasanya perut penuh sperma?” Aku berujar sembari menggesekkan ujung penisku pada anal bengkaknya. Ia tersenyum senang dan tangannya berusaha memasukkan lebih banyak penisku. Aku bisa merasakan spermaku yang mengerubungi dindingnya.

Never thought that a hole filled with my cum would feel this good.” Aku mendesis karena kenikmatan yang terduga dari anal penuh spermaku sendiri. Ia mendesah nikmat dan aku langsung bergerak tanpa memberikan ruang bernapas. Ia melontarkan teriakan yang memenuhi kamarku tanpa sisa. Feromonku kian kental, beradu dengan aroma tubuhnya yang memabukkan. Kabut nafsu telah menyelimuti manik mata hijauku.

So good.” Ia melenguh nikmat saat aku sedang fokus menggempur analnya. Aku menarik sudut bibirku, sangat terangsang dengan ucapannya tadi. Aku seperti orang gila yang bersetubuh dengan sembarang jalang tanpa pengaman, persetan, ia bukan manusia. Ia menabur dosa di mulutku dengan ciuman panas, cara bibir kenyal itu melumat bibirku lapar, lidahnya bermain asal sampai aku merenggut rambutnya.

Stupid bitch. Greedy.” Aku berujar tajam setelah melepas ciuman paksa. Ia tertawa dengan salivanya yang tercecer ke dagu. Aku menyentak penisku dalam dan desahan melengkingnya kutahan karena ketiga jariku berada dalam mulutnya. Ia menjilati jariku, berusaha mengulumnya seperti anak kucing yang lapar. Satu persatu hentakkan yang dalam itu menghadiahkan orgasmenya.

“Tidak bisa menahan spermamu, huh?” Aku bertanya sembari melihat mata lesunya. Ia mengangguk lemah, tetapi tubuhnya malah bermain dengan hentakkan penisku.

Aku mengeluarkan penisku dari analnya ketika merasa orgasme sudah di ujung. “Say aahh.” Pintaku dan ia menurut, membuka mulutnya lebar sembari menjulurukan lidahnya. Aku memasukkan ujung penisku ke dalam mulutnya setelah memberikan hand job singkat. Mulutnya membingkai penisku dan aku mendapatkan pelepasan di dalam mulutnya. Ia terkejut setengah mati ketika spermaku menyembur ke mulutnya. Aku mendesah nikmat karena mulutnya sama hangat dengan analnya.

“Telan.” Pintaku mutlak dan ia kesulitan untuk menelan spermaku, ia hampir memuntahkannya. “Telan. Jangan pernah membantahku, jalang.” Ia panik dan menelan semuanya dengan mata terpejam. Sesudah itu aku mengacak surai rambutnya.

Good boy.

Aku bangkit dari ranjang untuk mengambil handuk yang dibasahi air hangat dan sebotol air mineral. Entah kenapa ia menguraikan air mata saat aku kembali, menangis tersedu-sedu sampai aku yang baru masuk ke kamar langsung menghampirinya panik. Ia menangis sembari menutupi kedua matanya dengan tangan terikat. Aku buru-buru melepaskan jeratan ikat pinggang di lengannya. Alpha milikku tak lagi mengambil alih, kini hatiku ketakutan setengah mampus melihat seseorang menangis hebat karenaku.

“Maaf, sungguh, aku kehilangan kendaliku ketika Alpha dalam diri mengambil alih. Maaf.” Aku berujar pelan sembari mengusap air mata yang berderetan di pipinya. Ia masih menangis dan aku memilih untuk membersihkan tubuhnya dengan handuk ditemani suara tangis yang tak kunjung reda.

“Kumohon tandai aku.”

Ucapannya itu membuatku tersentak mundur dan berhenti membersihkan tubuhnya. Aku belum pernah menandai seseorang menjadi hak milik, sementara lelaki di ranjangku ini meminta untuk ditandai saat pertama kali berjumpa. Aku menelan ludah susah payah dan ia mengulangi kalimatnya. Aku bingung sekali, ia bukan Omega yang bisa kutandai, incubus bukan manusia, semuanya berkecamuk di benakku.

.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Intoxicating  { HeeJake Enhypen }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang