Part 22

2.7K 262 4
                                    

Siang ini keluarga Nathan akan berkunjung ke kediaman Lynnea. Sekaligus menyambangi keluarga Adelard untuk membicarakan pernikahan Nathan dengan Lynnea.

Begitu Nathan bertemu Lynnea, yang ia dapatkan adalah Lynnea melemparkan gerutuan padanya.

"Karena kau dan janji anehmu itu, butuh tiga jam lebih untuk menidurkannya," bisik Lynnea pada Nathan.

Malam kemarin Nathan memang kembali ke kediamannya lalu meninggalkan Lynnea bersama Jerome. Yang ia tak menyangka jika Jerome akan terus bertanya mengenai adik, hadiah yang ditawarkan Nathan secara dadakan padahal Nathan hanya bercanda.

"Papa, adik Jeyom?" tanya Jerome saat melihat Nathan.

"A-apa?" Michelle Argana yang tadinya hendak memeluk cucunya itu langsung terhenti dari langkahnya, "adik?" tanya Michelle sambil melirik Nathan, meminta penjelasan dari putranya.

Kening Jerome berkerut. Kali ini bukan berpikir namun ia seperti melayangkan protes pada ayahnya. "Papa bilang adik Jeyom, tapi tidak ada," lapornya.

Michelle menggendong cucunya itu dan membawa Jerome duduk di atas pangkuannya. Sedangkan Rollen sedang berbicara dengan Abraham. "Kemarin aku asal berbicara. Aku tak mengira ia akan seserius itu," jelas Nathan.

"Jadi papa jahat?" tanya Michelle pada Jerome.

Kepala Jerome menggeleng pelan. "Papa baik."

Anak itu turun perlahan dari pangkuan Michelle dan pergi bergelayut manja pada Lynnea, sang ibu. Ia terus memegangi rambut Lynnea dan terkadang bermain dengan anting di telinga Lynnea.

"Kemarin Nathan sudah berbicara padaku tentang rencananya dan Lynnea," ungkap Abraham.

"Aku tidak keberatan dengan rencana mereka. Nathan juga berhubungan baik dengan keluarga kami. Jadi menurutku tidak masalah," tambah Abraham lagi.

"Terimakasih Tuan Adelard. Tentu maksud kedatangan kami karena rencana dari putra dan putri kita. Sebelumnya saya pribadi ingin pernikahan ini tanpa ada unsur bisnis sama sekali," ucap Rollen.

Tawa Abraham terdengar menimpali ucapan Rollen. Bukankah Argana terkenal dengan pernikahan bisnis mereka? Selalu ada yang harus menguntungkan bagi mereka. Setidaknya begitu yang dipikirkan oleh orang luar.

Pernikahan Nathan dengan Jaquezz memiliki unsur bisnis walaupun pihak Argana khususnya ibu Nathan yang rugi karena melunasi hutang Jaquezz tanpa imbal apapun. Yang ada malah kehancuran keluarga Michelle Argana. Lalu pernikahan adik Nathan pun demikian. Berita berhembus jika dari pernikahan anak kedua Argana itu menghasilkan proyek besar yang sangat berhasil. Terakhir rencana pernikahan Nathan dengan keluarga Silva juga sama.

"Proposal bisnis tidak begitu penting sekarang. Lynnea sudah memberikan apa yang kami tunggu-tunggu sebagai orangtua Nathan. Penerus nama Argana," ungkap Rollen.

Dia sangat paham tentang pandangan orang luar mengenai pernikahan hanya alat bisnis bagi Argana. Rollen juga tidak menyangkal itu. Pernikahan anaknya memang seperti bisnis. Ada yang menguntungkan ada juga yang merugikan. Tapi banyak yang tidak mengetahuinya jika pernikahan itu bukan semata bisnis. Adik Nathan menikahi pria yang ia cintai. Begitu juga Nathan ketika menikahi Karen. Kesalahan Rollen adalah ia terlalu serakah hingga hampir memaksakan pernikahan Nathan dengan Silva tanpa melihat lagi perasaan putranya.

Tapi dari pernikahan Nathan dengan Lynnea, tanpa unsur bisnispun Argana sudah sangat diuntungkan. Mata Rollen berpindah menatap Jerome yang masih sibuk di pangkuan Lynnea. Kehadiran Jerome membuat semua terasa lebih mudah bagi Argana. Dia yang ditunggu-tunggu oleh Rollen dan Michelle.

"Baiklah. Semua tampaknya menerima rencana ini. Tidak ada yang dirugikan di sini. Lalu urusan tanggal pernikahan dan lain-lainnya?" tanya Abraham.

"Kami menyerahkan semuanya pada keinginan Nathan dan Lynnea."

The Story That Got Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang